Balai Bahasa Riau menyelenggarakan Diseminasi Gerakan Literasi Nasional (GLN). Pelatihan diisi oleh Fakhrunas MA Jabbar yang merupakan sastrawan sekaligus dosen di Universitas Islam Riau serta Hasan Basril selaku Majelis Pertimbangan Organisasi Aliansi Jurnalis Independen ( MPO AJI) Pekanbaru.
Tema yang diangkat yaitu Tingkatkan Kemampuan Baca Tulis Melalui Gerakan Literasi Nasional. Menurut Songgo Siruah, Kepala Balai Bahasa Riau, literasi adalah bagaimana memahami apa yang ditulis maupun dibaca.
“Utamakan Bahasa Indonesia, lestarikan bahasa daerah, dan tertibkan bahasa asing.†Ini adalah motto Balai Bahasa.
Pelatihan ini ditujukan untuk seratus peserta. Terdiri dari penulis, sastrawan, wartawan media serta lembaga pers mahasiswa di Pekanbaru. Zulmansyah Sekedang selaku Ketua Persatuan Wartawan Indonesia atau PWI Riau diminta membuka acara. Bertempat di Hotel Alpha, Senin 19 Agustus.
Sebelum pelatihan dimulai, panitia membacakan pemenang sayembara menulis buku kategori membaca dini dan membaca mahir yang digelar Balai Bahasa Riau. Juga, lomba karya ilustrasi cover buku. Usai penyerahan hadiah kepada pemenang, Jefry Al-Malay diminta membacakan puisi karyanya.
Selanjutnya Hasan Basril memaparkan terkait bahasa ragam jurnalistik. Bahasa jurnalistik harus singkat, sederhana dan menggunakan kalimat yang jernih. Maksudnya, kalimat harus jelas, tidak bertele-tele. Dalam menulis berita, wartawan tidak boleh bias atau memberitakan sesuatu yang dicampuri dengan pendapat subjektif wartawan. Kemudian menggunakan kosa kata baku, jika tak baku, kata tersebut harus dicetak miring. Bahasa yang digunakan dalam jurnalistik hendaknya Bahasa positif. Contohnya, frasa tidak terima diganti dengan kata menolak.
Ia juga mengupas penulisan akronim, bahasa asing dan daerah, ungkapan, istilah, jabatan, gelar akademik. Juga judul berita yang tak mencampurkan antara opini dan berita.
“Standar berita di media cetak dan daring, tetap menggunakan kode etik jurnalis,†tutup Hasan Basril.
Tidak hanya Songgo Siruah dan Hasan Basril, panitia mendatangkan juga Fakhrunnas MA Jabar. Ia mengupas terkait penulisan kreatif.
Penulisan kreatif biasanya menggunakan bahasa yang indah dan majas. Majas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain.
Ia juga membagi tips kepada peserta bagaimana mendapatkan inspirasi, gagasan dan ide yang kreatif. Seperti dari pengalaman, perbanyak membaca/mendengar, merenung, berbicara dengan orang lain, berwisata dan menyaksikan berbagai peristiwa.
Fakhrunnas juga memberi tahu langkah-langkah menulis. Pertama dimulai dengan membuat outline dan kata kunci. Dilanjutkan menulis dengan isi yang logis, membaca kembali setiap kalimat dan paragraf. Penulis harus percaya akan tulisannya. Langkah terakhir yaitu memeriksa kesalahan penulisan, hubungan antar paragraf dan baca kembali seluruh tulisan.
“Jadilah paus biru yang terus bertumbuh hingga akhir hayat dilaut biru,†ujar Fakhrunnas sebagai penutup penyampaian materinya.
Berakhirnya materi oleh Fakhrunnas menjadi penutup Diseminasi GLN kali ini.
Reporter: Mickyal Mashyuri Vebian Lubis
Editor: Annisa Febiola
[image lightbox=”1″ caption=”Foto oleh @balaibahasariau”][/image]