Pelatihan Menggunakan Perahu Karet menjadi agenda hari kedua Ekspedisi Susur Sungai Kampar oleh Humendala Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Riau di Pangkalan Koto Baru, Selasa (24/09). Heru Mega, Senior Paska di Mapala Universitas Andalas yang menjadi instrukturnya.
Kegiatan dimulai pukul setengah sembilan di Sungai Mahat atau Batang Maek daerah Pangkalan Koto Baru Sumatera Barat. Sungai ini bersebelahan dengan Masjid Raya Pangkalan. Dari sini nantinya tim akan berangkat ke Tanjung Balik sebagai lokasi ekspedisi di hari berikutnya.
Sebelum keberangkatan, tim dibagi menjadi dua jalur; air dan darat. Jalur darat menggunakan satu bus berisi barang dan sebuah mobil jenis off road, milik Indonesia Off-Road Federation.
Sedangkan jalur air memakai dua perahu karet. Perahu karet yang digunakan tim ekspedisi berjenis River Boat yang diisi oleh enam orang dan Ransom Boat berjumlah dua dan dikendarai tujuh hingga delapan orang.
River Boat yaitu perahu karet untuk arung jeram. Sedangkan, Ransom Boat adalah perahu karet bermotor/mesin yang terletak di bagian belakang perahu.
Dalam Pelatihan Menggunakan Perahu Karet, Heru sampaikan bahwa perahu karet mempunyai empat sekat ruang angin. “Fungsinya kalau bocor satu ruang, masih ada ruang angin lain, jadi masih bisa safety,” jelas Heru.
Selain itu, ia juga jelaskan tentang alat kelengkapan lain, seperti paddle atau dayung. Dayung memiliki beberapa bagian, yaitu tegrip atau bagian atas dayung yang berbentuk huruf T. Kemudian ada blade atau mata dayung.
Agar mata dayung tidak mengenai batu, teknik memegang tegripnya harus benar. Dayung sengaja dibuat dari bahan ringan, seperti aluminium agar tidak tenggelam.
Sedangkan untuk aba-aba pendayungan terdiri atas “maju” “mundur”. Ada pula “Kanan maju kiri mundur” biasa digunakan bila Skepper, sebutan orang yang duduk paling belakang, tak sanggup mengendalikan perahu sendiri.
Perahu karet biasa dipakai untuk rescue atau penyelamatan, bisa juga untuk tamu-tamu arung jeram.
Tak hanya itu, Heru juga sampaikan bagian lainnya, seperti bagian pelampung. Ia katakan bahwa daya apung pelampung bisa mencapai 100 kilogram dan yang paling kuat berada di bagian depan pelampung.
Maka itu, ketika seseorang hanyut di arus deras ia dilarang terlungkup. Melainkan, harus berada di posisi terlentang. Hal ini guna meminimalisir resiko seperti cedera kepala atau terhirup air yang dapat menghilangkan nyawa.
Memasang pelampung pun harus benar, seluruh kancing harus terpasang dan ketat. Tapi pastikan masih tetap bisa bernafas dengan nyaman.
Kelengkapan wajib lain adalah helm sebagai pelindung kepala.
Perahu yang digunakan untuk pengarungan kali ini berukuran 38, artinya 3 meter lebih 80 sentimeter. Di dalamnya terdapat line boat atau tali pinggir perahu yang terletak mengelilingi perahu untuk pegangan di arus kencang. Lalu, tiga buah bantalan yang berada di badan perahu berguna untuk menyelipkan kaki dan tempat duduk.
Ada lagi namanya throw bag atau tali lempar. Panjangnya sekitar 25 meter, digunakan untuk penyelamatan korban yang jatuh ke air. Sebelum melempar tali ini pastikan untuk membunyikan peluit hingga terdengar oleh orang yang ditolong, setelah itu tali boleh dilempar.
Sambil pengarahan, tim pengarungan sungai turut melakukan simulasi dan latihan fisik di air.
Provinsi Riau belum punya atlet arung jeram. Heru berharap, setelah pelatihan singkat ini ada latihan lanjutan sehingga ada bibit atlet baru untuk bawa nama Riau.
Selanjutnya di tempat yang sama, upacara pelepasan tim pengarungan dilepas langsung oleh Kepala BPBD Kabupaten Lima Puluh Kota, M. Jhoni Amir.
“Kami membutuhkan data dan informasi setelah berlangsungnya ekspedisi ini, agar program kerja khusus penanggulangan banjir bisa lebih diefektifkan lagi,” ujar Jhoni Amir.
Reporter: Humaira Salsabila dan Dicky Pangindra
Penulis: Humaira Salsabila
Editor: Ambar Alyanada