Dalam sejarah organisasi mahasiswa, pasca orde baru mendapatkan tempat di dalam hati mahasiswa sebagai wadah berproses dan menunjang kegiatan selama menjalani kehidupan mahasiswa. Organisasi mahasiswa atau Ormawa mampu menjadi kelompok-kelompok yang menjaring massa dari lingkungan mahasiswa dan memiliki kekuatan politik untuk bisa menjatuhkan kekuasaan pusat, dengan kematangan-kematangan narasi yang di miliki oleh punggawa-punggawanya. Organisasi mahasiswa mampu melahirkan tokoh-tokoh publik dan menjadi penerus tampuk perpolitikan dalam negeri pada saat ini.
Pada tahun 2020 hingga tahun 2030, dikatakan Indonesia akan merasakan dampak dari bonus demografi, yakni banyak penduduk yang memiliki rentang usia antara 15 – 64 tahun. Pada usia seperti ini, negara akan mampu menambah percepatan pembangunan negara dalam segala lini. Beberapa yang sudah dirasakan adalah terjadinya percepatan teknologi, percepatan ekonomi, dan lain sebagainya. Ini merupakan buah dari tingginya kepedulian generasi muda 20 tahun yang lalu sehingga berefek pada saat sekarang.
Sayangnya, percepatan pembangunan negara oleh generasi muda tidak sebanding dengan kegiatan organisasi mahasiswa. Terutama pasca tahun-tahun pandemi. Banyak ormawa yang mengalami stagnan, bahkan kemunduran dalam membangun eksistensi kelembagaan mahasiswa.
Hal ini bisa dilihat dari kelembagaan mahasiswa di lingkungan Universitas Riau sekarang, banyak terjadi kemunduran kemunduran pasca pandemi yang dirasakan. Contohnya, pada eksistensi kelembagaan mahasiswa yang mulai terjadi kekurangan kursi kepemimpinan yang mengakibatkan aklamasi. Bahkan ada ormawa yang mengalami kekurangan anggota, sehingga berefek buruk pada pencapaian cita-cita organisasi. Akibatnya membuat eksistensi kelembagaan mahasiswa menjadi stagnan pasca pandemi dan nahkodanya tidak mampu menata ulang internal organisasi sendiri.
Tentu kita tidak mengatakan eksistensi organisasi pada saat sekarang lebih buruk dari pada eksistensi ormawa pada beberapa waktu yang lalu, namun pertumbuhan organisasi memang dirasakan lebih lambat dari pengelolaan organisasi pada saat sebelum pandemi. Ada banyak faktor yang membuat pertumbuhan organisasi ini berjalan lambat. Jika dilihat lebih runtut, sikap arogansi dan ketidak pedulian dari pemimpin organisasi menjadi faktor utama. Para pemimpin kurang mencari tahu musabab menurunnya keinginan mahasiswa untuk berproses di organisasi.
Tak hanya berjalan lambat, organisasi di lingkungan Universitas Riau juga sepi peminat. Salah satu faktornya adalah kondisi dalam internal organisasi yang dianggap tidak mampu memberi benefit lebih untuk jenjang karir kehidupan. Harusnya petinggi organisasi menyiapkan program-program yang mampu menjadi problem solver terhadap kebutuhan mahasiswa pada zaman sekarang.
Hal ini menjadi lingkaran setan yang apabila tidak di putus akan semakin panjang dan solusi yang coba dijawab akan semakin dirasa tertinggal dari masalah yang ada. Salah satu kritik penulis kepada kondisi internal kelembagaan sekarang adalah kurangnya pemahaman ketua organisasi terhadap pertanyaan-pertanyaan filosofis mengenai ormawa. Seperti kenapa mahasiswa itu berorganisasi, kenapa Organisasi Mahasiswa itu dibentuk, kemana organisasi ini harus diarahkan, apa pengertian dari organisasi mahasiswa kadang. Pertanyaan ini tidak coba dipertanyakan oleh beberapa ketua organisasi sehingga bingung saat menjalankan ‘kapal’ organisasinya,
Kritik kedua kedua penulis kepada pemimpin organisasi adalah banyak berkembang organisasi seperti menjiplak fungsi koperasi. Dimana beberapa organisasi mahasiswa ini, memiliki program kerja yang hanya di peruntukkan untuk internal pengurus, bukan untuk seluruh mahasiswa secara umum. Banyak terjadi ketidakcocokan fungsi karna efek dari kegagalan memahami pertanyaan-pertanyaan filosofis tadi. Bahkan organisasi ada yang tidak memiliki Grand Design dan Peta Kerja sebagai panduan menjalankan organisasi. Yang seharusnya dimiliki agar cita-cita organisasi dapat tercapai. Kekurangan inilah yang menyebabkan terjadi kekacauan dalam batang tubuh organisasi yang membuat eksistensi organisasi akan semakin berkurang.
Kegiatan mendasar seperti mentoring kepemimpinan dan controlling melalui rapat, bahkan tidak pernah dilakukan. Padahal materi manajemen organisasi sudah diberikan pada saat Training Organization (TO) 1 di setiap tingkat himpunan. Oleh karena itu penulis beropini TO 1 yang diadakan pada saat di himpunan tidak pernah lagi dipelajari untuk apa dan kenapa materi itu disampaikan. Belum lagi berkurangnya rasa idealisme dan nasionalisme dalam setiap tubuh mahasiswa pada saat sekarang, mau tidak mau kita harus akui bahwa kebanyakan mahasiswa di lingkungan internal Universitas Riau sudah mulai mengalami krisis kepedulian.
Krisis kepedulian yang terjadi ditambah dengan arogansi pemimpin organisasi, semakin memperburuk keadaan di internal kelembagaan. Satu satunya cara untuk membuat semua dalam keadaan normal kembali adalah pemimpin yang akan menjalankan tampuk organisasi harus betul-betul paham mengenai cita-cita organisasi, memiliki leadership yang kuat, dan juga karakter lain yang harus ada dalam seorang pemimpin organisasi. Tentunya itu semua perlu dipersiapkan secara matang dan secara mandiri bagi mahasiswa yang berkeinginan melatih diri menjadi seorang ketua organisasi.
Penulis berharap pemimpin yang tumbuh pasca masalah krisis kepedulian sosial dan berkurangnya eksistensi kelembagaan mahasiswa ini adalah pemimpin yang visioner. Pemimpin yang dapat mendobrak kebijakan kebijakan dan memberikan jawaban terhadap permasalahan yang terjadi di lapangan saat ini. Juga, tidak hanya berfokus kepada program kerja yang menjadi janji kampanye saja. Sebab keberlanjutan ide dan gagasan itu jauh lebih penting untuk di masukkan ke laporan pertanggung jawaban ketimbang penjelasan dan deskripsi program kerja. Hal ini sebagai bekal pemimpin baru untuk bertumbuh dan memiliki kesiapan jauh lebih siap di banding pemimpin sebelumnya.
Tulisan ini di peruntukan terkait tanggapan penulis terhadap kondisi internal Fakultas Teknik yang menjadi fakultas penulis. Dengan harapan semua akan terbangun kesadarannya terhadap kemunduran eksistensi ormawa di mata mahasiswa. Jika ada kata kata penulis yang menyinggung mohon dimaklumi dan dimaafkan.
Penulis: Ardiansyah JS
*Rubrik opini, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan isi. Bahana dibebaskan atas tuntutan apapun. Silakan kirim opini Anda ke email bahanaur@gmail.com