Pembukaan Vorest Fest, Harapkan Anak Muda Peduli Lingkungan

Anak dan pohon memiliki keserupaan. Mereka akan tumbuh dengan kuat jika dijaga dengan baik. Harapannya, kelompok muda dapat mengambil dan suarakan keadilan antar generasi. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Boy Even Sembiring pada pembukaan Voice for Ecological Justice Festival atau Vorest Fest, Senin (21/11).

“Pilihan kami untuk melangsungkan Vorest Fest pada 21 November ini bersempena dengan peringatan hari pohon dan hari anak,” ujar Boy.

Rangkaian Vorest Fest diawali dengan diskusi. Franky dan Devioniza Sarah Bintani jadi pembicara hari itu. Keduanya adalah mahasiswa dari Jurusan Hubungan Internasional Universitas Riau. Ada juga Koordinator Media dan Pergerakan WALHI Riau Ahlul Fadli.

Franky jelaskan adanya keadilan dan ketidakadilan iklim. Ketidakadilan iklim ialah kesenjangan kondisi iklim dan lingkungan yang dirasakan antar generasi. Persoalan ini menjadi tanggung jawab seluruh masyarakat. Hal ini dapat diupayakan dengan lakukan diet carbon.

“Misalnya dengan mengurangi penggunaan bahan bakar, fosil, maupun listrik,” katanya. 

Materi dilanjutkan oleh pembicara Devioniza. Ia membahas tentang keadilan antargenerasi yang miliki kaitan dengan keadilan iklim. Ujarnya, keadilan iklim terwujud ketika keadilan antargenerasi dapat dicapai. Tambahnya lagi masa depan anak muda merupakan masa-masa terancam untuk wujudkan keadilan antar generasi. 

Diskusi  juga sediakan sesi tanya jawab. Salah satu peserta, Jeffry, tanyakan bagaimana upaya masyarakat untuk menyelamatkan bumi dari perusahaan yang hanya pikirkan profit belaka. Hal ini dijawab oleh Dayat, peserta dari Jurusan Teknik Lingkungan UNRI.  Menurutnya, kebaikan iklim dan masyarakat saat ini lebih darurat, daripada kepentingan perusahaan. 

Dayat masukkan penelitian pada sektor lingkungan di Sungai Siak. Dari isu tersebut kebaikan masyarakat dan iklim lebih dinomor satukan.

Sebagai penutup, Ahlul nilai diskusi seperti ini semacam ruang positif untuk berbagi pengalaman dan berbagi peran. Seharusnya kajian seperti ini dapat terdengar melalui narasi, kajian, rilis, maupun diskusi.

“Ini yang harusnya diarahkan dari berbagai kalangan,” ujar Ahlul.

Helatan yang akan berlangsung dalam 20 hari ini akan berakhir pada 10 November. Bertepatan dengan Hari Hak Asasi Manusia sedunia. Ada makna tersirat disini. Artinya, generasi muda serta generasi yang akan datang sama-sama memiliki hak mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat.

Penulis: Kristina Natalia

Editor: Ellya Syafriani