Alomega Duri, Bimbel yang Lahir dari Tangan Pemuncak Satu Unri 

Universitas Riau kembali melahirkan sosok inspiratif. Mahasiswi Pendidikan Matematika, Ezra Glory Manalu menjadi pemuncak satu dalam wisuda yang digelar pada Senin hingga Rabu, 6 – 8 Oktober 2025 lalu. Perempuan berdarah Batak itu berhasil memperoleh Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) 3,97. Di balik pencapaian gemilangnya, tersimpan kisah perjuangan yang penuh kerja keras, doa, dan dedikasi tinggi terhadap ilmu pengetahuan.

Sejak awal kuliah, Ezra mengaku sebagai orang yang disiplin dan perfeksionis. Usai dosen memberi tugas, ia selalu berusaha menyelesaikannya secepat mungkin. Ezra juga kerap mengulang materi. Menurut Duta Inspirasi Indonesia itu, meninjau kembali materi yang diberi dosen jadi salah satu cara efektif dalam menyerap pembelajaran.

Pun dirinya tekun mencatat setiap penjelasan dosen dengan rapi dan teratur. Kebiasaan tersebut membuat Ezra sering menjadi rujukan bagi teman-temannya ketika menjelang ujian tengah semester (UTS) dan ujian akhir semester (UAS). Tak urung dirinya turut membagikan catatan di grup mahasiswa.

Selain aktif belajar, Ezra juga melatih kemampuannya dengan cara mengajar adik tingkat. Mengajar adalah bentuk belajar yang paling ampuh, katanya. “Dengan mengajar adik tingkat, ilmu yang sudah diserap dari dosen sebelumnya akan semakin lama bertahan [di otak],” ungkapnya.

Walau lebih fokus pada dunia akademik, Ezra tidak menutup diri dari kegiatan kampus. Ia sempat aktif dalam himpunan mahasiswa dan Divisi Debat Universitas Riau Cendika (URC).

Ezra benar-benar menemukan minatnya di bidang debat setelah menginjak semester tiga, ketika perkuliahan tatap muka dimulai pasca pandemi Covid-19. Dia mengikuti lomba debat untuk pertama kali, yang kemudian mengantarkannya menjadi kampiun.

Sejak itu Ezra aktif mengikuti berbagai lomba. Baik di tingkat fakultas, universitas, bahkan tingkat nasional. Hari-harinya diisi dengan rutinitas kuliah, belajar mandiri, dan mengajar adik tingkat. Di sela waktu, dia juga sering mempersiapkan materi lomba.

Ezra bercerita bahwa mengelola waktu yang baik menjadi kunci keberhasilan. Dia sudah terbiasa mengatur jadwal sejak jenjang sekolah menengah pertama menuju sekolah menengah awal. Menentukan mana yang lebih prioritas selalu menjadi cara andalannya. 

Lingkungan pertemanan yang positif juga sangat membantu. Meski sering sibuk mengurus lomba, sahabatnya turut membantu dengan memberitahu perihal materi perkuliahan yang sempat Ezra lewatkan.

Kendati demikian, ia mengakui juga pernah merasa lelah. Terutama saat mengerjakan skripsi sambil mengajar. Meskipun mengajar merupakan hal yang menyenangkan, tak dapat dipungkiri bahwa itu juga cukup menguras tenaga.

Foto orang tua selalu jadi teknik bertahan. Ia akan mengingat perjuangan orang tuanya ketika merasa lelah. Foto itu ia simpan sebagai latar belakang layar pada gawainya.

Selain orang tua, Ezra juga menjadikan doa dan kepercayaannya kepada Tuhan sebagai pegangan. Dia percaya bahwa semua pencapaiannya bukan semata hasil kerja keras, tetapi juga anugerah dari Yang Maha Kuasa.

Setelah menyelesaikan studi, Ezra kini mengembangkan usaha bimbingan belajar atau bimbel pribadi yang diberi nama Alomega Duri. Bimbel ini menyediakan layanan les privat dan kelompok untuk berbagai jenjang pendidikan. Selain fokus pada usahanya, Ezra juga ingin melanjutkan pendidikan ke jenjang S2 di Universitas Negeri Yogyakarta lewat Lembaga Pengelola Dana Pendidikan.

Mahasiswi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan itu mengatakan IPK tinggi bukan satu-satunya hal yang menentukan kesuksesan seseorang. Dia menyesal tidak terlalu aktif berorganisasi. 

Dunia perkuliahan tidak hanya menuntut prestasi akademik, tetapi juga keseimbangan antara Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian. Menurutnya, pengalaman berorganisasi maupun menjadi relawan sangat penting untuk mengasah kemampuan kepemimpinan, kerja sama, dan penyelesaian masalah.

“Tetapkan tujuan kamu dari awal kuliah. Kalau mau jadi berprestasi, usahanya juga harus keras. Jaga lingkungan yang membangun, perbanyak doa, dan jalin hubungan baik sama dosen,” pesannya menutup wawancara.

Pewarta: Ririn Ariyanti Simamora
Penyunting: Wahyu Prayuda