Bangunan tiga tingkat berwarna krem berdiri kokoh menghadap Gedung Rektorat Universitas Lancang Kuning (Unilak). Sebelas pilar kompak terpancang di gedung bertuliskan Gedung Pustaka Unilak itu. Jalan panjang berkeramik menghantarkan masuk sampai ke dua pintu kaca. Di lantai satu pagi itu, Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar atau PJTD yang ditaja Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Tabloid Visi Universitas Lancang Kuning akan segera dimulai, Jumat (17/12).
Ada tiga teknik tahap wawancara yang paling penting. Persiapan, pelaksanaan, dan pasca wawancara. Hal tersebut disampaikan Asma Aini pada materi teknik wawancara.Â
“Kalau mau wawancara siapkan pertanyaan yang ingin ditanyakan, dengan rumus 5W+1H,†ucap Asma.
Hematnya, fakta yang akurat dan mengorek opini dari narasumber, adalah keunggulan dari wawancara guna membuat berita.
Kegiatan dilanjutkan dengan materi sejarah Visi. Pendiri Visi Mario Abdillah Khoir ceritakan, jatuh bangunnya saat berproses di sana. Ia ungkapkan kalau sempat diintrogasi beberapa mahasiswa. Sebab katanya, berita yang ia buat terbilang sensitif. Ia berdalih kalau tulisannya berdasarkan fakta di lapangan.Â
Usai sejarah Visi, materi disambung dengan feature. Dibawakan oleh Dela Safitri selaku alumni Visi. Feature merupakan tulisan mendalam. Selain itu, Dela ungkapkan kalau keawetannya terjaga sampai puluhan tahun. Prosa bahasa dan deskripsi secara detail, ungkap Dela, harus dilibatkan.Â
“Kita buat feature seperti cerpen atau novel, tapi ingat harus berdasarkan fakta dan ada narasumber,†tuturnya.Â
Kegiatan berlangsung sampai malam hari. Pimpinan Umum Visi, Rama Marantika, ambil alih panggung pemateri. Ia sambung pembahasan menyoal straight news. Jenis berita semacam ini sebaikny harus ditulis dengan cepat. Alasannya karena berita ditakutkan cepat basi.
 “Ada deadline dan aktualitas,†ujar Rama mengakhiri materi hari pertama.
Besoknya, kegiatan dibuka dengan materi berita utama oleh Muhammad Yamin. Sempat bekerja di Riau Pos, ia sebut enam nilai yang dianut jurnalis di sana. Ada nilai tokoh, peristiwa, kedekatan jarak, kebaruan, human interest, dan misi. Â
“Kami sebut ini ‘rukun iman’ yang harus Riau Pos ketahui,†ujarnya.
Tak sampai di straight news, peserta PJTD juga disuguhkan dengan materi media baru. Menurut Yossa Sastrama, media jurnalis alami perkembangan dari masa ke masa. Mulai dari penggunaan kertas, radio, dan televisi. Hingga saat ini ada digitalisasi. Perkembangan media diikuti oleh perkembangan zaman.
Di hari terakhir, Visi hadirkan Okta Heri Fandi sebagai pemateri menggali ide berita dan manajemen redaksi. Ia jelaskan kalau membuat berita, ide sangatlah diperlukan oleh seorang jurnalis.
Menurutnya, beberapa cara munculkan ide berita dengan observasi lingkungan sekitar. Tak hanya itu, harus banyak bicara untuk munculkan pertanyaan.Â
“Jangan jadi wartawan muntaber ya. Wartawan muncul tanpa berita maksudnya,†ucapnya.
Belum selesai, diklat yang dilaksanakan tiga hari ini disambung dengan pembahasan penggunaan web. Ervan Ibsahrodan minta peserta masuk ke laman tabloidvisi.com/login/. Peserta juga diberikan alamat surel dan kata sandi. Ia ajak para mahasiswa menulis berita bertema diklat yang telah berlangsung. Kemudian mengajarkan bagaimana cara memasukkan foto dan kategori tulisan di laman web.
“Jadi, seperti ini ya teman-teman cara masukkan tulisan ke website,†tutup Ervan sembari menerangkan langkah demi langkah materinya hari itu.
Diklat ini dihadiri delegasi dari Bahana Mahasiswa Universitas Riau atau UNRI. Juga ada peserta dari Media Mahasiswa Aklamasi.Â
Selain pemaparan materi, kegiatan PJTD diakhiri dengan pertemuan Forum Pers Mahasiswa atau Fopersma. Tujuannya untuk kenalkan pers mahasiswa kepada peserta yang baru saja resmi jadi anggota di Visi. Hari itu, ada dua persma yang turut hadir. Antara lain Bahana Mahasiswa dari Universitas Riau dan Media Mahasiswa Aklamasi Universitas Islam Riau, Minggu (19/12).
Penulis: Ellya Syafriani
Editor: Denisa Nur Aulia