Komando Mahasiswa Pecinta Alam (Kommapala) Winnetou mengadakan ekspedisi penelusuran gua dengan tajuk Ekspedisi Gua Riau. Kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi gua yang ada di Riau. Kommapala Winnetou merupakan organisasi di Fakultas Teknik (FT) UNRI bagi mahasiswa pecinta alam dalam pelestarian lingkungan hidup.
Awalnya, Kommapala Winnetou akan mengeksplorasi Goa Teluk Embun di Desa Cipang Kiri Hulu, Kabupaten Rokan Hulu. Namun akibat lock down karena covid-19, ekspedisi beralih ke kawasan Kars Bukit Piang kabupaten Rokan Hulu dua hari sebelum keberangkatan.
Kamis sore (24/9), tim advent mulai bergerak menuju lokasi. Rilo dan Husnul Fikri selaku Koordinator Lapangan atau Korlap dan Ketua advent berangkat menggunakan sepeda motor. Keduanya singgah beristirahat di salah satu rumah anggota muda Winnetou, tepatnya di Desa Lubuk Bendahara Timur untuk beristirahat.
Tim advent melanjutkan perjalanan ke Kelurahan Rokan di hari berikutnya. Setelah menyelesaikan perizinan, Safrizon salah satu warga setempat menjelaskan bahwa terdapat enam gua di tempat ini. Di antaranya Gua Tembus, Gua Puputan, Gua Besar, Gua Batu Balai, Gua Kelelawar, dan Gua Segian Belido.
Rilo mengatakan, tiga dari gua tersebut yaitu Gua Tembus, Gua Puputan, dan Gua Besar menjadi tujuan pilihan. Sembari menungu tim pemetaan menyusul, keduanya memutuskan beristirahat di rumah Safrizon.
Di hari yang sama, upacara pelepasan keberangkatan tim pemetaan dilakukan di halaman homestay Winnetou pukul empat sore. Turut hadir Azridjal Aziz selaku Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan FT.
Dengan jumlah enam orang, tim berangkat menggunakan kendaraan bermotor pukul 5 sore. Akses jalan yang rusak karena musim hujan mengakibatkan jarak tempuh mencapai enam jam. Sesampainya tim pemetaan di lokasi, Korlap memimpin briefing. Penelusuran rampung pada Sabtu pagi (26/9).
Setelah berunding, diputuskan lima orang akan turun. tiga lainnya menunggu di basecamp untuk mendukung logistik tim saat pemetaan dalam gua.
“Memantau cuaca, menyiapkan peralatan dan konsumsi itu tugas mereka yang berjaga di tenda,” terang Rilo.
Gua Tembus menjadi gua pertama yang dijelajahi. Natsya Novianty memimpin pemetaan kali ini bersama anggota lainnya. Pukul sebelas pagi, tim memasuki mulut gua yang memanjang ke samping dan beratap rendah. Kondisi ini mengharuskan tim berjalan jongkok menuruni bebatuan. Gua yang berada di lereng Bukit Piang termasuk jenis gua kering dan memiliki dua mulut. Di dalamnya terdapat keanekaragaman hayati. Mulai dari kelelawar dengan warna hitam kecoklatan, hitam kekuningan dan hitam kemerahan. Ada juga beberapa sarang landak serta mata air yang keluar dari rekahan atap gua.
Tujuan dari ekspedisi, kata Natsya ada tiga. Diantaranya menulusuri gua, melakukan pemetaan dan dokumentasi perjalanan.
Pemetaan hari pertama usai pukul lima sore.
Pemetaan ditutup dengan briefing dilanjutkan dengan istirahat, salat dan makan.
Keesokan harinya, tim bergerak menuju Bukit Piang. Tujuannya adalah Gua Puputan. Menurut mitos, gua ini menghisap udara sekitar pukul sepuluh sampai sebelas pagi. Lalu seperti menghembuskan udara keluar pada pukul satu sampai dua siang. Itulah mengapa gua ini diberi nama puputan.
Untuk memasuki gua, tim harus menggunakan alat khusus untuk turun. Gua mempunyai mulut yang vertikal dengan celah sempit. Begitu masuk, tercium bau guano atau kotoran kelelawar. Tak hanya itu, terlihat pula burung hantu dan seekor kura-kura.
Lorongnya yang pipih dan sempit, mengakibatkan pemetaan hanya dapat dilakukan dengan cara merayap. Di ujung gua terdapat chamber atau ruang yang dapat diduduki.
Hingga pemetaan selesai, tak ada masalah yang terjadi. Hanya saja, salah satu anggota menemukan celah yang sangat sempit di patahan lorong saat hendak ke luar. Setelah mencoba masuk, tim menemukan lorong panjang sekitar 20 meter dengan atap tinggi, dipenuhi kelelawar dan bulu landak yang sudah lapuk.
Tak sampai di situ, tim kembali menemukan chamber yang luasnya diperkirakan sekitar setengah lapangan bola. Karena atapnya yang rendah, merayap menjadi satu-satunya cara mengelilingi ruang dalam gua tersebut.
Ekspedisi dilanjutkan kembali sekitar pukul sebelas malam dengan tujuan ke Gua Besar. Dahulunya gua ini digunakan sebagai tempat pengasingan dengan kapastitas 1000 orang. Gua Besar memiliki dua pintu, salah satunya vertikal sepanjang 36,81 meter dengan lebar 1 meter. Tim ekspedisi menyelesaikan pemetaan sekitar pukul tiga pagi.
Anggota dibagi menjadi tiga tim. Setelah briefing pada Senin (28/9), tim pertama membawa misi menyelesaikan pemetaan gua Puputan. Sementara, tim kedua mengulas profil kelurahan di Kantor Kelurahan Rokan. Tim terakhir menyediakan konsumsi dan mengulas keberangkatan pulang di basecamp. Tim bersiap untuk kembali ke Pekanbaru pada siang harinya.
Ketua Umum Kommapala Winnetou, Wahyudi Akhirat mengatakan ekspedisi ini menjadi yang ketiga kalinya. Tahap pertama pada Agustus di Gua Langkuik Tujuoh di Desa Tanjung Kampar. Tahap dua pada September di Gua Proklamasi, Desa Gema kabupaten Kampar.
“Alhamdulillah ekspedisi kali ini berjalan dengan lancar dan bisa dikatakan sukses untuk ketiga kalinya, mungkin akan ada rencana untuk yang keempat, tapi tunggu kondisi membaik dulu,” tutupnya.
Penulis : Nadia Farahdiba Willy
Editor  : Firlia Nouratama