Minggu, siang, 22 November, Kampus Universitas Riau (UR) jalan Pattimura—biasa disebut kampus Gobah—terlihat berbeda. Polisi berjaga-jaga dipintu gerbang masuk kampus. Di dalam kampus ada yang tiduran di teras gedung. Mereka ada yang tidur hanya beralaskan kardus. Polisi ikut berjaga tidak jauh dari mereka yang tidur.

Suasana dalam kampus terlihat berantakan. Pakaian bergantungan di sembarangan tempat. Ada yang menjemur pakaian di lapangan volly depan Pusat Kegiatan Mahasiswa atau PKM. Ada yang buat jemuran di sebelah gedung dan dalam gedung. Sampah berserakan dimana-mana, terutama sampah bekas bungkus nasi.

Masuk dalam gedung PKM, terlihat ada yang tidur-tiduran. Dari pintu masuk gedung hingga ke dalam, sampah bekas bungkus nasi berserakan. Hingga masuk ke dalam, tercium bau aneh yang menyengat. Bau ini bercampur dengan pakaian kotor yang bergelantungan ditiap tempat. Bahkan lampu pun dijadikan tempat gantungan baju. Beberapa dari mereka bahkan main bola di dalam gedung.

Sekilas, gedung PKM seperti tempat pengungsian. Mereka ada yang berpakaian lengkap, ada yang telanjang dada dan ada yang hanya pakai handuk saja.

Pakaian rombongan HMI Makasar bergantungan di lampu gedung PKM
Pakaian rombongan HMI Makasar bergantungan di lampu gedung PKM

Mereka adalah peserta Kongres Himpunan Mahasiswa Islam atau HMI dari Makassar. Hasirudin anggota HMI dari Makasar, jelaskan, kami berasal dari berbagai kampus di Makassar, dari Universitas Muslim Indonesia (UMI), Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Makasar (STIEM) Bongaya, Universitas Bosowa 45 Makasar, dan Universitas Negeri Makasar (UNM). “Kami datang ke Pekanbaru untuk mengikuti kongres HMI ke 29.”

Aceng, nama panggilan Hasirudin, ceritakan kronologi kenapa bisa tidur di PKM UR. Rombongan HMI asal Makassar sampai di Pekanbaru sehari sebelum pembukaan Kongres. Perjalanan dari Makassar menuju Pekanbaru membutuhkan waktu empat hari. Dua hari perjalanan di laut dan dua hari perjalanan di darat. Setiap orang yang ingin ikut, membayar transportasi 150 ribu.

Tiba di Pekanbaru, tempat pertama yang mereka singgahi kampus UR Gobah. Mereka sempat turun dipagar kampus, ketika salah satu dari mereka menelpon Koordinator Wilayah, mereka kemudian beranjak ke Gelanggang Remaja.

Disana, mereka langsung makan makanan yang telah tersedia. Aceng yang merupakan Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat UMI, katakan, mereka masih sempat bersantai sambil menghisap rokok, menunggu keputusan panitia terkait penginapan.

Hingga malam tak ada keputusan dari panitia. Lama menunggu membuat mereka geram dan turun kejalan. Mereka merusak kaca halte dan beberapa fasilitas lainnya. Mereka membakar ban dijalan dan teriak-teriak.

“Kami marah bukan karena makanan, kami marah karena tidak jelas tempat penginapan untuk kami,” ungkap Aceng.

Hingga pukul sembilan malam, setelah beberapa Koordinator berdiskusi dengan panitia, anggota dari HMI Makassar pusat diarahkan untuk nginap di kampus UR Gobah untuk sementara waktu. Peserta kurang lebih 500 orang yang nginap di PKM UR. HMI Makassar terbagi dalam tiga cabang, Cabang Makassar Pusat, Cabang Makassar Timur dan Cabang Goa Raya.

Muhammad Zulkifli Koordinator HMI rombongan Makassar, katakan, rombongan kami di arahkan ke UR oleh Panitia Nasional Kongres (Panasko) untuk sementara. “Karena tempat yang disediakan belum dapat. Sayangnya panitia mencoba menutup komunikasi yang dibangun oleh rombongan.”

Tiba di kampus UR Gobah, rombongan mulai bergaul dengan Satpam kampus. “Kebetulan malam itu pertandingan klasik antara Real Madrid dan Barcelona. Untuk hiburan, beberapa diantara kami sempat nonton tv bersama Satpam UR dan polisi yang berjaga di pos Satpam,” tambah Zulkifli.

Rombongan HMI ini sebenarnya berjumlah 1.500 orang. Mereka tidak hanya dari Makassar. Mereka berdatangan dari Cabang se Sulawesi yang tergabung dalam Badan Koordinasi HMI Sulawesi Selatan dan Barat atau Sulselbar. Kata Zulkifli, yang merupakan Mahasiswa Teknik Elektro UMI, kader HMI Makassar selalu antusias untuk ikut dalam kongres dimanapun diadakan. “Namun rombongan merasa di telantarkan oleh panitia. Baik dari panitia nasional maupun panitia lokal.” Ia melanjutkan, tujuan mengikuti kongres sebagai ajang silaturahmi kader-kader HMI.

Para polisi lagi membagikan makan malam ke rombongan HMI Makasar
Para polisi lagi membagikan makan malam ke rombongan HMI Makasar

Selain memilih Ketua Umum Pengurus Besar HMI, Kongres HMI juga sebagai ruang-ruang publik yang disediakan panitia. Seperti bedah buku, kajian-kajian, workshop dan sebagainya. “Jadi tiap kader HMI boleh ikut tanpa ada undangan resmi,” jelas Zulkifli.

“Saya sudah 3 kali ikut kongres, kali ini yang paling buruk pelaksanaannya, sebab tidak ada komunikasi langsung dari panitia” ujarnya.

Ia katakan saat masih di Makasar, sudah berusaha komunikasi dengan panitia lokal, tapi panitia tidak tanggap terhadap apa yang diinginkan. Kemudian rombongan tetap mengambil keputusan untuk berangkat. Karena acara sudah tinggal beberapa hari lagi.

“Sampai disini Panasko hilang. Nomornya pada tidak aktif. Kan lucu, kegiatan nasional kok tak ada panitianya,” ungkapnya.

Zullkifli juga menyalahkan Panitia yang terlihat tidak siap dengan watu pelaksanaan Kongres.

Ia ungkapkan aksi di Jalan Sudirman merupakan bentuk rasa kekecewaan terhadap panitia. Dari hari pertama hingga sekarang, tidak ada sedikitpun sumbangan dari panitia. Mereka dibantu oleh pihak keamanan. Salah satunya untuk konsumsi rombongan.

“Kami berterimakasih kepada Polresta Pekanbaru, karena telah memberikan fasilitas, keamanan dan kenyamanan,” ujarnya.

Pekanbaru menjadi tuan rumah Kongres nasional HMI ke-29. Pembukaan diadakan di Hotel Labersa Pekanbaru. Kongres HMI akan berlangsung hingga 26 November. Dihadiri oleh Wakil Presiden Republik Indonesia—Jusuf Kalla, Pelaksana Tugas Gubernur Riau—Arsyadjuliandi Rachman. Dihadiri juga lima menteri. Diantaranya Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara, Menteri Perencanaan dan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil.

Menteri Pembangunan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi, Menteri Ristek dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir serta Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursidan Baldan.#Eka Kurniawaty dan Agus Alfinanda