Aku menyelam di lautan tak berujung,
menemukan riak paus biru mengeluh.
Menyerah? Oh tentu tidak
Ragaku kembali menapaki lajur persimpangan,
mencari jawaban yang terus bersembunyi di riak waktu.
Bergetar bahuku, diburu mimpi yang semu.
Janganlah dulu kau turunkan hujan,
Ajaklah aku berkeliling di tempat Adam.
Belum sempat tuntas nostalgia,
bagai mengurai nestapa
aku kembali menyelami duka.
tak ada ruang riang terkesima.
Wahai pemilik langit cakrawala yang tak bertepi,
Barangkali aku selesai mencari.
Pahit-manis merundung doa
Betapa bergelora roh yang tak pasrah
Di tembok sekolah penuh rajutan mimpi
Aku menanamkan jiwaku pada bumi.
Air besar batu bersibak
Membelah arus ingatan yang tak jua reda
Sudahlah, cukup patah di sayap yang kau tumpah-ruahkan
Kini saatnya menggenggam dan merangkul bakul tuah
Amerta di balik sukma sudah menyala
Langkah yang terseok, bak vandalisme yang tak ingin terhapus.
Kamu hebat, kamu kuat.
Dengan angan yang enggan pupus.
Meski ditebas terus-menerus.
Penulis: Sari Rizky Mei Putri

