Pelaksanaan Wisuda UNRI Oktober 2018 Hari Pertama dinilai Kurang Nyaman

Jonni Sinurat duduk di luar gedung pelaksanaan wisuda Universitas Riau. Di samping tenda yang terletak di sebelah kanan gedung, ia duduk sambil menghisap seputung rokok yang baru saja diambilnya. “Panas di situ, tak nampak juga pun,” katanya berusaha menjelaskan.

Ia datang ke Pekanbaru untuk memenuhi undangan wisuda anaknya yang kuliah di Fakultas Perikanan dan Kelautan UNRI. Dari daerah Toba, Sumatera Utara bersama anak lelakinya melalui jalur darat. Membutuhkan waktu kurang lebih 11 jam untuk tiba, berangkat pukul empat sore dan sampai pukul tiga pagi.

10 Oktober kali ini menjadi hari kebahagian anaknya—menyelesaikan pendidikan sarjana. Tentu juga bagi Jonni dan keluarga. Hari ini adalah kali kedua Jonni menghadiri acara wisuda. “Sebelumnya di tahun 2014, anak saya yang kuliah di Fakultas Pertanian terlebih dahulu diwisuda.”

Pelaksanaan acara wisuda, digelar di gedung Pusat Kegiatan Mahasiswa (PKM) kampus UNRI  Gobah.

Di luar gedung, didirikan tenda khusus untuk orangtua atau keluarga wisudawan yang datang. Di dalam tenda ada empat layar monitor yang berfungsi untuk melihat keadaan di dalam gedung—prosesi wisuda berlangsung. Namun, dari ke empat layar yang ada, hanya satu yang menyala. Hal ini yang membuat banyak orang yang seharusnya duduk di dalam tenda memilih untuk keluar.

Muhammad Adarimi baru saja keluar tenda bersama anaknya yang hadir untuk melihat prosesi wisuda isterinya. Ia merasa kecewa sebab monitor mati yang tak kunjung diperbaiki. “Sejak awal tadi mati, tapi tak juga bisa diperbaiki,” katanya.

“Orang keluar gara-gara tak bisa nonton.”

Bahkan, dari mereka ada yang sengaja beranjak ke tenda bagian kanan sekedar melihat anaknya di layar monitor. Ada  pula yang memaksa ikut masuk ke gedung pelaksanaan acara. Tapi tak bisa, Resimen Mahasiswa berjaga dan mengunci pintu masuknya.

Adarimi menilai hal ini sia-sia terlebih kasihan kepada orang tua wisudawan yang tak bisa menyaksikan langsung. “Kalau kita nonton buka Youtube aja,” katanya.

Seusai acara, beberapa orang  pria berkali-kali keluar masuk gedung. Menggulung kabel, memindahkan colokan, menggeser kipas. Mereka adalah teknisi yang menangani acara ini. Salah satu diantara mereka, ada yang tengah duduk di sela kesibukan itu.

Ia kenakan baju kemeja cokelat bertulis Asia Teknik. Pria itu mengatakan, perlengkapan seperti layar monitor sudah selesai kemarin sebelum acara. Sangkalnya, karena hujan turun sore itu, colokan aliran listrik dicabut. “Pagi tadi dicolokin udah gak bisa lagi,” lanjutnya sambil bergegas pergi.

Perayaan wisuda digelar pada 10 hingga 11 Oktober. Selama dua hari itu sebanyak 2344 orang diwisuda. 469 orang dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, sebagai wisudawan terbanyak. Kemudian Fakultas Ekonomi dan Bisnis 401 orang dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik 274.

Sementara Fakultas Teknik ada 269 orang, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam 175 wisudawan, Fakultas Perikanan dan Kelautan 174 orang. Selanjutnya 170 orang dari Fakultas Keperawatan, 128 orang Pascasarjana, Fakultas Pertanian 123 orang. Terakhir  Fakultas Hukum dan Fakultas Kedokteran masing-masing 76 dan 65 orang.

Sedikit berbeda dengan tahun-tahun lalu. Kali ini pelaksanaannya dibagi jadi dua sesi per harinya. Sehingga total empat kali prosesi wisuda.

Sesi pertama dilaksanakan pukul 8 hingga 11 pagi. Ini jatah untuk wisudawan Pascasarjana, Fakultas Teknik dan FPK. Kemudian dilanjutkan sesi kedua untuk Fakultas Ekonomi dan Bisnis dan Fakultas Matematika dan  Ilmu Pengetahuan Alam dimulai pukul dua siang. Hal ini disebabkan gedung PKM tak bisa menampung banyak orang.

Untuk pelaksanaan wisuda hari kedua, sesi pertama yakni FKIP dan Fakultas Pertanian. Dilanjutkan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Kedokteran. Sekaligus Fakultas Hukum dan Fakultas Keperawatan.

Pelaksanaan wisuda hari pertama langsung dipimpin oleh Adel  Zamri – Ketua Senat Universitas. Kemudian, Wakil Rektor bidang Akademik membacakan sambutan Pelaksana Tugas Rektor yang tak hadir. Dalam sambutan itu, Thamrin mengatakan UNRI  semakin disegani. Terlebih karena predikat A yang disandang  kampus Biru Langit

Juga dengan jumlah Program Studi yang  telah terakreditasi A bertambah mejadi 24 dari 4 Prodi di tahun 2014.

Selesainya sesi pertama ini. Di luar gedung PKM para sanak keluarga, kerabat dan teman sudah menunggu. Mereka disambut teriakan, swafoto dan saling lempar senyum.

Namun ada yang  menarik menjelang siang itu.

“Elektro Mesin kita saudara. Elektro Mesin kita saudara selamanya…”

Kalimat ini diteriakkan oleh puluhan orang yang datang dengan spanduk dibentangkan barisan paling depan. Pita merah dan biru terikat dikepala dan lengan. Mereka adalah mahasiswa Teknik Mesin dan Teknik Elektro, menyambut seniornya yang diwisuda untuk diarak keliling.

Dekan FT Ari Sandhyavitri mempersilahkan apa yang dilakukan mahasiswanya selama tidak bersikap anarkis dan mengganggu orang lain. “Selama tak melewati batasan, silahkan,” katanya.

Lanjutnya lagi, ia menilai sudah ada magnitudo perubahan pada mahasiswa teknik dari tahun lalu. Peristiwa  5 Oktober 2017 silam, tentu menjadi pelajaran berharga.

Baca juga : Bentrok Usai Konvoi Perayaan Wisuda

Penulis : Dicky Pangindra

Editor : Ambar Alyanada