Kerumunan orang tampak menikmati jajanan di Nadayu Food Park Pekanbaru. Namun, ada yang berbeda dengan tampilan pusat makanan kota bertuah malam itu. Tak sekedar hidangkan jajanan, para pengunjung juga disuguhkan hasil buah karya mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Riau. Bertajuk Pekanbaru ku Kini, hasil jepretan dengan total 70 bidikan itu ramai dikunjungi pengunjung, Minggu (3/7).

Selaku dosen pengampu, Prima Wahyudi turut hadir menilai acara mahasiswanya sembari menikmati hasil karya tersebut. Tak sendirian, Prima ditemani Sekretaris Jurusan Nurjana. Pameran yang dilaksanakan untuk memenuhi ujian akhir semester angkatan 2020 ini diikuti sebanyak 14 kelompok. Dengan masing-masing kelompok terdiri sekitar enam orang. 

Tak ingin mempersulit, Prima membebaskan mahasiswanya berekspresi dalam menangkap gambar. Ia berikan pilihan mulai dari pariwisata, sosial masyarakat, warisan, hingga arsitektur yang ada di kota Pekanbaru. Sebab, katanya, kegiatan ini mampu memberikan dampak langsung dalam pemahaman mata kuliah Fotografi. 

“Di lain sisi, ini merupakan kebahagiaan tersendiri bagi saya, membimbing mereka berproses, melihat semangat, jatuh bangun dan perjuangan mereka,” ungkapnya.

Sesungguhnya dalam perkuliahan, pembelajaran tidak hanya berasal dari teori saja, sebut Prima. Namun, masyarakat mengharapkan ada hasil yang dapat mereka lihat secara langsung. Untuk itu, praktek merupakan aspek pendidikan yang diinginkan warga. 

Menjadi wadah pengembangan minat dan bakat dalam lingkup pemotretan jadi tujuan pameran ini. Melalui foto-foto yang mereka ambil, kata Prima, tersirat makna yang bisa tersampaikan kepada seluruh lapisan masyarakat. Terlebih, nuansa Pekanbaru kini yang telah bebas dari pandemi Covid-19.

Contohnya saja peserta bernama Asnonim dengan nomor foto 66. Ia angkat kondisi Pekanbaru masa kini, New Normal menjadi fokus gambarnya. Mengambil objek di tempat penjualan pelek dan ban bekas, ia merasa karyanya tersebut dapat berdampak besar bagi para pengusaha kecil. 

Gambarnya memuat seseorang yang sedang mengamplas lingkar roda. Terlihat dari raut wajah bapaknya, kata Asmunip , memberikan pesan moral, bahwa pekerjaan sederhana seperti mengamplas jauh lebih baik daripada penjajahan di negara Indonesia.

Ia berharap agar seluruh lapisan masyarakat yang melihat fotonya dapat memaknai secara positif. Artinya, semuanya dapat merasakan kerja keras dan semangat yang tercetak dalam karyanya tersebut.

“Intinya bersemangat dan bisa meniru kerja keras dari bapak ini,” ujar Asmunip sembari menunjuk hasil karyanya.

Di lain sisi, pojok kiri menampilkan sebuah foto dengan keterangan A smile is the universal welcome, from One on the Onthel Bike Community. Karya tersebut diambil saat Car Free Day di Jalan Jendral Sudirman. Menggunakan jenis fotografi human interest, kameranya menangkap potret seorang pria paruh baya yang tersenyum. Bapak tersebut mengenakan setelan khas Jawa dan sedang mengendarai sepeda ontel.

Karya tersebut milik Adi Putra. Ia jelaskan, foto dengan nomor 16 itu menampilkan potret bapak yang memiliki semangat melestarikan budaya masal lampau, sepeda ontel.

“Mengingat budaya sepeda ontel sudah hampir pudar di masyarakat,” jelas Adi kepada kru Bahana.

Ia juga menaruh harap kepada kaum muda agar dapat berkontribusi dalam One on the Onthel Bike Community. Sebab, Adi katakan, komunitas ini cukup menarik dan dapat menambah pengalaman. Karena adanya perbedaan usia dan suku memberagami kelompok ini.

Dari beberapa foto yang ditampilkan, pengunjung ternyata telah terpikat oleh tiga foto dengan kategori terbaik. Adalah foto hasil karya Diaz Aqsa dengan nomor foto 22. Kemudian gambar bernomor 24 milik Marissa Yunda. Dan yang terakhir jepretan Eka Putra berangka 25.    

Selain tanggapan peserta, pengunjung pameran juga antusias berikan pendapat. Dini namanya. Dosen Universitas Abdurrab itu mengajar di program studi yang sama. Ia sampaikan apresiasi pameran fotografi kali ini. Menurutnya, acara ini mampu mengasah soft skill  dan dapat mengembangkan diri. Selain itu, mahasiswa juga dapat lebih mengerti penyelenggaraan pameran fotografi berikut evaluasi kedepannya.

Tak lupa, Dini berikan beberapa masukan untuk meningkatkan mutu pameran fotografi tahun kedepan. Dibalik itu, ia mengakui bahwa acara yang ditampilkan bagus dan hasil karya mahasiswanya sangat luar biasa.

“Yang perlu diperhatikan lagi mengenai prepare, ketepatan waktu, dan percetakan foto. Serta flyer promosi lebih dimaksimalkan lagi agar semakin meriah,” tutupnya.

Penulis: Amanda Wulandari, Kurnia Hidayati

Editor: Karunia Putri