Universitas Riau (Unri) kembali mengukuhkan enam guru besar melalui sidang senat terbuka di Student Center pada Senin, 22 September 2025. Pengukuhan kedua kali di tahun 2025 ini menambah deretan guru besar Unri menjadi 136 orang.
Acara menghadirkan jajaran penjabat Rektorat, Senat, Dekan, Dosen, serta keluarga para guru besar yang dikukuhkan. Lagu kebangsaan Indonesia Raya dan himne Unri membahana. Paduan Suara Gita Agrikarya Choir dari Fakutas Pertanian menjadi pengisi lantunan.
Ketua Senat Unri, Zulkarnaini secara resmi membuka sidang senat terbuka. Rektor Unri, Sri Indarti menegaskan pengukuhan guru besar ini tidak hanya bermakna bagi individu. Tetapi juga meningkatkan citra universitas baik dalam regional, nasional, hingga internasional. “Dengan momentum ini dapat melahirkan budaya akademik Unri yang sehat, terbuka, dan berbasis kebenaran ilmiah,” harapnya.
Rangkaian dilanjutkan dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan doa. Berlanjut pada pengukuhan enam guru besar dari berbagai fakultas. Pertama, Daviq Chairilsyah dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP). Ia fokus dalam ranting Ilmu Kepakaran Psikologi Pendidikan.
Dalam orasi ilmiahnya, Daviq menyoroti tantangan dalam implementasi deep learning atau pembelajaran mendalam pada Pendidikan Anak Usia Dini. Menurutnya kunci dalam menghadapi tantangan ini adalah kemampuan bertahan dalam kesulitan. “Individu harus mampu mengubah hambatan tersebut menjadi tantangan yang harus diselesaikan. Hal ini erat kaitannya dengan adversity question [kecerdasan dalam menghadapi masalah],” ujarnya.
Datang dari fakultas yang sama, Erni berfokus pada ranting Ilmu Kepakaran Teaching English as a Foreign Language. Ia menawarkan model pembelajaran Inquiry Complexity Reading Strategy (ICRS) berbasis Common European Framework of Reference (CEFR). Guna meningkatkan kemampuan membaca akademik mahasiswa sebagai calon guru Bahasa Inggris.
Ia menekankan keterbatasan literasi digital dan pengalaman menjadi penghambat dalam pencapaian standar CEFR. Menurutnya, model ICRS efektif dalam meningkatkan kepercayaan diri pelajar serta mendorong interaksi global dalam proses pembelajaran.
Guru Besar Fakultas Pertanian, Rusli mengemban ranting Ilmu Kepakaran Pengendalian Hama Tanaman. Orasi ilmiahnya berjudul Optimalisasi Serangga Predator dalam Pengendalian Hayati Hama Kelapa Sawit. Ia mengingatkan penggunaan insektisida yang berlebihan akan menimbulkan berbagai masalah. Seperti resistensi, resurgensi, residu pestisida, pencemaran lingkungan, dan matinya musuh alami kelapa sawit.
Adapun solusi yang Rusli tawarkan adalah dengan menekankan pentingnya konservasi musuh alami dan pengurangan penggunaan insektisida. Pada sesi augmentasi dapat memperbanyak predator dan melepasnya di lapangan, monitoring untuk pengambilan keputusan, serta integrasi. Menurutnya dua predator alami yang sudah terbukti efektif adalah Sycanus dan Eocanthecona furcellata. Keduanya mampu memakan hama ulat api dan mengurangi populasinya secara signifikan.
Dari Fakultas Kedokteran ada Zahtamal dalam ranting Ilmu Kepakaran Promosi Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Ia menyoroti peningkatan kasus penyakit tidak menular di Indonesia, terutama sindrom metabolik pada pekerja.
Zahtamal menawarkan sebuah model promosi kesehatan secara multilevel yang tidak hanya menyasar pekerja, tetapi juga keluarga, tenaga kesehatan, dan pimpinan perusahaan. Ia menegaskan pendekatan dengan multilevel ini terbukti menurunkan kejadian sindroma metabolik hingga 35,7%. “Sayangnya praktik ini kalau kita lihat masih hanya menyasar satu level saja,” ungkapnya.
Kembali ke fakultas pencetak tenaga pendidik, Yennita berfokus dalam ranting Ilmu Kepakaran Strategi Pengajaran Inovatif. Judul orasinya tentang Strategi Pengajaran Inovatif dalam Era Transformasi Digital. Ia menekankan pentingnya strategi belajar yang inovatif di era digital sekarang. Pengajaran bukan hanya sekedar kegiatan menyampaikan ilmu, tetapi seni membentuk masa depan.
Yennita juga menyampaikan contoh Strategi Sains, Teknologi, Engineer, dan Matematika (STEM) yang sudah diterapkan. Mulai dari pembuatan miniatur rumah berinstalasi listrik sederhana hingga mengembangkan proyek robotik.
Terakhir, ada Syamsudhuha guru besar dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA). Fokusnya dalam ranting Ilmu Kepakaran Metode Komputasi Numerik. Ia menandaskan peran krusial komputasi numerik sebagai pilar perhitungan modern.
Ia bilang bidang ini sangat penting untuk penyelesaian berbagai masalah kompleks di berbagai bidang ilmu. Mulai dari teknik hingga kedokteran. Ia juga menyebutkan bahwa komputasi numerik menjadi pondasi utama pada kecerdasan buatan hingga big data analytic.
Pewarta: Gusra Cahyati
Penyunting: Amelia Rahmadani Handayanis