Siniar Bahana: Khariq Anhar Berbagi Pengalaman Perjuangan di Jakarta

Khariq Berbagai Pengalaman di Siniar Bahana

Mahasiswa Universitas Riau (Unri) Khariq Anhar terkenal dengan kritiknya yang pernah terlapor oleh Rektor, berbagi pengalamannya di Jakarta pada podcast Siniar Bahana. Bertajuk Berbagi Pengalaman Perjuangan di Jakarta, Jumat (30/9).

Khariq tergabung dalam Aliansi Pendidikan Gratis (Apatis), awal Juli lalu. Dia kagum dengan masyarakat Jakarta yang sering berdiskusi. “Masyarakatnya terlibat aktif dalam setiap diskusi, tidak hanya mahasiswa,” ujar Khariq.

Khariq juga mengikuti kunjungan ke Mahkamah Agung, sebagai perwakilan mahasiswa. Saat itu dia menyampaikan tuntutannya. Menuntut untuk menghentikan komersialisasi, penyeragaman, hingga penundukan terhadap pendidikan.

Mahasiswa Agroteknologi itu merasa Jakata lebih menerima perjuangannya. Selama dua bulan, dia aktif mengikuti pelbagai kegiatan sosial pendidikan. Dia banyak menerima dukungan sesama mahasiswa.

“Saya terkesima dengan dedikasi mereka,” ungkap khariq.

Khariq singgung kesadaran mahasiswa terhadap isu pendidikan. Terutama perihal kenaikan Uang Kuliah Tunggal (UKT). Menurutnya, mahasiswa harus sadar tantangan yang tengah mereka hadapi. Pun pemerintah harus bertanggung jawab, memberikan pendidikan berkualitas dan gratis.

Dalam siniar ini, Khariq menceritakan Apatis tengah fokus pada kasus pungutan liar (pungli) yang terjadi di Bekasi dan Pekanbaru. Bermula dari penerimaan siswa baru hingga kelulusannya, pungli hadir dengan berbagai macam dalih. Seperti uang sumbangan, uang gedung, uang studi tur, dan lainnya.

Parahnya, pungi ini juga diwarnai dengan intimidasi terhadap siswa yang melapor atau sekedar komentar. Kata Khariq, oknum guru dan kepala sekolah yang terlibat punya gaya hidup yang mewah. Tak sesuai dengan penghasilannya.

Dia menekankan pentingnya kesadaran siswa untuk berani melaporkan pungli, meski terancam Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Melalui Apatis, Khariq menyatukan korban pungli dalam advokasi 360 derajat. Sekolah pun harus melawan pungli.

“Masyarakat harus berhenti menghakimi orang yang apatis dan beralih ke persuasi, serta meningkatkan literasi untuk melihat permasalahan dari berbagai perspektif,” tutupnya.

Penulis: Lisa Atika Putri
Editor : Rehan Oktra Halim