Pada 17 Juli 2017, Bahana Mahasiswa Universitas Riau akan memasuki usia 34 tahun. Memperingati hari lahir tersebut, pengurus lembaga pers mahasiswa tertua di Riau ini akan melaksanakan serangkaian kegiatan. Diantaranya, seminar media anti hoax, peluncuran buku dan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut atau kelas jurnalisme sastrawi. Milad Bahana Mahasiswa kali ini mengusung tema, tak kan hilang budaya kritis di Bahana.

Kata Suryadi Pemimpin Umum Bahana, tema ini sesuai dengan motto Bahana, mengembangkan tradisi akademis yang kritis. Motto ini disematkan pada masa kepemimpinan T. Zulmizan F Assegaf. Ia generasi ke lima di Bahana Mahasiswa.

Seminar media anti hoax dibuat karena maraknya informasi bohong yang tersebar melalui media sosial. Perkembangan teknologi seolah-olah tak mampu membendung informasi yang jauh dari proses verifikasi. “Bagi orang yang tidak memahami proses mencari kebenaran tersebut bahkan menjadi penyumbang berita bohong dengan cara ikut menyebarluaskannya,” sebut Suryadi.

Untuk membedah diskusi ini, pengurus Bahana Mahasiswa mengundang Yosep Adi Prasetyo Ketua Dewan Pers. Kehadiran sosok yang sering disapa Stanley ini penting untuk menjelaskan program Dewan Pers mengenai verifikasi media massa di Indonesia. Kabarnya, program ini juga bertujuan untuk menangkal media massa terutama media mainstream yang kerap menghilangkan kepercayaan publik.

Pembicara lainnya yakni, Andreas Harsono Pendiri Yayasan Pantau. Ia rutin melatih wartawan, blogger maupun masyarakat umum yang punya ketertarikan menulis. Tiap tahunnya Pantau buat pelatihan yang mereka sebut kursus narasi. Disini diajarkan menulis laporan panjang dan mendalam. Laporan yang panjang dan mendalam pasti dikerjakan dengan serius dan patuh pada proses verifikasi. “Kalau sudah begitu pasti jauh dari kata hoax,” ujar Suryadi.

Pembicara ketiga ada Zulmansyah Sekedang. Ia Ketua Serikat Perusahaan Pers Riau juga Direktur Riau Pos. Zulmansyah akan bicara perkembangan media dalam konteks lokal, dalam hal ini di Riau. Tentunya dikaitkan dengan tema seminar. Untuk menuntun seminar ini, Ilham Muhhamad Yasir mantan wartawan Riau Pos yang sekarang berkiprah sebagai anggota KPU Riau, didapuk sebagai moderator.

Namun, sebelum seminar digelar, momen hari jadi Bahana Mahasiswa juga ditandai dengan peluncuran buku kumpulan tulisan rubrik khazanah dalam koran, tabloid maupun majalah Bahana Mahasiswa dari 2005 hingga 2015. Buku ini diberi judul Kuntau Empat Penjuru. Ia diambil dari salah satu judul tulisan yang ada di dalam buku.

Setelah dua agenda di atas berlangsung, selanjutnya akan dilaksanakan pemotongan nasi kuning sebagai penanda syukur atas kiprah dan perjalanan Bahana Mahasiswa selama ini. Kata Jeffri Pemimpin Perusahaan Bahana Mahasiswa, segala doa dan harapan akan tersematkan pada momen yang sakral ini.

Usai semua agenda dilaksanakan, pengurus Bahana Mahasiswa langsung menggelar pelatihan jurnalistik yang disebut dengan kelas jurnalisme sastrawi. Kelas ini akan diikuti oleh jurnalis mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi yang ada di Sulawesi, Jawa dan Sumatera. Mereka berjumlah 21 orang. Peserta akan dibawa ke Kabupaten Siak sebagai tempat pelatihan berlangsung.

Selama 6 hari kelas, Andreas Harsono akan mengampu mulai dari Selasa hingga Kamis siang. Selanjutnya, ia akan digantikan oleh Budi Setiyono Redaktur Pelaksana Majalah Historia hingga Sabtu sore. Baik peserta dan pemateri kelas jurnalisme sastrawi akan tiba di Pekanbaru pada Minggu 16 Juli. Terkecuali Budi Setiyono yang kerap disapa Buset. Ia baru bisa tiba pada Kamis pagi 20 Juli.*Eko Permadi