“Ayo duduk, gabung saja antara panitia dan peserta,” dengan toa Ismail Hamid mengajak. Ia duduk di atas tikar yang sudah terbentang di atas rumput. Usai berkemas, peserta Pelatihan Jurnalistik Tingkat Lanjut Nasional disingkat PJTLN berbondong-bondong menuruni anak tangga menuju halaman tempat berkumpul. Panitia dan peserta duduk membaur, melingkar di atas rumput tanah Leang-Leang.

Suara air sungai mengalir jadi irama pengiring malam itu. Bentangan karst–Permukaan terbuka yang tampak kasar, berlubang dan runcing– berdiri kokoh tepat dihadapan mereka. Angin malam berhembus. Sabtu, 15 Oktober jadi akhir kegiatan PJTLN di Makassar. Pembawa acara beri salam, dilanjutkan kata sambutan ketua panitia Nurfadhilah Bahar, ia sampaikan ucapan terimakasih atas kehadiran seluruh delegasi Lembaga Pers Mahasiswa.

Nurfadhilah Bahar juga sampaikan maaf atas kesalahan dan kehilafan panitia dalam sambutan dan pelayanan. Kata sambutan dilanjutan oleh Asrullah Pemimpin Umum LPM Lima, ia ceritakan usaha mencari dana yang dilakukan panitia PJTLN dan pengurus Washilah untuk mensukseskan acara. “Ini PJTLN pertama yang kami adakan, bermodalkan nekat,” tambah pemimpin umum Washilah tersebut.

Kesuksesan kegiatan ini tak lepas dari peran seorang Irmawati Puan Mawar, dalam sambutannya Irma sampaikan kesenangannya dapat berdiskusi dengan panitia. Irma juga beri saran yang diperlukan demi kelancaran PJTLN. Irma bukanlah alumni LPM Lima Washilah, namun ia senantiasa berpartisipasi, sebagai pemateri atau teman diskusi.

Pembawa acara kemudian meminta perwakilan peserta sampaikan kesan dan pesan selama kegiatan berlangsung. LPM Teknokra, Bahana, Aklamasi dan Sketsa yang menyampaikan kesan dan pesan. Mereka sepakat, bukan hanya ilmu yang diberikan tetapi juga rasa kekeluargaan yang didapatkan pada kegiatan ini.

Malam kian larut, suara sungai masih jelas terdengar, pun dengan bentangan karst yang masih kokoh. Akhirnya acara diakhiri, peserta dan panitia mengumpulkan dan membuang sampah bersama. Kemudian membawa tas, berjalan menuju bus yang sudah menunggu.

Keesokan harinya penutupan PJTLN secara resmi dilakukan, bertempat di rumah jabatan walikota Makassar. Spanduk PJTLN terpasang sebagai backdrop, meja bulat lengkap dengan 6 kursi yang mengitarinya tersusun rapi. Meja panjang sudah berisi sajian makan malam.

Selain penutupan PJTLN, minggu malam itu juga dilaksanakan gala dinner bersama Walikota Makassar, M Ramdhan Pomanto. Dalam sambutannya, ia sampaikan dukungan terhadap kegiatan positif yang berhubungan dengan jurnalis. Menurutnya jurnalis sangat berperan dalam pembangunan, karena berita yang dihasilkan membuat pemerintah bertindak cepat. Di penghujung acara ia  berpesan agar peserta jadi jurnalis yang baik, menulis yang benar dan bermanfaat sehingga menjadi pahala. “Sebaliknya jika tulisan penuh kebohongan, dosa akan terus mengalir.”

Usai santap makanan dan mendengar semua sambutan, lalu berfoto bersama. Walikota kemudian meninggalkan ruangan. peserta dan panitia melanjutkan agenda penutupan.

Mayang dan Desi peserta PJTLN berikan hiburan dengan bernyanyi, lagu kemesraan yang dinyanyikan membawa suasana haru. Satu-satu peserta menitikkan airmata. Kemudian dilaksanakan acara salam-salaman antar peserta dan panitia. Penutupan PJTLN berakhir, peserta dan panitia kembali ke penginapan. *Nirma