Sebagai penghuni Bangau Sakti, bepergian melewati Unri selalu menjadi pilihan tatkala mau menyeberang ke arah Pekanbaru Kota atau mau ke Subrantas. Alasannya tentu Jalan Bangau Sakti memang tidak terlalu menyenangkan dilewati oleh warganya, jalannya rusak dan sering banjir, syukur sekarang sedang dalam proses perbaikan. Sayangnya hal ini tidak bisa dilakukan pada Sabtu dan Minggu, karena kampus ditutup. Dan juga pada malam hari ketika gerbang Bangau Sakti pukul 21.00 sudah ditutup. Awalnya semua baik-baik saja, meski ada penutupan gerbang setidaknya jalanan Unri tidak terlalu gelap. Hingga 2023 pada bulan 10, keluar surat edaran rektor mengenai Jam Malam di Unri.

Sejak itu malam-malam Unri makin menyeramkan, jalanan dibiarkan gelap-cenderung sangat gelap karena minim penerangan. Bahkan banyak tiang lampu dibiarkan mati di sepanjang jalan arah Subrantas ke gerbang pos satpam Subrantas. Tidak heran terjadi kecelakaan di depan Arfaunnas, sebelumnya masih penuh jalan berlubang dan meski sekarang sudah diperbaiki. Nampaknya penerangan tidak kunjung akan diperhatikan. Apakah karena tidak masuk tuntutan aksi terbaru? Oleh sebab itu dibiarkan.

Pembiaran atas minimnya penerangan, sebenarnya sudah ditanyakan sebelum aturan jam malam itu diterbitkan. Sayangnya waktu itu pihak rektorat sampaikan karena keterbatasan anggaran-suatu alasan klasik. Menariknya ketika gedung Hutang ADB sudah diselesaikan, adalah gemerlapan lampu malam di gedung ADB yang saya lihat semua lampu luar dinyalakan, sedangkan di jalan-jalan dibiarkan gelap gulita. Kejadian pembegalan di dalam lingkungan kampus bahkan pernah terjadi, meski kemudian tidak terlihat pola berulang. Pertanyaanya tetap sama, apakah anggaran penerangan lebih penting untuk gedung yang belum diresmikan daripada fasilitas publik. Sampai sekarang saya tidak masuk logika ini, ada yang bisa menjelaskan?

Membicarakan keamanan kampus, pencurian sepeda motor sudah kasus klasik tanpa terlihat perbaikan apapun selain barrier gate yang hanya tersedia di dua fakultas. Seminggu bisa 2 kali, kalau rajin tiap hari ada saja kemalingan dan ingat selalu di siang hari. Maka meskipun malam keamanan dikendorkan karena mahasiswa dilarang berkegiatan, namun keamanan juga bisa dikatakan sangat kendor juga di siang hari. Maka peningkatan kualitas dan kuantitas keamanan adalah jawabannya, bukan jam malam. Toh, masih sering kemalingan di siang hari bukan?

Maka kiranya kampus yang begini, ketimbang menganggarkan ilmu dan teknologi yang canggih atau mencari dosen-dosen ahli di dunia maka mereka akan lebih sibuk khawatir kehilangan duit/cuan semata, padahal investasi terbaik manusia ada di leher keatas (Kepala) namun alokasi anggaran untuk menjaga kepala kita agar selamat di malam hari ketika melewati Unri (rawan kecelakaan) tidak dipikirkan dengan matang-matang oleh pimpinan Unri. Maka sudah jelas, persoalan jam malam di kampus bagi pimpinan adalah Penghematan Anggaran semata. Dan membuang jauh persoalan isi kepala dan dompet mahasiswa yang tergerus sebab menghabiskan waktu di tempat seperti café.

Taman Srikandi lucunya dibangun dengan penerangan warna-warninya yang saya akui cukup indah di malam hari, meski anggaran konyol sebesar 1 Miliar (mungkin lebih) digelontorkan untuk membangunnya. Sayang kembali taman ini hanya dijadikan taman bermain bagi hantu-hantu di sekitar danau, karena bahkan penerangan jalan di danau pun sudah tidak ada. Fasilitas konyol yang dibangun lainnya adalah MAPS UNRI, café mahasiswa Unri. Saya sampaikan konyol karena kampus ketimbang memberikan ruang belajar dikampus seperti Perpustakaan Unri buka sampai pukul 22.00 misalnya, pihak kampus justru membangun café yang jelas menyalahi aturan di surat edaran, karena masih berkumpul dan beraktivitas. Sederhananya kalau untuk mendapatkan cuan mereka mau, tetapi untuk keselamatan nyawa mahasiswa mereka memilih apatis.

Malam-malam yang menyeramkan ini, memperlihatkan ketidakpeduliaan kampus atas kreativitas mahasiswa secara mendalam. Stakeholder yang hanya memerintah mahasiswa berprestasi tetapi tidak mau memberikan wadah belajar dan berkreasi mahasiswa, maka akan muncul kebijakan seperti jam malam-jatuhnya lempar tanggung jawab. Mahasiswa disuruh pulang ke kostnya-melupakan adanya kegiatan organisasi dan kaderisasi, mahasiswa yang aktivis disuruh pulang ke café-café membuat diskusi sendiri yang kian hari makin sepi, mahasiswa yang mau belajar disuruhnya ke café-café (Café Unri juga bisa) dengan meniadakan adanya tempat belajar dari fasilitas yang kita bayar lewat UKT kita sendiri. Di kampus yang seperti ini, kebebasan akademik itu PALSU.

Kampus dengan malam-malam yang menyeramkan tanpa memperdulikan keselamatan mahasiswanya dan melarang aktivitas organisasi mahasiswa di malam hari, penulis rasa bertujuan untuk menghambat daya kritis mahasiswa tumbuh agar tidak memberontak melawan. Mahasiswanya diperintah tunduk pada aturan yang kian hari makin tidak jelas kebermanfaatannya bagaimana, bila memang jam malam digunakan untuk penghematan anggaran kampus kenapa ada gedung ADB dengan full penerangan padahal tidak ada aktivitas? Kalau mengenai pelecehan seksual kenapa masih ada pelaku pelecehan yang tidak ditindak tegas? Kalau alasannya kebutuhan keamanan kenapa keamanan siang hari seakan kendor juga sampai terus terjadi kemalingan motor?

Akhirnya kalau Ormawa hari ini justru menjadi pihak yang malu intropeksi, pendiam dan ogah-ogahan untuk mendukung kebebasan di kampus, takut dituduh tidak pro pencegahan pelecehan seksual dan lain sebagainya maka Ormawa sedang melecehkan marwahnya sebagai pihak yang mestinya tidak patuh akan otoritas. Sudah matilah demokrasi kampus itu, sebab berpandangan berbeda dianggap bermusuhan (di kampus ini) yakinkah kalian kita ini masih di lingkaran orang-orang Unri yang ingin kampus ini maju. Atau pihak-pihak yang kemudian memanfaatkan kondisi ini agar kepentingannya saja yang terpenuhi? Sedang yang bersuara berbeda adalah golongan lain? Ah sudahlah, kampus tanpa kebiasaan diskusi malam maka sudah jelas akan mati intelektual.

Penulis: Khariq Anhar, Mahasiswa Agroteknologi 2020

*Rubrik opini, penulis bertanggung jawab atas keseluruhan isi. Bahana membebaskan atas tuntutan apapun. Silakan kirim pendapat Anda ke email bahanaur@gmail.com