“Mengapa kita harus melakukan riset sebelum memulai wawancara?” tanya Nurul Fitria. Ia merupakan Staf Advokasi dan Kampanye Jikalahari sekaligus alumni Bahana Mahasiswa atau BM. Yaya—begitu sapaannya, mengampu materi Term of Refference (ToR), riset, dan wawancara.

Kata Yaya, ToR merupakan kerangka acuan wartawan dalam proses liputan. Seluruh gambaran umum terkait isu liputan terangkum dalam ToR. Mulai dari narasumber yang akan ditemui, hingga fokus berita yang akan diangkat, sampai pertanyaan yang akan diajukan. Usai materi, peserta diminta lakukan praktik teknik wawancara.

Selama tiga hari, BM helat Kelas Jurnalisme—biasa disebut Kenal Bahana. Berlangsung hybrid, terhitung sejak 22 hingga 24 Oktober lalu. Kegiatan ini diikuti 19 peserta dari berbagai jurusan di Universitas Riau.

Usai jeda makan siang, Fakhrurodzi Baidi, Pemimpin Redaksi riauonline.co.id sambung materi kedua tentang metode penulisan straight news. Menurutnya, seseorang tidak akan bisa menulis tanpa membaca.

Lebih lanjut, Fakhrurodzi sampaikan, straight news adalah berita singkat yang menjelaskan sebuah peristiwa secara langsung. Penulisannya pun menggunakan konsep piramida terbalik. Artinya, informasi terpenting dimuat di paragraf pertama. Kemudian kalimat penjelas di paragraf selanjutnya. Penutup berita berupa informasi yang mendukung tulisan.

“Ini merupakan kunci penulisan straight news. Dimulai dari lead yang sangat menarik dan diakhiri oleh informasi pelengkap,” jelasnya.

Di penghujung waktu, Fakhrurodzi berikan beri tugas kepada peserta. Mereka diharuskan membuat tiga paragraf straight news selama 15 menit.

Fotografi jadi materi terakhir di hari pertama Kenal Bahana. Sustriyanto dari Street Photoghraphy paparkan jenis foto jurnalistik. Ada general news photo, daily life atau kehidupan sehari-hari, sport atau nuansa olahraga, dan science and technology atau bidang keilmuan.

Tak lupa, Sustriyanto jelaskan etika mengambil foto. Ia tekankan, fotografer jurnalistik tidak dibenarkan melakukan editing dan crop pada objek. Hanya boleh mengatur tingkat cahaya saja. Pun, tata krama perlu diperhatikan.

“Seorang fotografer juga dilarang ikut campur terhadap isu objeknya, kita hanya berfokus pada pengambilan gambarnya saja,” tutup Sustriyanto akhiri kelas pada Jumat (22/10).

Penulis: Almuhaimin Kembara Elmarbuni, Sakinah Aidah, Ellya Syafriani

Editor: Febrina Wulandari