Universitas Riau atau Unri Kembali menambah deretan profesor melalui Sidang Senat Terbuka. Berlangsung di Student Center, Senin, 11 Agustus 2025. Tujuh guru besar dari pelbagai fakultas resmi dikukuhkan.
Suasana dibuka dengan pembacaan ayat suci Al-Qur’an dan doa. Paduan suara d’LawFa Choir Fakultas Hukum turut memimpin lagu Indonesia Raya dan Himne Unri. Sebagian kursi tampak kosong. Hanya ada Rektor Unri, Sri Indarti beserta jajaran rektorat, keluarga, hingga kolega akademik yang mengisi ruangan.
Sidang diakhiri dengan pembacaan riwayat kehidupan tiap guru besar oleh perwakilan fakultas. Dilanjutkan orasi ilmiah dari masing-masing guru besar.
Dosen Fakultas Teknik, Yelmida Azis yang memulai karir akademiknya sejak tahun 1990 hingga mencapai puncak di bidang Kimia Material. Paparan bertajuk Inovasi Material Biokeramik dari Limbah Alam, Sintesis Hidroksiapatit untuk Aplikasi Biomedis.
Ia menjelaskan cara mengolah kulit kerang dan batu kapur menjadi hidroksiapatit sebagai bahan pondasi tulang. Namun inovasi ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut. “Mudah-mudahan itu nantinya bisa diaplikasikan untuk pembuatan komposit,” ujarnya.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis membawa perjalanan karir Kamaliah. Puluhan tahun ia mengabdi sebagai pendidik sebelum menjadi guru besar. Penelitian Kamaliah menyorot pentingnya literasi finansial untuk mendorong daya saing Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM). Terkhusus pada teknologi pengolahan pangan yang aman dan memiliki nilai tambah.
Selanjutnya ada Niken Ayu Pamukas. Wanita asal Bukit Tinggi ini menjadi guru besar dalam mengomel ilmu Teknologi Budidaya Perikanan. Kiprah Dosen Perikanan dan Kelautan tersebut telah diakui secara nasional.
Niken memperkenalkan modifikasi sistem booster dalam penelitian Perkembangan Inovasi dan Teknologi Budidaya Ikan Aplikasi Sistem Boster dan Modifikasinya di Perairan Tawar, Rawa, dan Payau. Teknologi yang dikembangkannya ini dapat menghemat udara hingga 80 persen.
Konsepnya integrasi teknologi biofiltrasi dan produksi hortikultura dalam satu sistem aquaponik. “Hal ini memberikan peluang besar bagi diversifikasi usaha, pengurangan limbah, dan peningkatan ketahanan pangan lokal maupun nasional,” katanya.
Dari fakultas yang sama, Rahman Karnila sebagai guru besar mengomel Ilmu Pangan. Dengan jejak panjang di teknologi pangan turut menambah daftar panjang guru besar Unri. Sekretaris Lembaga Penelitian, Pengembangan, dan Penjaminan Mutu Pendidikan itu membawa orasi ilmiah Potensi Protein dan Asam Amino Spesifik Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) untuk Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus.
Dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, penelitian bertajuk Biosintesis Nanopartikel Seng Oksida atau ZNO milik Yanuar berhasil membawa ke berbagai kolaborasi internasional. Dia mengajak hadirin melihat potensi biosintesis nanopartikel seng oksida untuk remediasi lingkungan. Menekankan pentingnya penelitian ini sebagai garda depan memerangi polusi.
Elfizar berhasil meraih gelar doktor di bidang Ilmu Komputer dari Universitas Malaya, Malaysia. Orasinya membahas masa depan media sosial sebagai ruang kolaborasi virtual. “Bukan lagi sekedar berbagi, tapi bekerja bersama dalam satu dunia digital yang terasa nyata,” tutur alumni Bahana Mahasiswa itu.
Penutup, ada Tetty Marta Linda yang membangun reputasi di bidang mikrobiologi dan bioteknologi selama hampir tiga dekade. Riset Mikroba Lahan Basah Riau, Keragaman dan Potensinya untuk Lingkungan Kesehatan dan Pertanian membahas peran mikroba. Tidak hanya di laboratorium, tetapi juga dalam menjaga lingkungan.
Rektor Unri, Sri Indarti menyambut pencapaian ini sebagai kebanggaan bersama. Sebagai bukti Unri menjadi wadah pengembangan sumber daya manusia yang kompeten. “Pengukuhan guru besar ini telah mendukung dan mendorong pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian yang berkualitas,” di hadapan seluruh hadirin.
Pewarta : Gary Andreas Penyunting : M. Rizki Fadilah