Sebuah spanduk terpasang diatas pintu utama gedung rektorat, bertuliskan Diskusi Fotografi Jurnalistik. Diskusi ini diadakan di lantai 4 gedung rektorat pada Selasa (25/10). Diskusi ini termasuk dalam rangkaian acara memperingati hari jadi Universitas Riau (UR) ke 54.
Di depan tersusun tiga kursi dan meja panjang, dibelakangnya spanduk besar yang mirip dengan di pintu masuk rektorat jadi backdrop. Beberapa bunga beserta pot jadi penghias ruangan. Di Seberangnya jejeran kursi untuk tamu undangan dan peserta tersusun rapi.
Acara kemudian dimulai sekitar pukul 10, terlambat satu jam dari yang sudah ditetapkan. Seorang wanita berkaca mata, mengenakan pakaian hitam celana jeans dan jilbab pokadot kemudian maju dan membuka acara. Disambung pembacaan Al Quran dan doa.
Safriharto dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik beri sambutan, ia mewakili Mustafa selaku ketua panitia yang berhalangan hadir. Safriharto sampaikan bahwa kegiatan lomba fotografi jurnalistik dibuka untuk mahasiswa, sekolah dan umum. “Hasil dari fotografi jurnalistik ini akan dipublikasikan untuk masyarakat Riau,†imbuhnya.
Usai sambutan, acara berlanjut ke pemaparan materi. Amriadi Bahar jadi pemateri pertama. Ia jelaskan tentang dasar – dasar fotografi. Diawali dengan sejarah awal mula fotografi ada dan berkembang hingga sekarang. Ia memperkenalkan beberapa jenis kamera lama. Materi berlanjut mengenai teknis penggunaan kamera seperti cara mengatur ISO, Shutter Speed, dan Apperture. “Ketiga hal ini yang penting untuk dipahami oleh fotografer,†jelas Amriadi.
Said Mufti, redaktur foto untuk RiauPos jadi pemateri kedua. Ia paparkan mengenai fotografi jurnalistik. Fotografi jurnalistik merupakan foto yang mampu menyampaikan pesan, didalamnya terkandung unsur 5W+1H. Ia jelaskan bahwa setiap foto pada dasarnya mampu bercerita, tapi bila foto hanya disimpan maka ia hanya jadi foto dokumentasi.
Tak hanya teknik dan cara pengambilan foto yang harus diperhatikan, masalah etika dalam pengambilan gambar juga penting. Said Mufti perlihatkan beberapa jenis foto yang salah. Sebuah foto penyerahan penghargaan dari menteri kepada salah seorang kepala daerah ia tampilkan. “Apa yang salah?†tanyanya kemudian. Kemudian ia jelaskan bahwa bagian yang salah ialah sudut pengambilan gambarnya, disitu terlihat seakan-akan menteri yang menerima penghargaan bukannya memberi.
Waktu menunjukan pukul setengah dua belas, materi yang dipaparkan telah selesai. Kini saatnya masuk sesi tanya jawab. Rahmi,salah satu mahasiswa Ilmu Komunikasi, konsentrasi jurnalistik beri pertanyaan tentang tips dan trik dalam pengambilan foto.
Amriadi kemudian menjawab. Ia sampaikan bahwa tipsnya ialah menghilangkan rasa malu, rajin melihat karya foto, selain itu mencoba mengambil foto melalui beberapa perspektif bagus untuk dilakukan. “Untuk menambah wawasan kita ya perlu banyak berlatih,†simpulnya kemudian.
“Diskusi ini berikan banyak ilmu,†ujar Muda Harahap, salah seorang peserta yang hadir. Ia adalah mahasiswa FISIP jurusan Sosiologi. Muda Harahap katakan bahwa informasi mengenai kegiatan ini didapatnya dari spanduk yang dipasang.
Acara berakhir sekitar pukul dua belas siang. Ditutup dengan foto bersama seluruh peserta, pemateri dan panitia.