Rabu, 1 Oktober 2014 sekitar pukul 14.00 waktu setempat Rosy Dewi Arianti Saptoyo, Reporter Lembaga Pers Mahasiswa Sastra Ideas (LPMS Ideas) mengajukan proposal pencairan dana penerbitan Buletin Partikelir kepada Wisasongko, M.A, selaku Pembantu Dekan III (PD III) Fakultas Sastra Universitas Jember (FS UJ).
Menurut keterangan Rosy, dia berangkat ke ruangan PD III bersama Alifah Zaki Rodliyah, Koordinator Litbang LPMS Ideas. Tapi Rosy masuk ruangan PD III sendiri sembari membawa proposal pengajuan dana. Sedangkan Alifah menunggu di luar. Kala itu Rosy beranggapan jika proposal diajukan oleh anggota yang belum menjadi pengurus, akan lebih mudah disetujui oleh PD III. Ternyata yang terjadi sebaliknya, Rosy justru mendapat ancaman terkait hasil kerja jurnalistiknya selama ini di LPMS Ideas.
Beberapa saat setelah mengecek proposal pengajuan dana, Wisasongko beranjak menuju tumpukan arsip di meja kerjanya. Ternyata dia tengah mencari satu eksemplar Buletin Partikelir (salah satu produk LPMS Ideas). Lalu menaruhnya di depan Rosy. Wisasongko mengatakan bahwa Buletin Partikelir adalah media yang hanya berisi hujatan dan umpatan.
Menurut Wisasongko Buletin Partikelir tidak memuat berita yang berimbang. Wisasongko sempat membenarkan perkataan salah satu dosen jurnalistik di FS UJ, terkait media LPMS Ideas yang dianggap tidak menyajikan fakta secara berimbang. Dengan cekatan Rosy menyanggah pernyataan Wisasongko tersebut, Rosy mengatakan bahwa kawan – kawan Ideas telah menulis dengan hati-hati dan patuh kaidah kode etik jurnalistik. Tentu saja karena setiap fakta yang diberitakan terlebih dahulu melalui serangkaian kerja kerja jurnalistik yang berlapis lapis. Harus berulangkali turun lapang untuk wawancara dan klarifikasi ke berbagai pihak.
Namun Wisasongko justru enggan menerima sanggahan yang Rosy utarakan. PD III yang juga dosen tersebut malah menimpali dengan mengatakan, seharusnya media milik LPMS Ideas itu tidak hanya memuat berita negatif saja. Dalam hal ini yang dimaksud Wisasongko sebagai produk jurnalistik yang negatif ialah yang berani menanyakan secara kritis seputar kebijakan kampus. Sebab di dalam masing-masing kebijakan baik yang sedang atau yang akan dieksekusi tersebut, mengandung hak untuk tahu para civitas akademika.Setelah membicarakan tentang Buletin Partikelir yang dianggapnya tidak berimbang, Wisasongko juga mengklaim LPMS Ideas adalah Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang negatif. Kemudian Wisasongko bertanya tentang topik lain terkait urusan personal Rosy. Pada saat itulah Rosy merasa ditekan. Wisasongko mulai menyinggung terkait keterlibatan Rosy dalam penggarapan media LPMS Ideas yang mengkritisi dinamika kampus.
Pada awalnya Wisasongko menanyakan mulai dari jurusan, angkatan, sampai indeks prestasi kumulatif milik Rosy. Setelah itu Wisasongko kembali bertanya mengenai Beasiswa bidik misi yang diterima oleh Rosy. Kemudian Wisasongko memberikan pernyataan yang bernada ancaman terkait status administrasi kampus.
Menurut Wisasongko, Rosy adalah mahasiswa yang dibiayai oleh negara dan tidak boleh berbuat macam-macam. Atas dasar itulah lalu Wisasongko melontarkan ancaman akan mencabut beasiswa Rosy. Sebab mahasiswa yang berindeks prestasi kumulatif 3,4 tersebut tidak akan bisa kuliah jika tidak dibiayai pemerintah. Selain itu Wisasongko juga menanyakan tentang apa pekerjaan orang tua Rosy. Setelah mengetahui bahwa pekerjaan orang tua Rosy adalah pendeta, Wisasongko berkata, “Kamu itu miskin, gak usah macem – macem!†Obrolan yang berlangsung hampir 30 menit itu lantas membuat Rosy merasa terintimidasi.
Sekitar pukul 14.30, Rosy dan Alifah kembali ke Sekretariat LPMS Ideas. Menurut penuturan Alifah, Rosy menangis tersedu sedari keluar dari ruangan PD III dan sepanjang perjalanan kembali ke Sekretariat LPMS Ideas. Sesampainya di sekretariat, Rosy menceritakan apa yang dia alami kepada Nurul Aini (Pemimpin Umum LPMS Ideas) dan Kholid Rafsanjani (Pemimpin Redaksi LPMS Ideas). Rosy menceritakan semuanya sambil terisak. Setelah kejadian itu Rosy mengungkapkan bahwa dia mengalami trauma berhadapan dengan Wisasongko, dia merasa diintimidasi. #Rilis