Tuk.. Tuk.. Tuk..
Bunyi ketukan palu oleh Adel Zamri selaku Ketua Senat Universitas Riau menggelegar di Aula Lantai 4, Ruang Siak Sri Indrapura, Gedung Rektorat. Ketukan palu sebanyak tiga kali tersebut menjadi pertanda dibukanya sidang Pengukuhan Guru Besar Universitas Riau (14/6).
Pagi itu, Adel Amri kukuhkan tiga orang dosen dari fakultas yang berbeda. Pertama ada Azriyenni dari Fakultas Teknik. Guru besar di bidang Ilmu Transmisi Dan Distribusi Tenaga Listrik ini bawakan pidato berjudul Potensi Teknik Cerdas untuk Estimasi Gangguan pada Sistem Transmisi.
Dalam orasinya, ia sampaikan bahwasannya estimasi gangguan pada tenaga listrik bertujuan untuk mempercepat proses perbaikan. Tentu saja hal ini akan mengurangi keluhan dari pelanggan listrik.
Menurut Azriyenni, algoritma untuk estimasi gangguan secara akurat dan cepat perlu dikembangkan melalui teknik yang cerdas. Maka dari itu, Dosen Teknik Elektro ini mengangkat tema Jaringan Saraf Tiruan, atau disingkat dengan JST, dan Adaptive Neuro Fuzzy Inference System atau dikenal dengan ANFIS dalam penelitiannya.
Azriyenni katakan sangat penting bagi penyedia energi listrik untuk estimasi gangguan pada saluran transmisi tenaga listrik di Indonesia. Potensi teknik cerdas untuk estimasi gangguan pada sistem ataupun non sistem akan semakin berkembang oleh para peneliti-peneliti di bidangnya.
Tambahnya, maka perlu pengembangan beberapa algoritma teknik cerdas lainnya. Untuk memperoleh hasil estimasi gangguan yang lebih akurat dan memiliki kecepatan yang lebih baik.
Beralih dari Azriyenni, Fakultas Sosial dan Ilmu Politik juga turut sumbang guru besar yang kedua. Siti Sofro Sidiq naik ke podium untuk dikukuhkan menjadi guru besar di Bidang Ilmu Sosiologi Antropologi.
Sama seperti sebelumnya, ia juga berpidato singkat untuk menjelaskan penelitiannya. Siti bawakan pidato yang bertajuk Transformasi pemberdayaan sosial di Era Society 5.0. Menurutnya, pertumbuhan dan perkembangan manusia saat ini tidak akan lepas dari penggunaan peralatan berteknologi tinggi dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari.
Maka dari itu, kata Siti, manusia perlu belajar memadukan dunia maya dan dunia nyata dengan efektif. Agar tercipta harmonisasi yang berdampak positif bagi kualitas hidup manusia.
Selain itu, ia juga turut mengajak masyarakat agar memiliki pemikiran yang lebih kritis, kreatif, dan mampu menyeimbangkan kemampuan pemecahan masalah serta pengembangannya. Sebab, poin utama dalam beradaptasi dengan periode masyarakat 5.0 bukan hanya dari segi meningkatkan kapasitas diri.
Lebih dari itu, Siti katakan kapasitas dengan keterampilan juga perlu dikembangkan. Agar menjadi aset strategis dalam kapasitas sebagai agen inovasi dan perubahan sosial. Singkatnya, manusia harus terdorong untuk terus mengeksplorasi informasi dan menciptakan inovasi demi kelangsungan hidup mereka.
“Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa orang-orang pada saat ini harus bertindak dan berpikir dengan cara ke depan dan mematuhi norma masyarakat yang berlaku tanpa mengorbankan individualitas mereka. Keterbukaan 5.0 terhadap inovasi akan mendorong masyarakat untuk berpandangan kedepan sehingga menghilangkan rasa stagnasi yang lazim,” ujarnya sebagai penutup orasi.
Selang Siti meninggalkan panggung, Dosen dari Fakultas Perikanan dan Kelautan naik menggantikan. Dosen yang dikukuhkan sebagai Guru besar bidang Ilmu Fisika Oseanografi ini turut sampaikan orasi ilmiahnya. Di podium, Mubarak sampaikan pidatonya yang berjudul Kajian Fisika Oseanografi Menuju Ketahanan Ekosistem Wilayah Pesisir yang Berkelanjutan.
Menurutnya, pemanasan global dapat diakibatkan oleh kegiatan industri di sekitar pantai, pengerukan pasir pada dasar perairan, serta aktivitas manusianya. Hal tersebut juga memicu terjadinya perubahan batimetri dan gangguan terhadap kestabilan dasar perairan sehingga menimbulkan kenaikan permukaan air laut.
Oleh karena itu, ungkapnya, melalui hidrodinamika akan dapat diketahui serta dipahami feomena perubahan fisis kelautan dan daerah pantai tersebut. Misalnya arus pasang surut dan gelombang, proses pendamping dangkalan pergerakan sedimentasi, sebaran polutan, dan lain sebagainya.
Dengan demikian akan terwujud rancangan kawasan pesisir yang ramah lingkungan serta adaptif terhadap perubahan iklim.
“Dengan model hidrodinamika kita dapat merancang suatu kawasan pesisir yang ramah lingkungan dan adaptif terhadap perubahan iklim,” pungkasnya.
Setelah masing-masing dari mereka menyampaikan orasi ilmiahnya, Adel Zamri pun resmi kukuhkan ketiganya. Kalung besi yang identik sebagai simbol pengukuhan tersebut pun ia kalungkan kepada mereka. Secara resmi, guru besar di UNRI bertambah totalnya menjadi 86 orang.
Aras Mulyadi selaku Rektor UNRI juga sampaikan kata sambutan setelahnya. Pengukuhan guru besar ini, kata Aras, merupakan bentuk dari pengakuan akademik, melalui jabatan akademik tertinggi dalam bidang keilmuan masing-masing. Ringkasnya, sejatinya guru besar memiliki tanggungjawab dari segi akademik baik untuk dirinya, lingkungan sekitar maupun bangsa.
Penulis: Marchel Angelina
Editor: Sakina Aidah