Peran Pemuda dalam Rancangan Aksi Nasional

Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional atau Bappenas bekerjasama dengan United Nations Population Fund (UNFPA), adakan kegiatan Rancangan Aksi Nasional (RAN) pelayanan kepemudaan tahun 2016  hingga 2019. Dilaksanakan di Labersa Grand Hotel Pekanbaru, Selasa (8/11). Rangkaian acara dimulai sejak 7 hingga 8 November.

Penyusunan RAN pelayananan kepemudaan melibatkan kurang lebih dari 25 kementerian dan lembaga-lembaga negara yang setingkat dengan menteri. Tiga provinsi yang jadi tempat menampung aspirasi ialah Sulawesi, Yogyakarta dan Riau.

Dihadiri beberapa organisasi seperti Dewan Forum Anak Nasional Provinsi Riau, Purna Caraka Muda Indonesia Provinsi Riau, Satuan Siswa Pelajar dan Mahasiswa Pemuda Pancasila Kota Pekanbaru, Korps Alumni Kapal Pemuda Nusantara Provinsi Riau, Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia, Riau Mangajar, Blogger Bertuah, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Islam Riau, Ikatan Bujang dan Dara Pekanbaru, Gerakan Mari Berbagi dan LPM Bahana Mahasiswa Universitas Riau.

Sebelum masuk, peserta terlebih dahulu melakuan registrasi. Kemudian panitia beri fotokopi materi.

Kegiatan dibuka sekitar pukul delapan oleh Yansen Manurung, Kabid Kemitraan Asisten Deputi dan Standarisasi Kepemudaan, Kementrian Pemuda dan Olahraga. Yansen manurung sampaikan, Menurut sensus kependudukan tahun 2010, ada sekitar 25,18 persen dari total penduduk Indonesia adalah pemuda. Mereka berada di rentang usia 16 – 30 tahun.

Yansen jelaskan, dalam RAN pemuda memiliki peran penting dalam membangun sumberdaya. “Selain itu, RAN juga mengkoordinasi pelaksanaan strategi untuk memenuhi kebutuhan, potensi dan hak-hak pemuda.”

Pelayanan kepemudaan melibatkan banyak sektor, sehingga diperlukan sinergi antar bidang untuk membagi tugas dan kewenangan agar tak tumpang tindih. Nantinya akan menyatukan pemerintah pusat, daerah dan masyarakat untuk mengoptimalkan pelayanan kepemudaan.

Beberapa sektor tersebut diantaranya membangkitkan potensi dan peran aktif pemuda, pengembangan kepemimpinan pemuda, pengembangan kewirausahaan pemuda dan pengembangan kepeloporan.

Usai pemaparan materi, dilanjutkan dengan diskusi. Rissalwan Habdy Lubis, Direktur Eksekutif Pusat Kajian Kepemudaan jadi moderator. Ia memberi ide tentang permasalahan dan potensi pemuda di Riau, peran pemuda dalam kerangka nawacita, isu strategis dan indikator pembangunan pemuda Riau.

Rissalwan membagi peserta dalam 3 kelompok berisi 6 sampai 7 orang. Berbagai masukan dan ide-ide muncul mulai dari tingginya angka pengangguran, lingkungan, kesehatan, budaya riau menjadi isu yang menarik, dan isu strategis. Isu ini nantinya akan dikoordinir dalam RAN, lalu dibawa kembali ke Riau dalam bentuk Program Kerja.

Kelompok 1 tampil. Mereka membawa isu di bidang kebudayaan dan parawisata. Alasannya karena Provinsi Riau memiliki nilai budaya melayu yang tinggi, kerajaan dan potensi parawisata juga tersedia. Menurut mereka ini isu strategis dan membutuhkan peran pemuda untuk mengoptimalkannya dan hal ini selajan dengan visi Riau homeland of melayu.

Rekomendasi yang disampaikan ialah pendidikan berbasis budaya melayu, kesenian melayu dan adat istiadat melayu harus mulai ditingkatkan formal dan nonformal serta pemberdayaan pemuda dibidang kepariwisataan.

Disambung dengan kelompok dua, isu yang ditampilkan ialah tingginya kerusakan lingkungan di Riau terutama kebakaran hutan dan lahan. Kelompok ini rekomendasikan buat komunitas peduli lingkungan terutama di lingkungan yang yang memiliki potensi kebakaran hutan yang sangat tinggi di Riau.

Kelompok tiga tampil selanjutnya, kelompok ini bahas isu kepemudaan yang lebih umum seperti bidang kesehatan yang mencakup perilaku seksual beresiko, kesehatan produksi, narkoba dan infeksi HIV/AIDS. Selain itu kelompok tiga juga bahas turunnya moral pemuda, kurangnya jiwa enterpreneurs pada pemuda, serta rendahya nasionalisme.

Adapun rekomendasi yang disampaikan adalah membuat penyuluhan anti narkoba, perilaku seksual beresiko, dan infeksi HIV/AIDS, serta beri bantuan berupa dana  dan latihan kepemimpinan untuk menjalankan sebuah usaha.

Sri Hermiyanti, wakil UNFPA jelaskan, kegiatan ini sebagai salah satu output dari program kerja sama anatara pemerintah dengan BAPPENNAS tentang pemuda dan remaja. “Semoga dengan kegiatan forum konsultasi dan workshop dalam rangka mengembangkan.”*Misda