Kronologi Aksi Bela Rakyat di Riau

PUKUL SATU SIANG, beberapa orang sibuk memasang alat pengeras suara di mobil bak terbuka. Indra Rangkuti dan Aditya Putra mengikat pada bagian atap mobil. Atribut dan bendera Indonesia turut dibawa. Beberapa orang ikut naik ke mobil.
Mahasiswa lain berdatangan. Memakai almamater biru langit dan lengan mereka diikat kain merah. Lima belas menit kemudian mobil bergerak menuju kawasan kampus Universitas Riau.

“Ayo kita jemput kawan-kawan kita di fakultas,” lantang Indra—Menteri Hukum dan Advokasi Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Riau (BEM UR).

Dua puluhan mahasiswa mengekor dibelakang mobil. Rute pertama dilalui, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ekonomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Teknik, Fakultas Pertanian, Fakultas Perikanan dan Kelautan dan kembali ke sekretariat BEM UR.
Mahasiswa yang menunggu di setiap fakultas bergabung dalam iring-iringan massa. Akbar Anggriawan, koordinator lapangan memegang microphone sambil orasi mengajak massa.

Konsolidasi akhir aksi bela rakyat 121 dilakukan di BEM UR. Intinya, Presiden, Gubernur, Menteri dan koordinator lapangan menjadi tim negosiator pada aksi. Ditengah konsolidasi, massa dari Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) tiba di BEM UR. Insanul Kamil—Presiden Mahasiswa (Presma) UIN Suska ikut konsolidasi.
Pukul dua siang, massa dari kedua universitas menuju UR Gobah. Satu bus, ratusan sepeda motor dan mobil bak terbuka beriringan. Disana sudah menunggu massa dari Fakultas Hukum UR dan Politeknik Caltex Riau (PCR). Mobil polisi didepan mengawal massa. Polisi lain mengendarai motor menutup setiap persimpangan jalan.

Sampai di simpang empat SKA, massa dari Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) bergabung dengan rombongan. Perjalanan tidak ada hambatan hingga ke UR Gobah.

Ribuan massa bergerak ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Riau. Massa disambut aparat pengamanan yang terdiri dari Polisi dan Satpol PP. Gerbang utama ditutup. Dengan cepat, massa memarkirkan kendaraan di Jalur Hijau DPRD Riau.

Massa membakar ban bekas di Jalan Sudirman, tepat di depan gerbang masuk DPRD Riau. Gerbang akhirnya dibuka. Kemudian massa masuk dan orasi di depan gedung DPRD Riau. Tiga buah ban bekas dibakar lagi.
Presma dan gubernur tiap universitas bergantian orasi.

“Kebijakan Jokowi tidak pro rakyat. Menyengsarakan rakyat,” tegas Abdul Khoir—Presma UR.
Hampir setengah jam, perwakilan DPRD Riau tak juga muncul menyambut massa. Tiga orang DPRD Riau termasuk Wakil Ketua DPRD Riau, Sunaryo akhirnya menemui massa dan bernegosiasi. Massa ingin masuk ke gedung DPRD. Meminta petinggi DPRD dan ketua-ketua komisi untuk hadir langsung mendengar aspirasi massa.

Di tengah proses dialog, dua mobil plat merah meninggalkan gedung wakil rakyat. Beberapa massa berlari ke arah pintu keluar dan menutup gerbang. Polisi dan korlap berusaha menenangkan dan perintahkan kembali ke massa yang berkumpul.
Setelah berdialog cukup alot, anggota DPRD Riau sepakat mendengar aspirasi di ruang medium rapat setelah shalat ashar. Aksi berhenti dan shalat di Masjid kawasan DPRD.

Usai shalat Ashar, massa masuk ke ruangan yang telah disediakan. Ruang medium tak cukup menampung ribuan massa. Sebagian massa berada di ruang tunggu sambil menyanyikan mars mahasiswa, darah juang dan orasi. Perwakilan massa meminta ruang rapat paripurna dengan kapasitas yang lebih besar untuk menampung seluruh massa aksi.

Negosiasi berhasil dengan catatan tidak merusak benda yang ada di ruang tersebut. Massa diperkenankan menggunakan ruang rapat paripurna yang berada di lantai dua. Kericuhan sempat terjadi. Aparat pengamanan membuat pagar betis di tangga gedung.

“Ada perbedaan paham. Anggota DPRD mengijinkan ke lantai dua. Tetapi polisi tidak,” tukas Akbar dari balik Toa. Polisi akhirnya melunak dan massa memasuki ruang rapat paripurna.
Massa dengan tertib mengisi ruang rapat paripurna. Massa perempuan berada dibelakang. Kursi ruangan tak cukup, sebagian massa duduk dilantai.

Jpeg
Pembacaan Pernyataan Sikap Oleh Abdul Khair

Sunaryo ditemani tiga anggota DPRD Riau. Abdul Khoir mewakili BEM UR, UIN Suska, UMRI, Ikatan Pelajar Mahasiswa Muhammadiyah, Himpunan Mahasiswa Islam dan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia membacakan pernyataan sikap.

“Kami menolak dengan tegas Peraturan Pemerintah No.60 tahun 2016 mengenai kenaikan biaya administrasi BPKB dan STNK, menolak dengan tegas kenaikan biaya tarif dasar listrik yang mencapai 242,5 persen yang akan menyengsarakan rakyat. Mencabut Peraturan Pemerintah No.60 tahun 16 dan membatalkan kenaikan taris dasar listrik untuk rakyat kecil dengan pelanggan berdaya 900VA,” ucap Khoir.

Usai membacakan pernyataan sikap, seluruh massa menyanyikan lagu Darah Juang.
Sunaryo memberikan tanggapan.

“Kami sepakat dengan aspirasi dan akan meneruskan ke pemerintah pusat.” Disambut tepuk tangan massa.
Namun, perwakilan massa tak puas. Mereka menyiapkan petisi dan meminta seluruh pimpinan dan anggota DPRD Riau menandatangani. Tetapi hal tersebut tak bisa dipenuhi.

Akbar mengundang seluruh media yang hadir untuk kedepan ruangan. Ia meminta Sunaryo memberikan dukungan reformasi jilid dua secara lisan.

“Kami DPRD Riau mendukung aspirasi dan akan meneruskan tuntutan saudara,” ucap Sunaryo ditengah awak media yang berkumpul.
Sontak massa berteriak.

“Tidak itu kata-katanya pak! Mendukung reformasi jilid dua yang benar.”

Sunaryo meninggalkan awak media.

Akbar kemudian meminta massa perempuan untuk pulang karena sudah hampir malam. Ia pun instruksikan massa agar keluar gedung karena aparat pengamanan berseragam lengkap sudah berjaga-jaga disekeliling ruangan.
Sampai sore hari. Pasukan pengamanan ditambah. Ada tiga kompi dari instansi berbeda disiagakan.

Massa berhamburan keluar gedung menuju Jalan Sudirman. Terjadi salah paham antar massa. Beberapa memblokade jalan hingga terjadi kemacetan. Sebagian lain menggunakan motor ke arah Anjung Seni Idrus Tintin.

Indra berteriak ditengah massa. “Ambil motor kalian, kita ke MTQ.”

Massa berkumpul di depan kawasan Anjung Seni Idrus Tintin atau dikenal Purna MTQ. Tepat di U Turn Jalan Sudirman, massa memblokade satu arah menuju Jalan Kaharuddin Nasution atau bandara. Kemacetan panjang terjadi.

Seseorang mengumandangkan adzan. Massa pun shalat magrib di jalan.

Usai shalat, perwakilan massa berdiskusi untuk mengambil keputusan selanjutnya.
“Kita diberi waktu sampai pukul delapan, jika tetap disini akan dibubar paksa,” terang Indra.
Massa akhirnya memilih pulang dan tetap dikawal polisi pada pukul tujuh malam.
Agendanya, besok pukul empat sore dilakukan konsolidasi untuk tindakan selanjutnya.#Eko,Wilingga.