Peserta Kelas Jurnalisme (Kenal) Bahana sudah berkumpul di meeting room Perpustakaan Universitas Riau. Pada hari kedua ini mereka akan menyantap empat materi dasar yang harus dipahami oleh seorang jurnalis.

Pertama adalah feature. Suryadi M. Nur diundang Bahana Mahasiswa atau BM untuk mengasah pemahaman peserta tentang tulisan berita khas novel ini. Ia katakan bahwa dalam feature, setiap unsur pertanyaan 5W+1H akan dikulik lebih mendalam.

Jurnalis mampu menghasilkan alur yang panjang dari sebuah unsur. Baik itu dari segi objek, tempat, serta orang. Untuk menggambarkan tempat Kenal Bahana yang besar, penulis mampu menjabarkannya tanpa menuliskan kata sifatnya. Contoh, ‘ruangan berukuran tiga kali empat meter’.

“Kekuatan feature terletak pada deskripsi,” begitu ucap Suryadi, pada Sabtu (1/10).

Selain itu, lelaki peneliti Senarai ini paparkan tiga strategi yang perlu diperhatikan dalam menyusun feature. Yaitu fokus atau inti tulisan, outline dan terakhir ada angle.

Materi kedua yakni 9 elemen jurnalisme. Mantan Pimpinan Umum Bahana, Ambar Alyanada memulai kelas pada pukul 10 pagi. Ia katakan bahwa elemen-elemen tersebut dilahirkan oleh Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam karyanya berjudul The Elements of Jurnalism.

Ambar sampaikan bahwa kebenaran jadi poin pertama dalam elemen jurnalisme. Sebab, berita yang dikonsumsi masyarakat haruslah benar. Maka dari itu, agar memperoleh berita yang valid, perlulah sebuah prosedur dan proses. Kovach dan Rosenstiel menyebutnya kebenaran fungsional.

Kemudian ada loyalitas dan disiplin verifikasi menjadi elemen kedua dan ketiga. Ambar tuturkan, bahwa dalam buku tersebut, kedua penulis melarang jurnalis untuk menambah, mengarang serta menipu dalam sebuah tulisan.

“Bersandarlah pada reportase anda sendiri,” sambung Ambar.

Elemen selanjutnya adalah bersikap independen, memantau serta jurnalis sebagai forum publik untuk transparansi.

Kemudian ada relevan, komprehensif dan proposional serta mengikuti suara nurani mereka. Namun seiring berkembangnya zaman, elemen bertambah satu lagi yaitu warga boleh menuliskan berita yang diberikan.

Materi fotografi dilanjutkan setelah seluruh peserta istirahat makan siang. Pematerinya adalah Prima Wahyudi. Ia mengatakan bahwa pencahayaan merupakan unsur yang paling penting dalam fotografi.

“Tanpa ada cahaya, maka fotografi tidak akan pernah ada,” pungkasnya.

Ia menjelaskan bahwa dalam fotografi ada empat macam model pencahayaan yang dipakai. Yaitu cahaya depan, cahaya belakang, cahaya samping, dan terakhir cahaya atas.

Selain cahaya, kamera dan foto pun penting diperhatikan untuk menghasilkan gambar yang luar biasa. Membiasakan diri melihat karya orang lain, secara tidak langsung turut membantu fotografer untuk mengambil sebuah foto.

Sambungnya, ia coba hubungkan fotografi dengan dunia jurnalistik. Prima sebut bahwa sebuah foto dapat dikatakan bernilai bila berpengaruh terhadap publik, ketepatan waktu, dan kualitas informasi.

Tentu tidak semua orang mengerti secara langsung informasi yang ditampilkan dalam foto. Untuk itu, sepenggal keterangan perlu dilampirkan. Syaratnya harus memenuhi unsur 5W+1H.

Terakhir adalah materi straight news yang disampaikan oleh Harismanto. Katanya, materi tersebut merupakan hal yang paling dasar dalam jurnalistik.

Straight news itu langsung, biasanya singkat tetapi jelas,” imbuhnya.

Berita berbentuk straight news juga memiliki penggambaran suasana, tetapi sedikit saja. Bagaikan piramida terbalik, Harismanto ajak peserta menganalisis konsep straight news.

Segitiga terbalik tersebut dibagi atas tiga bagian pula. Bagian atas adalah lead. Berupa informasi paling penting dalam sebuah berita.

“Di bagian atas itu ada lead. Harus jelas dan tidak bertele-tele,” ucapnya.

Lalu bagian tengah diisi dengan informasi pendukung dari paragraf pertama. Terakhir adalah informasi yang tidak terlalu penting, namun masih berkaitan dengan topik berita. Akhir kelas ia minta peserta untuk praktik wawancara dan menulis berita.

Setelah seluruh materi Kenal Bahana selesai, peserta akan melakukan simulasi. Peserta dibagi menjadi tiga kelompok. Setiap kelompok ditugaskan untuk membuat sebuah media yang akan mencetak buletin.

Peserta segera mencari topik apa yang akan mereka angkat dalam buletin. Setelah seluruh proses wawancara, menulis, serta layout.

Evaluasi buletin peserta Kenal Bahana pun dilakukan di hari ketiga. Bersama para redaktur BM, seluruh tulisan dibahas bersama. Tiap anggota kelompok menyampaikan apa yang perlu diperbaiki dari masing-masing buletin.

Evaluasi selesai, acara dilanjutkan dengan diskusi bersama Forum Pers Mahasiswa Riau. Terdiri dari Bahana UNRI, Gagasan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau, AkLAMASI Universitas Islam Riau, Visi Universitas Lancang Kuning, dan Aksara Universitas Muhammadiyah Riau yang baru bergabung.

Agenda ini dibuat untuk mengenal pers mahasiswa yang ada di Riau. Seperti bercerita bagaimana suka duka di pers masing-masing. Juga diskusi mengenai pers mahasiswa agar peserta diklat yang baru lebih paham

Usai forum, Kegiatan Kenal Bahana pun ditutup dengan pembagian sertifikat dan pengumuman kelompok terbaik

Kegiatan Kenal Bahana adalah kegaiatan rutin BM yang ditaja dua kali dalam setahun. Mengangkat tema Menulis: Tahu dan Berani, kegiatan dihelat selama tiga hari. Dimulai dari tanggal 30 September hingga 2 Oktober dan diikuti oleh 15 peserta dari berbagai jurusan di UNRI.

 

Penulis: Erwin Hamonangan, Fitri Pilami, Zacky Desrian Alvis, Shinta Rahayu

Editor: Karunia Putri