Kontes Robot Sepak Bola Indonesia (KRSBI) di Ruangan RC1TI pada Gedung C Fakultas Teknik (FT), disulap menjadi setengah lapangan sepak bola. Di lapangan tersebut terdapat tiga buah balok hitam yang disebut dummy. Dua berfungsi sebagai rintangan. Sisanya penjaga gawang. Robot milik Tim Bertuah berhasil cetak satu gol di sesi pertama dan kedua. Pada babak selanjutnya, tim yang diketuai oleh Abdul Sidik peroleh kembali gol ketiganya dalam KRSBI pada (25/9).
“Alhamdulillah bisa mencetak gol lebih dari satu walaupun posisi dummy-nya kurang bagus,†Ujar mahasiswa Teknik Elektro tersebut. Tim asuhan Engineering Robot Club FT ini raih peringkat tiga. Mereka akan melanjutkan perlombaan ke tingkat nasional pada 12-18 Oktober mendatang.
Sejak 3 tahun lalu, Universitas Riau (UNRI) memang punya tim khusus untuk robotika—biasa disingkat ERC. Abdul Sidik selaku Ketua Pelaksana Tim jelaskan, ada 8 orang yang diutus untuk bertanding. Tim dibagi 2 untuk mewakili dua cabang lomba yang diikuti.
Kelompok yang dibimbing oleh Dosen Jurusan Teknik Elektro, Feri Chandra, siapkan dua robot. Masing-masing dilabeli nomor 1 dan 2 dengan bobot berbeda. Salah satu robot dirancang oleh komponen bernama solenoid. Bagian ini dibandrol dengan harga 9 jutaan. Gunanya untuk meningkatkan performa robot tersebut.
Robot akan bergerak menggiring dan mengoper bola sesuai dengan program yang telah diatur. Programmer dari tim tersebut ciptakan tiga program agar robot dapat bergerak. Ada tiga strategi dalam tiga kali sesi. Pun sesuai kriteria yang ditentukan panitia dalam kompetisi garapan Pusat Prestasi Nasional di bawah pengawasan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
Tak hanya Bertuah, ada Eroclu yang juga ikut kontes serupa. Bedanya, tim yang diketuai Tinto Pratama, hadir dengan robot divisi Search and Rescue (SAR) Indonesia. Sesuai namanya, perlombaan yang diadakan pada kontes juga dirancang seperti tim SAR yang sedang bertugas. Robot harus dapat semaksimal mungkin mematikan api. Selain itu, harus menyelamatkan korban di dalam wahana pertandingan dalam lima menit.
Robot yang berbentuk hexagon atau segi enam ini memiliki tiga pasang kaki. Kaki-kaki tersebut berfungsi menghantarkan robot melewati arena pertandingan. Di salah satu kakinya, terdapat capit seperti kepiting. Capit inilah yang berfungsi mengambil korban yang ingin diselamatkan nanti. Selain itu, ada selang kecil sebagai tempat keluarnya air untuk memadamkan api.
Malang, robot ini alami sedikit kesalahan teknis. Pada sesi satu terjadi kesalahpahaman saat gladi dan waktu pertandingan. Kepala robot yang harusnya menghadap ke belakang, diubah ke depan oleh juri. Alhasil, robot berjalan memutar arah dan mengambil rute terpanjang. Hal ini juga berdampak pada sulitnya robot memprediksi belokan. Sebab, arah belok yang telah diatur berbeda dengan kondisi lapangan. Oleh karena itu, robot tidak dapat berbelok dan membaca situasi sebagaimana mestinya.
“Tidak sesuai ekspetasi. Gatau kalau juri bakal mutar kepalanya,†ucap Ficky Galang Prasetya salah satu anggota tim dari Teknik Informatika.
Besoknya, Eroclu masih punya kesempatan untuk bertanding dalam sesi kedua. Tinto menyebutkan, dirinya dan anggota tim telah mempersiapkan robot lebih baik lagi dari sebelumnya. Sebab khawatir hal yang sama terulang kembali. Namun, kesalahan teknis tak dapat dihindari. Pompa air yang terdapat di sebelah kanan robot keluar tidak pada masanya. Akibatnya, api tak bisa dipadamkan sebab air telah tandas sebelum waktunya tiba.
Kendati demikian, Tinto tetap meminta doa dan dukungan dari seluruh civitas akademika dan mahasiswa UNRI seluruhnya. “Harapan saya sih kalau bisa menang dan bisa diapresiasi oleh seluruh komponen universitas.†Ujar mahasiswa Teknik Informatika tersebut.
Penulis: Sakinah Aidah
Editor: Andi Yulia Rahma