“Anak muda tidak menawarkan masa lalu, dan anak muda tidak menawarkan masa kini. Tetapi, anak muda menawarkan masa depan,” tutur Sherly Annavita Rahmi. Ia seorang influencer milenial.

Di pikirannya, muda tidak dilihat berdasarkan umur. Namun, berdasarkan pola berpikir dan pilihan sikap. Selama anak muda berani mengisi masa-masa persiapannya dengan kerja keras dan kerja cerdas, maka dapat memiliki kesempatan untuk melihat masa depan.

Sherly mengelompokkan anak muda menjadi beberapa tipe. Pertama, tipe pesimis yang cenderundg mengecilkan diri sendiri. Bahkan, ketika orang-orang di sekitarnya tak melakukan itu. Kedua, manusia yang realistis. Anak muda dengan tipe ini nyaris dibentuk oleh lingkungan, bukan membentuk lingkungan.

Ada pula tipe optimis yang cenderung selalu memandang dari sudut pandang positif. Terakhir, tipe progresif. Ia cenderung memiliki ide-ide kreatif, inovatif, tetapi tetap selektif.

“Satu-satunya tangga yang pantas untuk anak muda adalah optimis. Pelan-pelan meng-upgrade diri menjadi orang yang progresif.”

Chelsy Yesicha katakan, generasi muda tak boleh meninggalkan perannya. Peran anak muda sangat dibutuhkan, karena merupakan pucuk bangsa. Anak muda dapat menyuarakan harapan dan memberikan pembuktian dirinya. Berbagai media sosial menjadi ruang bagi anak muda untuk bersuara.

Ia sampaikan tiga kata kunci dalam bersuara. Ketiganya adalah creative, confidence, dan connected. Perlu adanya jiwa kreatif, rasa percaya diri, dan kemampuan berkoneksi dalam diri seorang anak muda.

“Bersuaralah dengan karya dan logika, namun jangan meninggalkan etika.”

Faldo Maldini salah satu politikus muda menambahkan, saat ini ada dua hal yang dimanfaatkan agar dilihat publik. Yakni kekayaan dan riwayat keturunan.

“Namun, hal ini dapat dipatahkan melalui karya yang kita buat,” pungkasnya dalam seminar Media and Conversation yang digelar Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Riau (20/12) via Zoom Cloud Meeting.

Reporter: Nita Fiteria Ulfa

Editor: Annisa Febiola