Bangunan putih bertuliskan Maps Coffe yang tepat bersebelahan dengan Bank Negara Indonesia (BNI) Universitas Riau atau UNRI telah diresmikan pada Jumat (8/3) lalu. Peresmian ini bersempena dengan Paten Prima Batch 1 yang bertemakan sawit.
Pada bagian depan bangunan putih tersebut terdapat pula Taman Bisnis atau Tambis. Asmu’i Irawan, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Provinsi Riau sebut tujuan pendirian Tambis ini ialah mendukung hilirisasi riset dan pemanfaatan produk riset pada dunia vokasi maupun kampus.
Sejalan dengan Direktur Badan Pengelola Usaha Universitas Riau (BPU UNRI), Muhammad Syafii. Ia mengatakan bahwa hilirisasi riset dinilai penting karena ada banyak manfaat yang bisa diperoleh masyarakat dari hasil riset-riset stakeholder. Syafii lanjutkan pula bahwa ia akan membangun kerja sama yang aktif dari riset-riset yang ada.
“Kita mencoba untuk membangun kerja sama yang aktif dari hasil riset-riset yang ada,” tuturnya.
Tidak hanya itu, ia juga sampaikan bahwa setiap akhir pekan nanti akan diadakan perkumpulan di Tambis Srikandi. Pun akan turut dihadiri oleh dosen dan mahasiswa pemilik paten atau Hak atas Kekayaan Intelektual (HaKI). Ada pula nanti akan disertakan pengusaha, akademisi, vokasi, dan praktisi dengan tema yang berbeda.
Tambahnya lagi, Tambis ini juga akan dijadikan sebagai tempat berkumpulnya mahasiswa dengan segala kreativitas seni. Ia akan hadirkan pentas sebagai panggung seni dan tempat penyelenggaraan bakat.
Selain itu, Syafii bilang Tambis juga akan digunakan untuk mengumpulkan pengusaha muda yang bisa menyampaikan inisiatifnya untuk setiap tema agar bisa diinvestasi oleh pihak luar maupun internal. Lebih lanjut, Syafii sebut akan ada nilai yang fantastis dari kolaborasi pemanfaatan paten ini.
Beralih lagi menuju Asmu’i, ia lantunkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Disana dibahas terkait otonomi daerah yang merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Asmu’i katakan termasuk didalamnya menyuarakan prinsip kemitraan guna pengembangan potensi daerah melalui kerja sama. Pelaksanaannya pun harus bertujuan untuk kepentingan pembangunan dari pemerintah, masyarakat, dan pelaku dunia usaha.
Kemudian Asmu’i sebut Kadin berperan mewadahi kepentingan dunia usaha. Hal ini menjadi sangat penting dalam mendorong proses pembangunan di Indonesia, termasuk pengembangan ekonomi daerah atau local economic growth.
Selanjutnya ada Muhammad Yuzar selaku Koordinator Widyaiswara Dinas Pendidikan Provinsi Riau. Ia sambut baik program Tambis ini.
“Kami sangat menyambut baik program ini,” ujarnya.
Sejalan dengan tema Sawit yang diangkat pada Peresmian Tambis ini, Yuzar melihat bahwa sawit merupakan komoditi yang bisa didapat dimana saja.
“Kami melihat sawit menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita,” tuturnya.
Kemudian ada Fahri, Dosen Teknik Sipil UNRI yang telah dianugerahi hak paten terkait Proses Pengawetan Papan Kelapa Sawit pada 2015 lalu. Ia menyampaikan bahwa papan dari kelapa sawit dapat digunakan sebagai papan cor, inti papan blok, dan meja makan.
“Kelemahannya itu mudah teroksidasi, mudah berjamur,” ujarnya.
Solusi dari kelemahan tersebut, Fahri bilang dapat menggunakan metode pengawetan. Dapat dilakukan secara alami atau pun melalui oven. Tambahnya lagi, ia rasa perlu adanya jasa konsultasi tentang sawit serta mesin pemotong kedepannya.
Tak ketinggalan Sri Indarti juga beri sambutan. Ia bahas terkait kolaborasi. Mulai dari Kadin, dunia industri, dunia usaha, perguruan tinggi, hingga masyarakat. Hal ini menjadi sangat penting karena dapat menentukan pembangunan ekonomi daerah.
“Ini kalau dikolaborasikan akan menjadi kekuatan yang sangat dahsyat,” pungkas Sri.
Kemudian ia sebut bahwa BPU merupakan salah satu bagian yang dibentuk dalam rangka menjadikan UNRI yang lebih mandiri.
“Kami juga punya mimpi, bahwa BPU ini adalah salah satu bahagian yang kita bentuk dalam rangka menjadikan Universitas Riau menjadi universitas yang mandiri,” jelasnya.
Sri sebut Kementerian telah memberikan mandat pada UNRI agar mampu melakukan pengelolaan dan tidak hanya bergantung pada subsidi pemerintah. Tambahnya pula, ada mandat lainnya yaitu Indikator Kinerja terkait bagaimana hasil riset dan HaKI dapat tersimpan.
UNRI sendiri, Sri sebut telah memiliki sepuluh program strategis. Salah satunya adalah meningkatkan jejaring mitra melalui kegiatan ini.
Kegiatan peresmian ini dihadiri oleh beberapa asosiasi diantaranya Gabungan Asosiasi Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO), dan Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE). Terakhir ada pula Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (ASPEKPIR).
Terakhir, Sri Indarti harapkan kolaborasi dari berbagai pihak untuk pengoptimalan fungsi bangunan ini.
“Kita berharap semua unsur mengoptimalkan semua fungsinya di dalam masyarakat,” tutupnya.
Penulis: Fitriana Anggraini
Editor: Fitri Pilami