Bahana Mahasiswa taja Diklat Jurnalistik Mahasiswa Tingkat Dasar (DJMTD), Jumat (28/10). Sekitar pukul delapan pagi, peserta berkumpul di sekretariat Bahana. DJMTD ini dilaksanakan pada 28 hingga 30 Oktober 2016 dengan peserta berasal dari beragam fakultas di Universitas Riau (UR). Tak hanya dari UR, ada juga peserta dari Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) yang ada di pekanbaru. Hadir perwakilan dari LPM Gagasan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim, dari LPM Aklamasi Universitas Islam Riau, LPM Visi dan Supremasi dari Universitas Lancang Kuning dan LPM Inkrah dari Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan Hangtuah.

Acara dibuka dengan pembacaan ayat suci Al Quran oleh Rizky Ramadhan. Dilanjutkan dengan laporan dari ketua pelaksana, Agus Alfinanda. Agus sampaikan bahwa peserta yang hadir adalah mereka yang berhasil melewati seleksi. “Sebenernya ada 23 yang lulus, namun ada yang terhambat Ujian Tengah Semester,” imbuhnya.

Usai laporan ketua pelaksana, Ahlul Fadli selaku Pemimpin Umum Bahana Mahasiswa beri  sambutan sekaligus membuka acara. Kemudian diakhiri dengan pembacaan doa oleh Rizky Ramadhan.

Sembari menunggu pemateri hadir, Ahlul Fadli meminta peserta untuk memperkenalkan diri agar sesama peserta dapat lebih akrab lagi. Beberapa peserta berdiri dan bergiliran memperkenalkan diri.

Sekitar pukul sembilan pagi, materi dimulai. Suryadi jadi pemateri pertama, ia mengenalkan 10 elemen jurnalisme yang jadi prinsip setiap wartawan. Sepuluh elemen itu ialah kebenaran, loyalitas, disiplin verifikasi, independen, menyediakan forum publik, membuat tulisan yang menarik dan relevan, membuat berita yang komprehensif dan proporsional, mengikuti hati nurani dan terakhir bertanggung jawab.  Ditengah materi, Suryadi bertanya tentang apakah wartawannya harus objektif. Hampir seluruh peserta yang hadi setuju bahwa wartawan harus objektif. Suryadi kemudian sampaikan bahwa yang seharusnya objektif itu metodenya, bukan wartawannya.

Sekitar pukul sebelas siang peserta istirahat, sholat dan makan.

Acara dilanjutkan pukul dua siang. Materi kedua tentang interview dan straight news oleh Fakhrurodzi, salah satu alumni Bahana yang kini bekerja di media online dan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Pekanbaru.

Fakhrurrodzi sampaikan bahwa berita harus mencangkup 5W+1H, terdiri dari What, When, Who, Where, Why dan How. Ia sampaikan bahwa mental wartawan harus kuat. Ketika melakukan wawancara jangan mendebat narasumber. Bersikaplah ramah, adil dan hindari ketegangan.

Usai materi staright news dan wawancara, peserta diminta untuk mengaplikasikan materi telah didapat. Mereka diminta untuk mencari berita di sekitar kampus UR Gobah. Panitia juga ikut mengawasi peserta yang pergi meliput. Mereka mecari berita kemudian kembali ke sekretariat sekitar pukul lima sore.

Malamnya, pengenalan tentang sejarah Bahana oleh Aldi Roza, pemimpin umum bahana periode. Aldi Roza cerita bahwa anggota Bahana harus tangguh. Kru akan diuji selama tiga bulan. Aldi mengenang, suatu ketika ia pernah ditanya ngapain  datang ke sekre. Ia jawab kalau tidak ada yang mau dilakukan. “Langsung disuruh pulang sama senior. Jadi, kalau datang ke bahana harus bawa berita,” kenang Aldi.

Pada tahun 2002-2003 Bahana melahirkan beberapa lembaga otonom, seperti Bahana Production House yang diketuai oleh Sri Murni. Menjalankan beberapa program kampus yang bekerja sama dengan Riau TV. Adapula Bahana Press, fungsinya untuk menerbitkan buku. Ada juga Bahana Event Organizer, membidangi kerja sama dengan perusahaan di Riau dan mahasiswa UR.

“Bahana Mahasiswa merupakan tabloid teraktif se-Indonesia sampai saat ini,” tutup Aldi diakhir materinya. *Beta