Program Jalinan Akrab Media Indonesia dan Malaysia

Konsulat Malaysia taja Program Jalinan Akrab Media Indonesia dan Malaysia, Senin (28/11) lalu. Kegiatan yang mengusung tema Cabaran dan Halatuju Media Dalam Era Globalisasi berlangsung di Hotel Grand Jatra Pekanbaru.

Sekitar pukul 10.50, Eka Putra Sekretaris Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Riau ditunjuk sebagai Moderator. Hadirkan pembicara dari Malaysia—Datuk Abdul Jalil Penasihat Eksekutif Editorial Sinar Harian Malaysia dan Datuk Muhammad Nurdin Abbas dari Harian Utusan Malaysia. Rida K Liamsi Chairman PT Riau Pos Indonesia sebagai Pemateri lokal.

Menurut Datuk Abdul Jalil, selama empat puluh tahun ia bekerja di media, isu kebebasan pers dari dulu sampai sekarang masih diperdebatkan. Tapi dalam tiga atau empat tahun kebelakang muncul isu tentang media sosial. “Saat ini orang lebih banyak mengakses media sosial dibanding membaca media cetak. Walaupun lebih update, berita di media sosial cenderung dilebih-lebihkan.”

Datuk Abdul Jalil berpesan agar masyarakat terus membaca media cetak dan wartawan diharapkan memberikan fakta yang benar dan tidak bias ke pihak yang berkuasa. Jika tidak, masyarakat akan berpaling pada media sosial.

Nurdin Abbas sebutkan bahwa tantangan media cetak saat ini adalah masyarakat lebih sering mengakses berita dari internet ketimbang membaca surat kabar. Berita di internet bisa dibaca gratis dan lebih cepat keluar. Sangat berbeda dengan surat kabar yang harus melewati banyak proses sebelum bisa dibaca. Ia berharap pekerja di media cetak harus memahami tantangan yang ada dan mencari strategi yang tepat.

Berbeda dari dua pembicara sebelumnya, Rida K Liamsi katakan tantangan terbesar bagi media cetak adalah memelihara kebiasaan membaca. Serta era televisi yang membuat masyarakat banyak menghabiskan waktunya untuk menonton daripada membaca surat kabar. Harga kertas yang tidak bisa dikendalikan juga menjadi tantangan, “Mari berdoa agar harga kertas tidak naik,” imbuhnya.

Media sosial tidak akan menjadi ancaman besar selama media cetak bisa menggalang kebersamaan untuk memelihara pembacanya. “Media cetak jangan saling bermusuhan  atau berharap media lain tutup,” ujar Rida

Saat pembicara selesai memberikan pandangannya, dimulai sesi diskusi, peserta dipersilahkan memberi pertanyaan kepada para pembicara.

Antoni dari riauinfo.com menanyakan upaya untuk mengedukasi wartawan agar tidak menshare berita dari media sosial yang belum pasti kebenarannya dan apa musuh utama surat kabar.

Datuk Abdul Jalil menjawab, fakta menarik yang dijadikan berita di media sosial harusnya dijadikan acuan para wartawan untuk meneruskan kajian, “Jangan langsung mengambil fakta itu lalu diterbitkan,” ucap Abdul Jalil.

Rida menjawab musuh terbesar bagi media cetak adalah berita sampah yang dibuat oleh wartawan pemalas.

Lalu Zainul Ikhwan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah Riau sampaikan hasil riset tentang lima daerah perbatasan di Indonesia yang mendapat siaran Malaysia lebih banyak dibanding siaran Indonesia.

Datuk Muhammad Nurdin Abbas menanggapi, kedua negara bisa mengatur pertemuan unntuk membahas permasalahan ini dan menemukan kesepakatan.

Acara ditutup dengan testimoni dari Konsulat Malaysia tentang acara Program Jalinan Akrab Media Indonesia dan Malaysia, kemudian dilanjutkan dengan makan siang bersama. *Meila Dita Sukmana