Jaga Napas Juang Mahasiswa, Fokus Basar – Armizul Setahun Kedepan

Ingin selesaikan permasalahan kampus, Khoirul Basar hakulyakin duduk di kursi Presiden Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Riau (UNRI). Bersama Wakil Presiden Mahasiswa Muhammad Armizul Chaniago, pasangan ini terpilih dalam Pemilihan Raya Universitas untuk satu tahun ke depan. 

Keduanya berasal dari Fakultas Hukum serta Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan atau FKIP. Beberapa tahun belakangan, fakultas pencetak guru ini masih betah menguasai wilayah BEM Kampus Biru Langit.

Pasangan tersebut terpilih aklamasi. Setelah melewati berbagai tahapan, hanya Basar – Armizul yang lolos tahap verifikasi berkas. 

“Disatu sisi saya senang dan bersyukur, tapi disisi lain (saya) berharap teman mahasiswa antusias dalam pesta demokrasi,” ujar Basar.

Serupa dengan Basar, Armizul akui tidak masalah dengan aklamasi. Ia memilih cuek dengan komentar orang.

“Kalau tidak suka dengan aklamasi, berikan calonnya,” tegas Armizul.

Sebelumnya, Basar menjabat pada kepengurusan BEM masa Kaharuddin – Razali. Sebagai Menteri Sosial Politik. Ia katakan, ketika itu masih banyak permasalahan di UNRI. Misalnya, terkait perkembangan mahasiswa.

“Kita perlu menjaga napas juang mahasiswa, diperlukan kecerdasan, perubahan, pengawasan atau yang bisa dibilang social control,” papar Basar.

Ia katakan, dalam  ranah internal ingin dapat jadi fasilitator. Supaya potensi mahasiswa dapat terpenuhi dengan baik. Sehingga BEM UNRI jadi patron gerakan mahasiswa, garda terdepan mahasiswa.

Perihal hubungan antar organisasi, Basar paparkan bahwa bangun harmonisasi antar organisasi jadi poin penting saat kepemimpinannya nanti.

“Mampu bergerak bersama, dalam keragaman seirama bersama. Agar koordinasi dan komunikasi tetap berjalan dengan lancar,” tuturnya.

Ia bocorkan strateginya. Mahasiswa angkatan 2019 ini mulai dengan menyatukan pemikiran terlebih dahulu. Kemudian menggerakan kelembagaan di UNRI. Setelahnya, baru bisa bergerak bersama.

Perihal kekerasan seksual, Khoirul ingin kelembagaan di UNRI dapat bekerja sama untuk menuntaskan kasus tersebut. Menurutnya, jika hanya satu orang saja yang bergerak, maka kekerasan seksual akan terus langgeng di Kampus Biru Langit.

“Kasus kekerasan seksual ini jadi tanggung jawab bersama, bukan sendiri,” tambah Basar.

Pria kelahiran 25 September 1999 itu pun berencana membuat catatan perjuangan pada kementrian sosial politik. Alasannya supaya tahu kinerja tiap tahun.

Basar menggandeng Armizul sebagai wakilnya, Gubernur Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan non-aktif. Keduanya saling kenal melalui forum sosial politik, forum advokasi, serta berbagai kegiatan konsolidasi. Ia akui interaksi antara keduanya cukup dekat.

“Kalau sama Armizul masuk aja, kami kalau cerita nyambung. Ada berbeda pendapat tapi itu kita diskusikan. Cukup bagus,” timpal Basar.

Khoirul dan Armizul miliki riwayat organisasi yang sama, sesama kader rohani islam dari lembaga dakwah fakultasnya masing-masing.

“Kalau Basar namanya Al – Mizan, sedangkan Armizul namanya Al-Maidan,” tutur mahasiswa Jurusan Pendidikan Sejarah itu, yang akrab dipanggil Zul.

Laki-laki yang sapa diakrab Zul ini mengawali pengalaman organisasinya dengan ikuti Lembaga Syiar Islam Al – Maidan sebagai staff kaderisasi. Ditahun yang sama, ia menjabat sebagai staff ahli divisi koordinator fakultas Forum Mahasiswa Bidikmisi UNRI.

Selang pergantian pengurusan di Al Maidan. Pada 2020, Zul diamanahkan sebagai ketua umum LSI FKIP. Tak lama dari itu, ia pun duduki kursi Gubernur Mahasiswa FKIP.

Luar kampus, alumni SMAN 01 Tualang itu dipercayai sebagai Koodinator Wilayah Ikatan Mahasiswa Keguruan dan Ilmu Pendidikan seluruh Indonesia Sumatera hingga 2023.

Selain itu, keduanya juga terlibat aktif dalam organisasi kepemudaan eksternal Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia atau KAMMI.

Pasangan Basar – Armizul usung visi jadikan BEM UNRI sebagai lokomotif gerakan intelektual yang responsif, progresif, dan transformatif dari Riau untuk Indonesia.

Adapun misinya membangun harmonisasi dan sinergitas antar kelembagaan dan birokrasi di lingkungan UNRI. Lalu, menjadikan BEM UNRI sebagai revitalisasi gerakan Mahasiswa dalam menyikapi isu-isu strategis di internal kampus, regional, dan nasional.

Terakhir, mewujudkan BEM UNRI sebagai wadah kreatif dalam pengembangan dan pengabdian yang unggul, solutif, kompetetif, dan berdaya saing.

Penulis: Erwin Hamonangan

Editor: Najha Nabilla