Tak lama lagi semester baru akan masuk. Biasanya mahasiswa akan mengisi Kartu Rencana Studi atau KRS terlebih dahulu.

Seiring perkembangan teknologi, pengisian KRS yang dulunya secara manual dengan menuliskan mata kuliah yang akan diambil lalu memilih dosen pengampu, kini sudah bisa dilakukan secara online. Universitas Riau yang punya visi menjadi kampus riset pada tahun 2035 sudah cukup lama menggunakan sistem KRS online.

Sistem ini cukup memudahkan, mahasiswa tidak perlu lagi datang ke kampus, cukup duduk depan layar monitor dengan syarat online, lebih mudah lagi bagi mereka yang menggunakan gadget, kapan pun dan di mana pun bisa mengisi KRS. Ini cukup efektif dan menghemat waktu dan tentunya memudahkan mahasiswa terutama yang tinggal jauh dari kampus.

Namun, Universitas Riau punya kebiasan buruk terkait sistem KRS online ini. Mahasiswa selalu mengeluh setiap kali akan melakukan pengisian KRS online.

Ini benar-benar meresahkan mahasiswa. Sering muncul slentingan seperti, “paling semester ini KRS pengasih harapan palsu lagi alias php.” Keresahan ini bukan tanpa alasan, sebab mahasiswa sangat dirugikan dengan adanya sistem KRS online yang berjalan tidak baik. Misal, setelah diumumkan jadwal pengisian KRS bisa-bisa berubah jadwal dengan waktu yang tidak pasti.

Permasalahan lain, terhambatnya proses pengisian mata kuliah. Seringkali mahasiswa mengalami masalah mata kuliah yang tidak bisa diinput atau dibatalkan karena sistem error.  Hal ini sangat membuat mahasiwa bingung sekaligus kesal karena mereka tidak bisa memilih mata kuliah yang mereka inginkan atau sebaliknya mereka tidak bisa membatalkan mata kuliah yang tidak jadi mereka ambil.

Seperti yang terjadi pada Egi Slastio Manova, mahasiswa Fakultas Ekonomi. Dia harus bolak-balik ke warnet sampai mata kuliah sudah diinput di portal akademik., karena sistem yang selalu error. Bolak-balik ke warnet tentu merogoh kocek.

Novianti, mahasiswa Fakultas Ekonomi juga sering kecewa dengan kalimat yang sering muncul ketika mengisi KRS, “data tidak ditemukan.” “Bukan periode pengisian KRS.” padahal jelas-jelas jadwalnya pengisian KRS.
Yang paling membingungkan, adanya pemberitahuan bahwa beban Sistem Kredit Semester atau SKS adalah 0.

Penanganan permasalahan ini pun terkesan tidak maksimal dan tidak sesuai dengan harapan mahasiswa. Permasalahan serupa kerap terjadi tiap memasuki awal semester.  Jawaban dari pihak Puskom dalam masalah ini juga tidak memuaskan bagi mahasiswa. Jawaban mereka hanya, sistem sedang bermasalah. Tanpa memberikan alasan mengapa bermasalah dan bagaimana Puskom sendiri menangani masalah tersebut?

Permasalahan ini seharusnya tidak terjadi tiap memasuki awal semester apabila ada perbaikan sistem. Perbaikan sistem itulah yang diharapkan oleh mahasiswa dilakukan oleh pihak kampus. Agar kedepannya pengisian KRS ini dapat berjalan dengan lancar dan benar-benar memudahkan mahasiswa ketika menginput mata kuliah.

Apabila permasalahan dalam pengisian KRS terjadi berulang-ulang, maka hal ini akan berdampak pada citra Universitas sendiri. Hal inilah yang seharusnya diperhatikan oleh pihak kampus. Citra baik sebuah Universitas dapat dilihat dari tingkat kepuasan mahasiswa terhadap pelayanan dan fasilitas yang diberikan oleh pihak kampus.

Sepertinya tidak ada niat sepenuh hati dari pihak kampus untuk melakukan perbaikan dalam sIstem KRS online. Niat untuk melakukan perbaikan bisa dikatakan hanya setengah hati saja. Jika perbaikan dilakukan secara maksimal tidak mungkin masalah serupa terjadi tiap semester.  Kenyataannya berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan.

Ada aktor-aktor yang seharusnya mampu menyelesaikan masalah ini dengan cepat. Tapi lakon dari aktor-aktor itu sampai sekarang belum terlihat. Walau bagaimanapun, kehadiran KRS online membantu mahasiswa dan kampus dalam kegiatan perkuliahan. Adalah tugas dari pengelola kampus untuk dapat memberikan pelayanan maksimal kepada mahasiswanya, termasuk dalam pengisian KRS.

Sebagai mahasiswa yang dalam hal ini dirugikan, tentunya kita hanya bisa berharap semoga semester ini adalah akhir dari permasalahan klasik pengisian KRS online. Sehingga kita tidak lagi mendengar, “habis uang untuk biaya warnet demi KRS, rela begadang demi KRS.” Dan keluhan-keluhan lainnya yang berulang-ulang tiap semester.

Penulis: Wahyudi Ilfahman, Mahasiswa Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Riau.