Dalam merekrut anggota baru, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Bahana Mahasiswa adakan Kelas Jurnalisme (Kenal) Bahana. Kelas ini diadakan selama tiga hari dengan peserta dari berbagai jurusan dan perwakilan LPM di Pekanbaru.

Peserta yang ikut dalam Kenal Bahana sebelumnya sudah melewati tahap wawancara. Tahapan ini merupakan acuan dan penilaian terhadap peserta yang daftar. Bagi yang lolos seleksi akan mengikuti kelas selama tiga hari.

Materi pertama kelas yaitu mengenai Riset, Term of Reference (ToR) dan Interview oleh Aang Ananda Suherman. Ia salah satu alumni Bahana.

Riset adalah hal pertama yang harus dilakukan jurnalis sebelum liputan. Yakni mengumpulkan informasi dan data mengenai hal yang akan diangkat. Riset bisa didapat dari beberapa trail, seperti Material Trail, People Trail dan Money Trail.

Material Trail meliputi sumber cetak, foto, audio dan video.

People Trail, jurnalis harus menemukan aktor serta perannya dalam kasus. Kemudian mencari keterkaitan yang satu dengan lainnya, dimana orang sebagai benang merahnya. Selain itu, juga mencari sumber lain untuk membantu memecahkan masalah.

Terakhir, Money Trail. Mencari motif serta aktor dalam kasus terlebih dahulu. Lalu mencari benang merah antar aktor.

Selanjutnya materi Term of Reference (ToR).

ToR menjadi panduan sebelum liputan. Baik untuk liputan kecil, maupun besar. ToR dapat dibuat setelah melakukan riset permulaan. ToR berguna mempermudah jurnalis dalam mencapai target liputannya.

Kemudian mengenai interview atau wawancara. Aang paparkan hal yang harus diperhatikan saat wawancara. Pertama persiapan harus matang. Juga, harus tepat waktu, jeli dan sopan. Membangun kontak mata dengan narasumber juga penting. Dalam wawancara, jurnalis boleh bertanya kembali untuk memperjelas suatu hal yang membingungkan atau sensitif. Setelah wawancara selesai, periksa kembali catatan dan pastikan semua info telah diperoleh.

Aang contohkan mengenai skandal emas anggota kelompok Bre-X Minerals Ltd. Bre-X Minerals Ltd ialah sebuah perusahaan tambang Kanada yang pernah melaporkan bahwa mereka menemukan sebuah cadangan emas yang sangat besar di Busang, Kalimantan.

Skandal ini bermula dari Michael De Guzman, seorang ahli geologi asal Filipina yang selalu bermimpi menjadi kaya seumur hidupnya. Dia lantas mencetuskan gagasan penipuan yang kemudian jadi penipuan investasi terbesar di dunia. Bre-X membeli situs Busang pada Maret 1993. Dua tahun setelahnya mereka mengklaim cadangan emas yang terkandung di lahan Busang itu berjumlah sekitar 30 juta ons.
Bahkan pada 1997, Bre-X mengumumkan cadangan emas di tempat tersebut berjumlah 70 juta ons.

Mulanya sahamnya bernilai sangat kecil, namun setelah pengumuman itu, harga sahamnya mencapai nilai tertinggi pada $286.50 (dolar Kanada) di Toronto Stock Exchange (TSX), dengan kapitalisasi total senilai lebih dari $6 miliar dolar Kanada.

Skandal ini kemudian dibongkar oleh Bondan Winarno. Ia berhasil membuktikan bahwa tak ada emas di Busang. Emas itu hanya akal-akalan de Guzman demi menarik investor dalam jumlah besar. Juga, ia buktikan banyaknya kalangan yang tertipu oleh de Guzman. Termasuk Pemerintah Indonesia dan kalangan pengusaha saat itu.

Usai bercerita tentang perusahaan ini,  Aang akhiri materi dengan memberi tugas kepada peserta mengenai interview dengan orang disekitar. Tugas dikumpulkan sekitar pukul enam sore.

Malamnya, Hasanah Samhudi berikan materi tentang Straight News atau berita langsung. Pertama ia jelaskan pengertian straight news. Maksudnya suatu berita singkat yang dengan menyajikan informasi terpenting saja. Informasi tersebut mengandung unsur 5W + 1H ( what, who, when, where, why dan how) pada paragraf awal. Berita jenis ini sangat terikat waktu (deadline) karena informasinya cepat basi jika terlambat disampaikan kepada konsumen. Biasanya straight news menggunakan konsep seperti piramida terbalik.

Hasanah juga jelaskan jenis-jenis penulisan berita, piramida terbalik, dan struktur berita.

“Menulis berita yang baik itu bisa karna biasa,” tutup Hasanah diakhir materinya.

Kelas hari pertama ditutup dengan evaluasi tugas yang diberi Aang.

Berlanjut pada hari kedua.

Kenal Bahana hari kedua dibuka dengan ice breaking. Bukan sekadar ice breaking, berguna melatih daya ingat peserta. Konsepnya seperti pesan berantai. Mulanya, peserta dibagi beberapa kelompok. Peserta paling depan harus membisikkan kalimat yang telah diberikan panitia kepada peserta selanjutnya. Peserta paling belakang harus menebak kalimat yang ia dengar.

Kemampuan daya ingat dan cepat tanggap diperlukan dalam jurnalisme. Misalnya ketika mewawancarai narasumber dalam mode off the record. Jurnalis harus ingat dan paham apa yang dikatakan narasumber.

Setelahnya, peserta disuguhi materi Feature oleh Suryadi yang juga alumni Bahana. Menurutnya, feature termasuk gaya penulisan yang dapat memainkan perasaan pembaca. Berbeda dengan straight news yang menyampaikan langsung unsur 5W + 1H, pada feature dideskripsikan secara mendalam dan sesuai dengan fakta yang ada.

“Penulis harus mampu membuat pembaca seolah berada pada kejadian yang dibacanya. Disitulah kekuatan feature, pada deskripsinya.”

Diakhir materi, Suryadi meminta peserta untuk membuat deskripsi mengenai hubungan teman sesama peserta dengan ponsel pintarnya. Setiap peserta mewawancarai temannya untuk menggali hal tersebut, lalu ditulis dalam bentuk feature.

Materi selanjutnya Manajemen Redaksi oleh Dicky Pangindra. Dicky jelaskan struktur perusahaan media, tugas-tugas dari tiap struktur hingga proyeksi. Ia juga contohkan Manajemen Redaksi Bahana. Mulai dari Pemimpin Umum hingga Reporter.

Setelahnya semua peserta dibagi menjadi lima kelompok untuk simulasi. Tiap kelompok didampingi pamong untuk mengarahkan peserta. Konsepnya, tiap kelompok akan bertindak sebagai sebuah perusahaan media yang baru berdiri. Mereka harus mencari nama media, filosofi dan logonya. Tak lupa struktur media serta tugasnya. Kemudian mereka rapat proyeksi untuk membahas isu apa yang akan diangkat di medianya.

Sore harinya, peserta dibawa ke Bandar Seni Raja Ali Haji atau akrab disebut Purna MTQ. Peserta bebas mengangkat apa saja yang ada di sana. Saat itu ada Teater Bingkas Timur, Pameran Kartun 0102 dan persiapan hari jadi ABG Gowes. Ketiganya menjadi bahan liputan sebagian besar peserta.

Tak hanya itu, peserta juga dapat mengangkat hal menarik lain yang ada. Disinilah peserta dituntut untuk mencari sumber berita dan mewawancarai narasumber, tentunya didampingi pamong.

Usai meliput berita, peserta dibawa kembali ke Sekretariat Bahana untuk menulis berita dari hasil wawancara. Peserta diberi waktu hingga pukul 12 malam untuk merampungkan buletin mereka. Buletin ini akan dievaluasi secara bersama esok harinya.

Hari terakhir kenal Bahana dimulai dengan senam pagi dan sarapan bersama.

Sekitar pukul setengah sembilan pagi, peserta diberi materi Sembilan Elemen Jurnalisme. Made Ali yang juga Alumni Bahana yang saat ini sebagai Koordinator Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (Jikalahari) sampaikan materi. Ia mulai dengan memberikan beberapa contoh kasus yang berkaitan dengan wartawan.

“Wartawan harus netral dan mengesampingkan agama, orientasi politik, dan pengalamannya dalam mencari informasi dan menulis berita,” ungkap Made.

Lebih lanjut, Made sampaikan sembilan elemen yang dipakai dalam jurnalisme. Yaitu kebenaran, loyalitas kepada masyarakat, verifikasi dan independen terhadap sumber berita.

Juga sebagai pemantau kekuasaan dan forum publik. Kemudian menarik dan relevan, komprehensif, proporsional dan sesuai hati nurani.

Elemen Jurnalisme saat ini berjumlah sepuluh, setelah dikaji oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam bukunya yang berjudul Blur.

“Blur berarti bagaimana mengetahui kebenaran dari suatu berita di era banjir informasi,” ujar Made.

Sekitar pukul setengah dua acara dilanjutkan dengan evaluasi buletin setelah istirahat shalat dan makan. Evaluasi dipandu oleh Ambar Alyanada, selaku Redaktur Pelaksana dan Dicky pangindra, Redaktur Bahana.

Peserta diminta duduk sesuai kelompok. Tiap kelompok menyampaikan isi buletin masing-masing. Kelompok lain diharuskan menanggapi buletin yang dibahas. Mulai dari mengoreksi ejaan hingga konteks tulisan.

Sekitar pukul lima sore, Bahana kedatangan tamu dari Forum Pers Mahasiswa (Fopersm4) Riau. Fopersm4 merupakan wadah bersama pers mahasiswa yang ada di Riau. Kali ini diwakilkan oleh Ardian dan Arif Budiman dari Media Mahasiswa Aklamasi. Kemudian semua peserta dan panitia, juga Fopersm4 memperkenalkan diri. Setelahnya, peserta diminta menyampaikan kesan dan pesan selama mengikuti Kenal Bahana.

“Saya bersyukur bisa mengikuti Kenal Bahana, di sini saya menjadi tahu apa yang sebelumnya tidak saya ketahui mengenai berita,” ujar Indah, salah satu peserta Kenal Bahana.

Kemudian Rizky Ramadhan, selaku Pemimpin Umum Bahana Mahasiswa katakan bahwa Bahana adalah tempat belajar bagi siapa pun yang ingin belajar.

“Mari kita berproses bersama untuk menjadi lebih baik lagi kedepannya, terutama dalam hal menulis.”

Setelah mengikuti Kenal Bahana, semua peserta kecuali delegasi LPM lain resmi menjadi kru magang Bahana. Kedepannya akan diadakan kelas spesialisasi yang diisi dengan materi menulis, fotografi, videografi dan webmaster. Kru magang yang baru boleh memilih kelas sesuai minat masing-masing.

Kenal Bahana ditutup dengan foto bersama.

Reporter : Merryanti, Ropida Auna, Zhavira Fitri Mardhatillah

Editor : Annisa Febiola