“SAYA NAJWA SHIHAB, TUAN RUMAH MATA NAJWAâ€
Kata-kata ini telah familiar didengar oleh penikmat setia acara talkshow yang dibawakan oleh Najwa. Presenter dan reporter yang telah malang melintang didunia jurnalistik. Perempuan dengan rambut sebahu ini telah memiliki program khusus di salah satu televisi swasta, Metro Tv. Mata Najwa nama program yang sudah tayang sejak 25 November 2009.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia ini percaya bahwa menyaksikan sebuah berita ditelevisi hanya gunakan kedua mata saja tidak cukup. Magister hukum dari Universitas Melbourne ini tetapkan, selain indra penglihatan, mata, ada mata lainnya yang harus digunakan juga. Mata akal dan mata hati. Jadilah programnya ini sebagai media lain untuk menikmati berita dengan cara berbeda.
Topik yang dibahas dalam program ini kebanyakan adalah persoalan politik. Bagi tim produksi, hal ini jadi tantangan besar. Bagaimana cara agar permasalahan politik dapat dicerna oleh berbagai kalangan yang menikmati acara. Pertanyaan besar yang harus dihadapi dan diselesaikan oleh tim serta Najwa sendiri. Dengan mengedepankan prinsip kredibilitas, serta hadirkan pembicara yang tepat, program ini terus berlangsung hingga kini.
Najwa dengan ciri khas tatapan mata yang tajam memperhatikan pembicara dapat terlihat selama program berlangsung. Tanggannya yang sesekali menuliskan kata-kata dicatatan serta pertanyaannya yang tajam dan cerdas ia lontarkan membuat program ini pantas disaksikan. Hal ini membuat Fenty Effendi mengabadikan perjalanan acara ini serta topik yang dibahasnya dalam buku Mantra Layar Kaca.
Mantra ini bukan soal jimat yang dibaca acap kali tampil dipanggung mewah. Bukan pula intrik khusus agar acara tampil mulus. Mantra layar kaca sebagai substitusi rahasia sukses penyelenggaraan Mata Najwa  lima tahun belakangan.
BAB PERTAMA DIMULAI DENGAN EPISODE DUNIA DALAM KOTAK AJAIB. Fenty mengabadikan episode-episode awal Mata Najwa yang mengangkat berita heboh penghujung tahun 2009. Namun program ini tidak hanya menghadirkan informasi terkait berita heboh saja. Ia mengulas peran media massa yang telah lari dari substansinya. Loyalitas kepada publik. Mata Najwa mengkritisi tanggungjawab jurnalis yang abai.
Isu terhangat tahun itu cerita soal Bank Century, episode dalam Mata Najwa mengangkat tajuk Century for Dummies. Kasus kucuran dana talangan sebesar Rp 6,7 triliun ke Bank Century. Perhatian publik tersita kala itu. Banyak pertanyaan yang harus dijawab. Sayang, tokoh utamanya Wakil Presiden saat itu Budiono dan Menteri Keuangan Sri Mulyani tidak hadir. Hanya Jusuf Kalla yang hadir. Jawaban terhadap pertanyaan rakyat tak diperoleh kala itu.
Cerita lainnya dibahas dalam episode Republik Maling. Wawancara pertama dilayar kaca Anggodo Widjojo. Tersangka penyuapan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Candra Hamzah dan Bibit Samad Rianto. Belakangan kasus ini dikenal dengan sebutan Cicak versus Buaya jilid satu.
Setelah banyak membahas isu-isu politik terhangat, Mata Najwa terjebak. Tim menyadari isu yang dibahas selalu saja menyoal politik. Memang konsep dari program ini tidak memihak dalam bahas suatu masalah. Tidak pro ataupun kontra. Istilah Najwa “Bukan debat yang noise, asal berisik, melainkan membawa voice, suara.â€
Dicari solusi menghadirkan informasi yang lebih ringan untuk pemirsa dengan hadirkan episode Masih adakah Si ‘Bung’? Episode ini membahas kisah-kisah inspiratif yang dapat dijadikan suri tauladan bagi generasi masa depan. Cerita lengkap episode-episode serta foto ataupun analisa permasalahan selalu dihadirkan ditiap bab oleh Fenty.
Plesiran Gayus Tambunan ke Malaysia dan Hongkong memantik media terus mengabarkan. Ditambah sepak terjang Kabareskim Susno Duadji dan sel mewah Arthalita Suryani. Mata Najwa muncul bukan bahas salah satu persoalan itu, melainkan mengenang Pedekar keadilan, Baharuddin Lopa dan Hoegeng Iman Santoso. Integritas kedua tokoh tersebut tak terbantahkan. Jauh sebelum gratifikasi dikenal, Lopa kembalikan bingkisan parsel yang diterima keluarganya kepada para pengirim.
Acara terus berlanjut dan dihadirkan episode berjudul Mafia angka. Soal calo anggaran antara politisi dan pejabat dalam kasus wisma atlet SEA Games. Najwa Shihab undang Wa Ode Nurhayati, anggota Badan Anggaran Dewan Perwakilan Rakyat atau Banggar DPR. Ia buka-bukaan penyelewengan Daftar Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah yang jumlahnya ratusan triliun. Najwa berusaha menggali informasi. “Jadi banyak bermain itu pimpinan?†Nurhayati jawab iya.
Program disiarkan dan didengar Ketua DPR Marzuki Alie berang. Ia laporkan Wa Ode atas tuduhan pencemaran nama baik. Namun, dukungan publik justru mengalir pada narasumber Mata Najwa kala itu. Belakangan ia klarifikasi, bahwa yang dia maksud salah satu Wakil Ketua DPR. Tak lama berselang muncul berita 21 transaksi mencurigakan anggota dewan. Nama Wa Ode mulai disebut. Kemudian, KPK menetapkan Wa Ode sebagai tersangka korupsi dalam kasus yang ia sampaikan saat di Mata Najwa.
Adapula episode dengan tema Inspirasi negeri. Kali ini mengulik tokoh berpengaruh yang membuat perubahan inspiratif untuk siapa saja. Hadirkan Tri Rismaharini, Walikota Surabaya. Ia buat perubahan besar di kota metropolitan kedua di Indonesia itu. Membuat taman-taman baru, efisiensi anggaran dengan sistem elektronik terpadu dan kegigihannya menutup lokalisasi Dolly. Tak hayal, ia terima 51 penghargaan nasional maupun internasional. Termasuk, Mayor of the Month atau walikota terbaik di dunia.
Namun Risma kembali hadir dalam Mata Najwa saat tersiar kabar Risma akan mundur dari jabatannya di Februari 2014. Pasalnya PDIP, partai pengusung Risma menunjuk kadernya Wisnu Sakti Buana sebagai Wakil Walikota Surabaya. Wisnu adalah anggota DPRD yang mendukung pemakzulan terhadap Risma pada 2011 silam. Alasannya, Risma menaikkan pajak reklame dijalan protokol Surabaya. Alasan Risma ia tak mau keindahan jalan tercoreng dengan baliho reklame raksasa. Risma tak kuasa menahan keterlibatan emosinya dalam memimpin Surabaya. Dia hanya terisak tangis saat Najwa bertanya soal keputusan mengundurkan diri.
Usai tayang, dukungan pada Risma datang. Dukungan publik lewat social media memintanya bertahan. Bahkan dukungan terus mengalir hingga berhari-hari. Sampai memantik Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri berkunjung ke Surabaya dan minta Risma bertahan.
KISAH-KISAH TIAP EPISODE MATA NAJWA TERUS DIBAHAS FENTY DARI BAB KE BAB. Mulai dari awal mengudara hingga saat pemilihan Presiden Indonesia ketujuh berlangsung. Mata Najwa berusaha berikan pencerahan dan pemahaman kepada masyarakat terkait kedua pasang calon orang nomor 1 Indonesia. Tetap pada moto awalnya menghadirkan berita dengan cara berbeda. Menggunakan mata akal dan mata hati untuk dapat memahami sebuah informasi.
Fenty bisa mendokumentasikan semua hal yang terjadi selama program berjalan karena peroleh kesempatan emas. Ia diperbolehkan ikuti proses persiapan sampai show selesai. Di studio maupun luar studio. Dengan perspektif pihak ketiga, memandang Mata Najwa secara independen.
Mantra layar kaca disajikan secara atraktif. Kendati terdiri dalam beberapa episode dengan tema berbeda, ia meramu semuanya baik. Foto-foto terbaik saat show menambah kesan pembaca berada dalam pertunjukan itu. Catatan Najwa setiap episodenya, berima, penuh makna juga ditampilkan. Dilengkapi catatan berisi informasi, analisis masalah yang diangkat dan acara Mata Najwa dari pihak ketiga dapat menambah pengetahun pembaca. Kekurangan dalam buku ini, Fenty dapat terus menceritakan isi dari program, namun pembaca kurang dapat gambaran bagaimana proses sebelum dan sesudah program mengudara.
Namun tetap saja, buku ini layak dibaca untuk mengkilas kembali topik yang pernah disajikan Najwa Shihab. Selamat Membaca.#Eko Permadi
Judul                    : Mantra Layar Kaca
Tahun Terbit     : 2015
Penulis                : Fenty Effendy
Penerbit             : Media Indonesia Publishing
Tebal Halaman : 325 hlm; 23×18 cm.