Kuliah Umum bersama Menteri Ristekdikti

Universitas Riau (UR) gelar Kuliah Umum bersama Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Ristekdikti) Republik Indonesia Muhammad Nasir. Bertempat di aula lantai 4 Rektorat UR, Selasa (14/11).

Kegiatan yang bertema Peranan Pendidikan Tinggi dalam Peningkatan Daya Saing di Era Globalisasi ini dihadiri oleh civitas akademika UR.

Acara dibuka dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Kemudian sambutan Aras Mulyadi Rektor UR. Dalam sambutannya Aras jelaskan bahwa UR terdiri dari 10 fakultas dengan 92 program studi (prodi).

Dimana 16 persen diantaranya terakreditasi A, 59 persen terakreditasi B, 7 persen terakreditasi C dan sisanya belum terakreditasi karena baru berdiri. “UR juga sedang mendirikan beberapa prodi baru serta Fakultas Keperawatan.”

Muhammad Nasir kemudian isi materi. Ia jelaskan bahwa Indonesia memiliki sebanyak 4.529 Perguruan Tinggi (PT) dengan 25.876 prodi. “Namun posisi Indonesia jauh tertinggal dari negara lain yang jumlah PT nya di bawah Indonesia.”

Ia kemudian tuturkan syarat universitas menjadi berkelas dan bersaing di dunia menurut Henry M Levin. Pertama, excellence in research yaitu keunggulan dalam penelitian yang dilakukan oleh dosen suatu universitas. Kedua, internationalication yaitu internasionalisasi dalam demokrasi dalam kepemimpinan seorang pimpinan universitas. Ketiga, a talented undergraduate body yaitu suatu universitas harus menghasilkan seorang sarjana yang berbakat dan siap bersaing di luar.

Selanjutnya quality of teaching yaitu kualitas dari pengajaran suatu universitas terkait koneksi dengan masyarakat ataupun komunitas. Terakhir, within institutional collaboration yaitu dalam kolaborasi kelembagaan universitas.

“Di samping skill, inovasi juga tak kalah penting,” ujar Muhammad Nasir.

Ia kemudian paparkan hasil publikasi Indonesia. Dari jumlah prodi 25.876 di Indonesia, hanya 149 prodi yang masuk posisi Internasional. Tercatat pada akhir 2014 publikasi Internasional Indonesia menduduki posisi keempat di Asia Tenggara.

Lalu pada 2015 Indonesia mengalami ketertinggalan dari negara tetangga dengan jumlah publikasi sebanyak 5.250. Pada 2016 jumlahnya bertambah menjadi 11.700 publikasi.

“Hingga 2 November 2017 tercatat sudah ada 13.729 publikasi yang disusul Thailand pada angka 12 ribuan.”

Menurutnya, karya tak cukup jika hanya dipublikasi. Terdapat beberapa kelemahan hingga publikasi Indonesia di tingkat Internasional tertinggal. Diantaranya teknologi yang ditemukan telah kedaluarsa serta cost dan profit penelitian yang rendah.

Kemenristekdikti akan berupaya mengembangkan beberapa bidang. Bidang pertama, pangan dan pertanian agar ditemukan inovasi sehingga lebih produktif. Kedua, bidang kesehatan dan obat-obatan yang diciptakan dalam negeri sendiri, bukan diimpor seperti yang dilakukan selama ini.

Ketiga, bidang teknologi informasi dan komunikasi. Keempat, bidang transportasi dimana Indonesia telah uji coba pesawat buatan Indonesia N-219 yang diberi nama Nurtanio pada 16 Agustus lalu. Selanjutnya bidang nanoteknologi, teknik pertambangan, maritim dan penanggulangan bencana.

Muhammad Nasir minta UR bekerja keras untuk mencapai Akreditasi A dan jangan tertinggal daya saing dalam global competition.  “Faktor pendukungnya yaitu kesiapan teknologi, inovasi, dan mutu pendidikan.” 

Ia juga jelaskan jenis perguruan tinggi menurut UU No 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi. Yakni Perguruan Tinggi Negeri dan Perguruan Tinggi Swasta.

Universitas juga diatur  dalam Peraturan Pemerintah No 4 Tahun 2014, dimana suatu PT memiliki senat akademik yang menjalankan fungsi penetapan kebijakan, pemberian pertimbangan dan pengawasan di bidang akademik kampus.

Keanggotaan Senat terdiri atas rektor dan pembantu rektor, dekan, dosen profesor dan bukan serta Ketua Lembaga. Mahasiswa menjadi objek yang dikembangkan.

Urusan non akademik kemudian diatur dalam Majelis Wali Amanah (MWA) yang keanggotaannya terdiri dari senat akademik, rektor, mahasiswa, pegawai dan masyarakat.

“Jika berkaca dari luar negeri, hanya ada 5 fakultas dalam suatu universitas,” ujar Muhammad Nasir.

Ia sampaikan jika UR berani menerapkan seperti itu, Kemenristekdikti akan siapkan dana sekitar dua puluh hingga tiga puluh miliar.

Universitas juga diminta menciptakan lulusan yang mampu berdaya saing. Pengajar sekurangnya doktor atau guru besar. Meskipun dalam UU No 14 tahun 2005 dijelaskan bahwa syarat dosen minimal harus Strata 2 (S2).

Muhammad Nasir kemudian bahas beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Sekitar tiga triliun diarahkan untuk beasiswa. “Syarat beasiswa program doktoral adalah universitas harus menempati posisi dua ratus besar universitas seluruh dunia.”

Mohamad Nasir harapkan UR dapat meraih Akreditasi A dan masuk dalam 200 Universitas terbaik dunia. Kuliah umum berakhir pukul setengah enam sore, ditutup dengan sesi foto bersama. *Annisa Febiola