Puluhan Mahasiswa Universitas Riau (UNRI) berkumpul mengepung gedung rektorat. Hajatnya adalah menyampaikan tuntutan yang sebelumnya belum tersampaikan kepada rektor. Yakni, evaluasi enam bulan masa kepemimpinan Rektor Sri Indarti, Kamis (8/6).
baca disini: https://bahanamahasiswa.co/aksi-gerakan-mahasiswa-unri-melawan-sri-indarti-tak-ada-di-tempat/
Mulanya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNRI, jemput massa dari tiap fakultas. Setelah seluruh massa aksi tiap fakultas berkumpul, mereka bersama-sama menuju Gedung Rektorat UNRI.
Seluruh massa pun telah berkumpul di depan gedung. Membawa spanduk, poster, dan teriakan yang menyoroti isu-isu yang ingin disampaikan. Koordinator lapangan (Korlap), Dwi Rahman Suhada sampaikan bahwa aksi kali ini masih dengan tema yang sama. Adalah Gerakan Mahasiswa UNRI Melawan atau Rawan.
Isu yang dibawa pun sama, yaitu masalah gedung mangkrak, sarana dan prasarana serta infrastruktur. Tak lupa dengan masalah kekerasan seksual yang sempat terjadi dan minimnya keamanan di lingkungan kampus biru langit ini.
“Aksi hari adalah evaluasi enam bulan masa kepemimpinan rektor, bukan waktu yang sebentar. Tapi apa yang sudah dilakukan dengan rektor? Rektor UNRI sibuk jalan-jalan,” ungkap Rahman.
Tepat pada pukul 3 sore, Wahyu Satrio, Gubernur Mahasiswa (Gubma) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) buka orasi. Ia sampaikan telah terjadi pencurian motor di fakultasnya. Wahyu pun mempertanyakan kinerja tenaga keamanan.
“Tiap hari, tiap minggu, tiap bulan, di FKIP merupakan ladang pencurian motor. Kita kuliah bayar UKT [Uang Kuliah Tunggal], tapi tidak diberikan pelayanan yang semestinya.”
M. Aditya Pratama, Gubma FMIPA juga sampaikan suaranya. Ia bilang bahwa keadaan UNRI saat ini sedang tidak baik-baik saja. Banyak mahasiswa yang mencetak prestasi tapi tidak diberikan sarana dan prasarana yang sebanding.
“Yang kita tahu, slogan Universitas Riau adalah Menjadi Jantung Hati Masyarakat Riau. Bagaimana mau menjadi jantung hati Masyarakat Riau, kalau mahasiswanya masih jauh dari kata sejahtera?” tanyanya dalam orasi.
Satu jam berlalu, namun Sri Indarti belum juga muncul. Rahman kembali meneriakkan orasinya. Menagih janji Wakil Rektor (WR) III, Hermandra yang berjanji akan temukan massa dengan massa aksi.
“Kita tagih janji WR III yang katanya mau menggadaikan jabatannya jika ibunda rektor tidak datang,” teriak Rahman.
Hermandra pun keluar dari gedung rektorat pada pukul 4 sore. Bersamaan dengan kembalinya massa aksi dari istirahat solat.
Orasi pun kembali digaungkan oleh Farhan Al Hafiz, Wakil Gubernur Mahasiswa Fakultas Pertanian. Ia sebut, banyak pembangunan infrastruktur yang belum jelas. Membuat mahasiswa kesulitan menyelesaikan tugas akhir.
Selang beberapa waktu setelah Farhan sampaikan orasi, Sri Indarti keluar dari gedung rektorat. Didampingi oleh seluruh Wakil Rektor UNRI. Yakni, Mexsasai Indra, Agus Sutikno, Hermandra dan Sofyan Husain.
Keluarnya Sri dari gedung, membuat Presiden Mahasiswa UNRI, Khoirul Basar naik ke atas mobil komando. Ia suarakan orasi dan tuntutannya. Dari yang mulanya lima tuntutan, jadi sembilan tuntutan. Diantaranya:
- Mendesak Rektor Universitas Riau untuk menghentikan kebijakan-kebijakan otoriter.
- Meminta Rektor Universitas Riau untuk menuntaskan persoalan mengenai refund Uang Kuliah Tunggal (UKT).
- Meminta Rektor Universitas Riau untuk menuntaskan tentang pembenahan terhadap regulasi terkait dengan mekanisme pengajuan permohonan ijazah.
- Meminta Rektor Universitas Riau untuk membuka pendaftaran wisuda selama 3×24 jam
- Menuntut dan mendesak Rektor Universitas Riau agar membangun gerbang Universitas Riau dan pembangunan yang mangkrak.
- Menuntut dan mendesak Rektor Universitas Riau agar segera memperbaharui sarana dan prasarana.
- Meminta dan mendesak Rektor Universitas Riau untuk transparan terhadap Mahasiswa Universitas Riau terkait lahan Fakultas Pertanian.
- Mendesak Rektor Universitas Riau untuk segera mengatasi dan menyelesaikan tentang kekerasan seksual.
- Menuntut dan mendesak Rektor Universitas Riau untuk segera mengeluarkan kebijakan tentang keamanan kampus.
Setelah bacakan tuntutan, Basar meminta Sri berikan penjelasan atas tuntutan yang diberikan. Orang nomor 1 di UNRI itupun sampaikan tanggapannya terhadap tiap poin tuntutan. Ia katakan kegiatan dan pembangunan yang dilakukan mengikuti peraturan perundang-undangan.
Juga poin mengenai kuota wisuda, menurut Sri, kuota sudah tidak bisa ditambah sebab kapasitas gedung yang tidak memungkinkan untuk menampung banyak orang. Oleh karenanya, ada pembatasan dalam kuota wisuda.
Sebelum mengakhiri perjumpaan pada sore itu, Sri ingin mengklarifikasi mengenai tuduhan Mahasiswa UNRI. Ia disebut sering pergi jalan-jalan dan tidak memikirkan kepentingan kampus.
“Apa data atau bukti dokumen saya pergi jalan-jalan (dengan) keinginan pribadi? sama sekali tidak. Dua kali saya diminta berangkat ke luar negeri, saya tolak. Karena banyak pekerjaan disini. Saya bisa tuntut balik, pencemaran nama baik saya,” jelasnya.
Setelah menanggapinya, Rektor UNRI itu menandatangani sembilan tuntutan yang diberikan massa aksi. Hal itu disaksikan oleh seluruh massa aksi yang hadir.
Setelah mendapatkan jawaban dari Rektor UNRI, massa aksi Rawan melakukan pembacaan doa dan meninggalkan gedung rektorat pada pukul 5 lewat 40 menit. Massa aksi pun dipandu oleh mobil komando untuk pulang ke fakultas masing-masing.
Penulis: Deny Andrian dan Viera Adella
Editor: Denisa Nur Aulia