“Sampah itu tanggung jawab kita dan akan selalu berdampingan dengan kita. Jadi kalau bukan kita yang peduli dengan lingkungan, siapa lagi?.”
Komunitas Kejar Mimpi Pekanbaru taja Green Movement For The Future. Selama dua hari, dilangsungkan kegiatan Inspirative Talkshow di Riau Garden dan Cleanup Day di Stadion Utama Riau. Staf ahli Walikota Pekanbaru, Firmansyah Eka Putra membuka acara pada Sabtu (18/3).
Purnama Irwansyah, Sekretaris Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Riau hadir untuk menyampaikan materi pertama. Dalam paparannya, Purnama menyampaikan tentang program Riau Hijau yang sudah dicanangkan oleh Gubernur Riau sejak 2019 lalu.
Luarannya berbentuk Peraturan Gubernur Nomor 50 Tahun 2019 tentang Peraturan Penggunaan Plastik Sekali Pakai.
“Riau Hijau [merupakan program] bagaimana cara mengendalikan sampah, kebarakan hutan dan lahan, serta perkebunan kelapa sawit yang luas di Provinsi Riau ini [agar] tidak menimbulkan permasalahan lingkungan,” tutur Purnama.
Sederhananya, kata Purnama, tujuan Riau Hijau agar potensi yang ada saat ini tidak akan punah pada masa datang. Mengingat 60 persen luas daratan merupakan kawasan hutan yang kini hanya tinggal 30 persen.
Tanah gambut yang berada di Provinsi Riau menjadi salah satu penyebab terjadinya banjir akibat pembukaan lahan baru. Gambut menghasilkan metana, salah satu unsur emisi gas rumah kaca.
“Gubernur sudah menandatangani perjanjian kerja sama ini dengan pemerintah pusat yang diwakili oleh menteri Bappenas [Badan Perencanaan Pembangunan Nasional],” ujarnya.
Purnama katakan, Riau Hijau merupakan langkah untuk memperbaiki indeks kualitas lingkungan hidup. Dengan cara mempertahankan kualitas udara, air, dan tutupan lahan agar menjadi lebih baik. Ia juga mengajak masyarakat agar menanam minimal satu pohon selama satu tahun.
“Kalau ada 6,6 juta jiwa yang menanam pohon satu tahun satu. Berarti ada 6,6 juta batang pohon setiap tahunnya,” tekannya.
Tak lupa Purnama sampaikan bahwa Pemerintah Provinsi Riau akan membuat kurikulum pendidikan lokal terkait Riau Hijau. Jadi sejak di usia dini anak sekolah sudah memahami lingkungan. Hal ini bertujuan agar generasi di tahun 2045 akan menjadi gernerasi yang melanjutkan pemerintahan yang peduli terhadap lingkungan.
Selaras dengan itu, Maidiati bagian Perubahan Iklim dan Pengelola Sampah Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau sambung materi sebelumnya. Ia membahas tentang peran generasi Z dalam pengelolaan lingkungan hidup.
Menurutnya gaya hidup generasi zaman sekarang erat kaitannya dengan permasalahan sampah. Contohnya gemar memesan makanan melalui aplikasi online. Bungkusan makanan akan menghasilkan sampah. Belum lagi risiko kesehatan akibat zat kimia bungkusan yang terkontaminasi dengan makanan.
“Kalau kita kelola, sampah bisa kita buat untuk lubang biopori, pengomposan, ecobrick, serta bisa disetor ke bank sampah,” ucapnya.
Penilai adiwiyata nasional ini juga sampaikan emisi efek dari rumah kaca akan terperangkap di lapisan stratosfer dan menjadi penyebab permasalahan iklim.
Paparan materi terakhir disampaikan dosen Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Riau M. Haidar Daulay. Peran pemuda dalam aksi lingkungan menjadi tajuk bahasannya.
Haidar membuka paparan materinya dengan membahas potensi sumber daya di Riau, seperti hutan hujan tropis, gambut, dan mangrove yang besar.
Namun disisi lain, Provinsi Riau dihadapkan pada permasalahan lingkungan yang cukup banyak. Contohnya kebakaran hutan dan banjir.
Ia menjelaskan bahwa dampak perubahan iklim tidak dapat dilihat dari satu sudut pandang saja. Meski sejauh ini perubahan iklim identik dengan bahaya lingkungan. Namun perubahan iklim berdampak sangat luas termasuk dari segi sosial masyarakat.
Menurut Haidar, pemuda dapat membentuk komunitas layaknya yang ia lakukan. Fungsinya ialah untuk memperluas informasi terkait artikel-artikel ilmiah yang disajikan ke dalam bahasa yang mudah dimengerti masyarakat.
Hal yang lebih penting ialah membuka ruang diskusi untuk membahas isu-isu untuk membahas permasalahan lingkungan.
“Setelah itu baru melakukan aksi nyata. Aksi apa yang bisa diberikan kepada masyarakat. Dan itu dimulai dari kita sendiri.”
Ketua pelaksana kegiatan, Ribka Cristina Pakpahan mengatakan bahwa kegiatan ini selaras dengan visi misi Youth Movement 2023. Yakni mengajak seluruh generasi muda untuk lebih sadar dan peduli lingkungan. Sekaligus ingin mengeksekusi pilar lingkungan yang mereka miliki.
Kegiatan pun diikuti oleh seluruh kalangan. Mulai dari anak sekolah, universitas hingga komunitas generasi muda di Pekanbaru
“Diharapkan semua generasi muda, seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah dapat berkontribusi dalam menjaga ekosistem,” tutupnya.
Penulis: Amanda Wulandari
Editor: Karunia Putri