Mapala Humendala Kembali Laksanakan Ekspedisi Sungai Kampar

Dug dug dug dug dug…

Delapan tamu undangan serempak memukul kompang sebagai tanda dibukanya kegiatan Ekspedisi Sungai Kampar II secara resmi. Pembukaan helatan alam ini dilakukan di Desa Buluh Cina, Kampar pada Senin (28/11).

Sulaiman Ketua Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Humendala bilang ekspedisi ini merupakan kali kedua. Setelah yang pertama berlangsung pada 2019 lalu. Lanjutnya, latar belakang keberlangsungan ekspedisi ini melihat dari pencemaran sungai yang mengakibatkan penurunan kualitas air sungai.

“Sungai ini telah sakit, dan kini kita besuk,” ucap mahasiswa Jurusan Akuntansi ini.

Ekspedisi Sungai Kampar merupakan bentuk penjelajahan dan penyelamatan daerah aliran sungai Kampar yang diikuti oleh anggota Mapala Humendala. Tak sendiri, dibentuk tim yang berisi 22 orang. Empat diantaranya adalah tim Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan. Tiga tim dokumentasi, dan selebihnya anggota Mapala Humendala.

Bentuk kegiatan ekspedisi dimulai dengan pengarungan sungai dan observasi pendataan kondisi lingkungan. Lalu dilanjutkan sosialisasi dan kampanye aksi peduli lingkungan. Terakhir ada penanaman pohon dan brand audit sampah.

Brand audit merupakan salah satu kegiatan untuk mengetahui jenis-jenis sampah atau bungkus makanan serta perawatan pribadi, yang paling banyak dikonsumsi atau digunakan oleh masyarakat sekitar sungai.

Sisanya, akan lakukan wawancara pada masyarakat sekitar. Kebanyakan menemui nelayan di pinggiran sungai, untuk mencari tahu mengenai kebudayaan, ekonomi, dan kesehatan masyarakat yang dikaitkan dengan susuran sungai.

Jelasnya lagi, selain menjelajahi sungai mereka juga akan mengukur kualitas air Sungai Kampar serta melakukan pendataan kondisi masyarakat disekitarnya. Di mana akan ditinjau dari segi perekonomian, budaya, hingga sosial.

Selanjutnya, Sri Indarti berikan apresiasi penuh untuk kegiatan  ini. Menengok dari Tridarma Perguruan Tinggi, Sri katakan ekspedisi inilah salah satu bentuk praktisinya. Terjun langsung ke pengabdian masyarakat. Yang mana merupakan bentuk kolaborasi integrasi antara masyarakat Kampar dan pemerintah

“Terjun langsung ke pengabdian masyarakat. Ini sangat luar biasa,” tutur calon rektor UNRI tahun 2022-2026 ini. 

Azrianto turut beri komentar. Ia coba berikan pandangannya terhadap perbandingan air sungai masa kini dan dulu. Katanya sewaktu ia masih belia, sekitar tahun 80an, Sungai Kampar miliki kualitas air yang bagus. Bahkan bisa diminum hingga memenuhi kebutuhan rumah tangga lainnya. 

“Sungai Kampar ini sumber kehidupan untuk mereka yang tinggal di pinggirannya,” katanya.

Harapannya pada kegiatan ini, Humendala dapat memberi laporan atau hasil dari pengukuran mutu air. Supaya dapat ditindak lanjuti ke depannya.

Sambutan diteruskan oleh Pejabat Bupati Kampar, Kamsol. Serupa dengan sebelumnya Ia kembali menekankan bahwasannya sungai menjadi hal penting untuk wilayah Riau. Ia bilang salah satu sungai yang masih terjaga kearifan lokalnya, yaitu Sungai Subayang di Kecamatan Kampar Kiri Hulu.

Kegiatan yang berlangsung mulai 28 November hingga 6 Desember ini, nantinya akan berakhir di Teluk Meranti. Tim pun terbagi menjadi dua, tim darat dan tim air.

Zhafran selaku Koordinator tim air sebut, kegiatan akan melakukan pengukuran kualitas air selama penyusuran sungai. Menghitung keasaman pada air, garam, dan zat padat yang terlarut. Serta mengukur suhu air dan produksi listrik atau EC.

Beberapa tamu yang turut meramaikan adalah Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Mamun Murod dan Pejabat Bupati Kampar Kamsol. Lalu ada Sri Indarti yang kini masih berpangku jabatan sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas Riau.

Ada juga Boby Rachmat selaku Kepala Dinas Kepemudaan dan Olahraga, Irpana Nur dari Balai Pengelola Daerah Aliran Sungai Hutan Lindung serta Rulianto pemangku Balai Wilayah Sungai Sumatera III. Terakhir Kepala Desa Buluh Cina Azrianto.

Penulis : Ellya Syafriani

Editor : Karunia Putri