Kuliah Kerja Nyata atau Kukerta Terintegrasi Pengabdian akan menjadi pilihan baru bagi mahasiswa Universitas Riau (UNRI). Ini merupakan program baru yang dipersiapkan oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) UNRI tahun ini.
“Tinggal persiapan prosedur administrasi saja. Selebihnya sudah selesai,” kata Evi Nadhifah Prihatini, Kepala Bagian Tata Usaha LPPM.
Kukerta ini berbentuk kolaborasi antara pengabdian dosen dan mahasiswa. Dosen akan mengusulkan proposal pengabdiannya ke LPPM untuk diseleksi. Lalu, yang lolos akan didanai dan diumumkan di laman resmi milik LPPM.
Jadi biaya program ini berdasarkan proposal yang diajukan oleh dosen. Berbeda dengan program Kukerta Tematik yang dibantu dengan nilai yang ditetapkan oleh LPPM. “Kalau proposalnya menarik pasti sponsor mau membantu,” jelas Evi.
Dari laman pengumuman itu mahasiswa bisa memilih proposal yang dikehendaki, lalu mulai menyusun program kerja yang akan dilakukan untuk diseleksi lagi.
Usulan program kerja harus sesuai dengan proposal yang dipilih. Serta mampu menunjang pengabdian milik dosen yang bersangkutan.
Agar bisa lolos, minimal mahasiswa membuat empat belas usulan program kerja. Hal ini diasumsikan sama dengan enam belas kali pertemuan kuliah. Meliputi dua kali pembekalan dan empat belas kali pelaksanaan program.
Sementara pada pelaksanaan di hari terakhir, tim Kukerta wajib menyelenggarakan lokakarya. Untuk bahan evaluasi serta penyampaian hasil kinerja dihadapan masyarakat desa setempat.
Sebenarnya model Kukerta ini mengakomodir mahasiswa transfer atau mahasiswa akhir yang biasanya mengikuti Kukerta non reguler. Tetapi belum dipastikan akan diprioritaskan untuk siapa. Sehingga pendaftarannya masih terbuka untuk seluruh mahasiswa. Meskipun belum ada rincian persyaratan secara gamblang, hanya secara umum saja seperti menyelesaikan minimal 100 sks.
Sedangkan untuk anggota minimal berasal dari tiga fakultas berbeda. Prinsipnya semakin banyak bidang ilmu yang tergabung akan lebih baik.
Evi yakin Kukerta Terintegrasi Pengabdian ini bakal menyedot minat yang tinggi di kalangan mahasiswa. Sebab, lebih efisien dari segi waktu. Karena lokasi desa tidak lebih dari 60 Kilometer dari Pekanbaru, memudahkan mahasiswa dalam pelaksanaan Kukerta. Sehingga, mahasiswa tidak perlu menginap. Mahasiswa juga tidak mesti turun ke desa setiap hari, tergantung kesiapan.
Tawaran menarik lainnya, pelaksanaan Kukerta bisa dilakukan sambil kuliah. Artinya, mahasiswa masih tetap bisa mengikuti perkuliahan disela-sela masa Kukerta.
Waktu untuk pengumuman program ini masih belum bisa dipastikan. Melihat batas pengajuan proposal dosen yang baru berakhir 31 Januari nanti.
Adanya program ini diharapkan dapat menepis paradigma Kukerta hanya sebatas mata kuliah.Lebih lagi, Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi akan mengganjar poin yang tinggi untuk UNRI. Karena menyelaraskan pengabdian dosen dengan mahasiswa Kukerta.
Mengenai konsep Kukerta Tematik untuk tahun ini tengah dalam proses review di LPPM. Belum dipastikan kapan akan selesai.
Tapi, untuk tema proposal direncanakan berbasis potensi desa. Maksudnya segala aspek yang menarik dan dapat dikembangkan di desa tempatan. Tak hanya wisata tetapi dapat meliputi sosial masyarakat, ekonomi, budaya maupun lingkungan.
Untuk aspek lingkungan contohnya memberikan edukasi masyarakat desa agar mengelola lahan dengan baik dan tidak membakar lahan. Atau membuat produk yang berpotensi menjadi nilai jual di desa.
Romi Kurniadi selaku Staf LPPM membagikan tips agar proposal didanai. Pertama proposal yang diajukan harus menghasilkan keluaran berupa produk nyata. Seperti tahun lalu ada yang membuat buku panduan desa, galeri kerajinan hingga produk olahan.
Selanjutnya, program yang disusun harus terintegrasi dengan pengabdian. Lalu, yang terpenting mengikuti format penulisan sesuai ketentuan. “Formatnya nanti kita sosialisasikan. Sementara, pakai saja contoh yang lama,” katanya.
Jika ada perubahan nantinya tinggal merubah sedikit atau menyesuaikan saja. Sedangkan untuk besarnya dana bantuan yang akan diterima mahasiswa Kukerta Tematik belum dipastikan. Tergantung dari besaran Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri atau BOPTN yang diterima UNRI.
Informasi untuk tahun lalu, setiap kelompok Kukerta menerima uang 2,5 juta rupiah.
Evi dan Romi sepakat, berapa besaran dana bantuan yang diterima tak jadi soal. Sebab jika proposal memang menarik, tentu akan mudah saja mencari mitra kerja.
Mahasiswa juga dituntut siap terjun kelapangan, memanfaatkan peluang yang ada serta mampu berbaur di masyarakat.
“Kukerta bukan hanya sekedar pindah tidur saja,” ujar Romi.
LPPM sendiri menargetkan seratus proposal yang akan masuk dan didanai. Dengan kalkulasi seribu mahasiswa yang terjun di Kukerta Tematik ini.
Antusias mahasiswa mengikuti Kukerta semakin besar, apalagi menjelang Februari. Hal ini diakui Romi karena banyak yang menanyakan kapan Kukerta Tematik dibuka. Baik ditanya secara langsung ke LPPM atau menghubungi Romi secara personal.
Ia menghimbau agar mahasiswa sebaiknya menunggu pengumuman resmi LPPM. Jangan mudah mempercayai informasi yang tak jelas sumber asal usulnya. Karena belakangan beredar informasi yang tak valid.
Ada yang menyebutkan pendaftaran Kukerta Tematik sudah ditutup. Ada pula beredar daftar desa tahun lalu yang diganti tahun sekarang. Sehingga meresahkan mahasiswa yang akan mengikuti Kukerta tahun ini.
“Pantengin aja terus di www.lppm.unri.ac.id,” himbau Romi.
Persiapan Kukerta tahun ini sedikit terganggu sebab baru dilantiknya pejabat tinggi di kampus. Serta kekosongan jabatan Sekretaris LPPM yang ditinggalkan Saiful Bahri yang naik menjadi Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Perencanaan dan Sistem Informasi.
“Doakan saja Maret atau April kita launching. Kemungkinan bareng sama Kukerta Terintegrasi biar mahasiswa punya banyak pilihan,” harap Evi.
Penulis: Dicky Pangindra
Editor: Ambar Alyanada Numashurrayya Dewi