Puluhan mahasiswa dari pelbagai kampus di Riau padati Evergrace Coffee pada Sabtu (27/5). Yayasan Seribu Satu Cerita atau YSSC berkolaborasi dengan MF Communications hadirkan gelar wicara dengan titel Mengenal Profesi Presenter dan Reporter Televisi.
Harezia Rayhan Fadhli, pendiri YSSC sebut kegiatan ini bertujuan untuk memberdayakan generasi muda belajar mengenai jurnalisme. Terkhusus pada media televisi.
Thifal Solesa, presenter KompasTV Jakarta jadi pemateri pertama. Ia mulai dengan menyampaikan perbedaan antara reporter dan presenter.
Reporter lebih mengarah pada kegiatan pra-produksi. Berbeda dengan presenter yang lebih fokus pada kegiatan produksi.
“Soal diksi. Tetapi tugasnya sama saja, kan? Sama-sama wartawan,” tambah Thifal.
Tak hanya itu ada pula kegiatan pasca-produksi. Biasanya, kata Thifal, pengisi kegiatan ini adalah tim produksi tetapi dengan kegiatan berbeda. Alurnya, kegiatan pra-produksi kemudian produksi dan resultannya adalah pasca produksi.
Alumni Universitas Padjajaran itu juga sebut bahwa presenter berita juga memiliki pembagian. Ada news reader, yaitu presenter yang hanya membaca berita saja. Kemudian news presenter. Ialah yang merangkap membaca berita sekaligus menjadi wartawan.
Peringatan khusus Thifal sampaikan kepada para wartawan. Yaitu bersikap skeptis dan kritis. Skeptis yaitu tidak mudah mempercayai suatu informasi diberikan. Sikap kritis perlu masuk ke dalamnya.
Giliran Michiko Frizdaw yang paparkan materi. Ia bilang, saat ini banyak sekali media berita baru muncul beriringan dengan perkembangan platform digital.
“Informasi media sosial dapat menjadi pemantik tetapi tidak sebagai referensi,” ujar Michiko.
Michiko menyayangkan banyaknya generasi muda lebih memilih media sosial mainstream menjadi sumber informasi utama mereka.
Thifal menyelip, katanya, wartawan harus menjaga berita informasi yang beredar agar kebenaran informasi itu tetap terjaga.
“Tugas wartawan pada saat ini tidak hanya mencari informasi, menulisnya dan mengumpulkannya, tetapi juga sebagai goal keeper berita beredar.”
Novita, mahasiswi Ilmu Komunikasi Universitas Islam Riau bertanya mengenai tips dan trik mengatasi takut berhadapan dengan orang banyak.
Thifal bilang latihan dapat mengatasi kecemasan dan kelancaran berbicara di depan orang banyak. Langkah awalnya, dapat dengan berlatih berbicara di depan cermin.
Selanjutnya dapat dimulai dengan ruang lingkup keluarga, berlanjut kepada teman-teman terdekat, di depan kelas dan bisa diimpelementasikan di khalayak umum.
“Cara berbicara kita saat ini dapat menentukan kehidupan kita ke depannya, ketika jurnalis salah bicara dapat membahayakan dirinya dan orang lain,” tutup Thifal.
Penulis: Afrila Yobi
Editor: Karunia Putri