Earth hour merupakan salah satu kampanye global oleh World Wildlife Fund for Nature, sebuah organisasi yang bergerak dalam segmentasi lingkungan. Kampanye ini dilakukan setiap tahun dengan mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk mematikan lampu dan elektronik selama satu jam. Tujuannya menghemat energi di bumi sebagai bentuk kepedulian terhadap perubahan iklim saat ini.
Kegiatan ini berawal dari sekelompok anak muda di Sydney, Australia. Mereka melakukan aksi yang disebut Switch off selama enam puluh menit. Hingga saat ini menjadi gerakan rutin.
Tahun ini diadakan pada Sabtu, 20 Maret 2020, serentak di 30 kota di Indonesia termasuk Pekanbaru.
“Earth hour bukan hanya kampanye mematikan lampu saja, melainkan untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik,†sahut Muhammad Renaldi, kordinator Earth Hour Pekanbaru dalam acara Earth Hour Pekanbaru Goes To Campus di Auditorium Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau pada Senin ( 2/03 ).
Selain kampanye Earth Hour sebagai salah satu cara melindungi bumi, Tantia Shecilia selaku Petugas Avokasi dan Komunikasi di Divisi Forest Crime WWF paparkan tentang hutan yang dapat menyelamatkan alam.
Ia sampaikan bahwa hutan saat ini sudah terancam. Ancaman terbesarnya yaitu deforsestasi atau peristiwa hilangnya hutan akibat kejahatan manusia atau bencana alam.
“Sawit merupakan komoditas salah satu penyebab deforestasi. Bukannya melarang penggunaan sawit, kita hanya melarang menggunakan produk-produk sawit yang memicu deforestasi.â€
Tantia juga mengajak untuk menabung di bank sampah, juga mengurangi penggunaan tisu dan kertas yang ecoable.
Dwi Adhari Nugraha pendiri Yayasan Rimbalangit Indonesia juga sampaikan, saat ini makhluk hidup berada di era kepunahan massal ke enam.
Bagi Dwi, kepunahan sebelumnya disebabkan bencana alam sedangkan saat ini karena manusia itu sendiri.
“Maka dari itu, kita harus menjaga bersama lingkungan kita dengan hal-hal kecil dulu, seperti tidak membuang sampah sembarangan.â€
Penulis: Andi Yulia Rahma
Editor: Ambar Alyanada