Pelantikan Pengurus Pertama CMM

Minggu (23/6), Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Riau, Al Azhar lantik pengurus Cendikiawan Muda Melayu (CMM). Pelantikan berlangsung di Balai Adat Melayu. Panitia angkat tema, Melayu itu Aku dan Negeri Ku.

Ini merupakan pelantikan pertama pengurus CMM. Pengurus berjumlah 36 orang ditambah 6 Dewan Pengawas.

Dalam laporan, Pebrizon, Sekretaris pelaksana pelantikan sekaligus ketua bidang Kemahasiswaan dan Kepemudaan, katakan semoga organisasi ini tidak berhenti di tengah jalan.

Syuib, Ketua Umum CMM dalam sambutannya menyampaikan sejarah tentang berdirinya Cendekiawan Muda Melayu. Bermula dari diskusi antar sesama Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau. Membahas kondisi masyarakat melayu saat ini yang sangat memprihatinkan baik dalam hal pendidikan, ekonomi maupun budaya. Berlanjut dengan diskusi bersama mahasiswa Fakultas Budaya dan Sastra Universitas Lancang Kuning, mereka juga memberikan pandangan yang sepemikiran.

Dari beberapa diskusi tersebut muncul gagasan untuk berusaha mengatasi permasalahan tersebut dengan membentuk suatu organisasi yang akhirnya diberi nama Cendekiawan Muda Melayu. Sebelum itu mahasiswa yang mempunyai gagasan sama terlebih dahulu menjumpai Ketua Lembaga Adat Melayu Riau, dengan tujuan meminta izin dan juga pertimbangan serta hajat. Hal ini disambut baik Ketua LAM Riau.

Pada 5 April 2013, diselenggarakan rapat pembentukan Cendekiawan Muda Melayu di Kampus Universitas Riau oleh Panitia Pembentukan Cendekiawan Muda Melayu.

Al Azhar berharap, Cendekiawan Muda Melayu agar benar-benar mampu menjalankan amanah dengan sebaik-baiknya dan juga dapat mengaplikasikan pola aktifitas yang sesuai dengan budaya melayu dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga Cendekiawan Muda Melayu mampu jadi motor penggerak, dalam menyebarluaskan pemahaman atau pun segala hal yang berkaitan dengan budaya melayu di kalangan pemuda dan remaja.

“Cendekiawan diibaratkan sebagai orang yang berumah diatas angin, oleh sebab itu cendekiawan tidak boleh terbawa arus perpolitikan yang kadang kehulu kadang kehilir,” pesan Al Azhar. (rilis)