Penahanan Gubma BEM Faperta UNRI, Hanya Miskomunikasi Belaka

Shorea Khaswarina mengaku terkejut, saat mendengar kedua mahasiswanya diduga ditahan oleh pimpinan Fakultas Pertanian (Faperta) Universitas Riau (UNRI). Adalah Khariq Anhar — Gubernur Mahasiswa Faperta dan Bupati Mahasiswa Agroteknologi Divo Afrianto. Pasalnya, Wakil Dekan III Faperta UNRI ini masih berdiskusi dengan Khariq pada pagi hari.

Hal ini bermula dari video pernyataan sikap yang dibuat oleh Aliansi Mahasiswa UNRI, Kamis (8/6). Video berdurasi satu setengah menit itu menyebutkan bahwa Khariq tak dapat dihubungi. Hal ini yang menjadi rumor bahwa Khariq dan Divo ditahan oleh pimpinan Faperta.

Presiden Mahasiswa UNRI Khoirul Basar menyampaikan dari perwakilan aliansi. Dikatakan bahwa mereka mengecam keras segala bentuk tindakan intervensi. Juga mereka ingin Khariq dan Divo kembali ke rombongan massa aksi yang akan digelar di hari yang sama.

“Kami meminta hari ini juga, detik ini juga kami meminta untuk Gubernur Faperta dan juga Bupati Agroteknologi diantarkan di antara massa aksi Universitas Riau,” ujar Basar.

Pernyataan sikap tersebut segera ditanggapi Ketua Dewan Perwakilan Mahasiswa atau DPM Faperta, Brian Bima Sanda. Ia buat klarifikasi dengan mengirimkan pesan via WhatsApp ke grup ketua kelembagaan se-universitas.

Assalamualaikum pak/bu. Terkait intervensi pimpinan fakultas atas ditahannya Gubernur Faperta dan Bupma Agroteknologi ini adalah berita yang belum pasti. Alangkah baiknya kita tunggu info pastinya pak/ bu,” tulisnya.

Tambahnya, ia pun mengetahui keberadaan Khariq di Faperta. Informasi ini dari wakilnya, Nanda Arif.

“Kalau informasi dari wakil saya tadi kan, pagi tadi mereka ke lahan, mungkin terkait ada lahan praktikum itu akan dijadikan rumah sakit otak itu,” jelas Brian.

Bukan Ditahan, Khariq Jumpai Pihak BKAD

Diketahui, belakangan ini BEM Faperta terlibat aktif dalam memperjuangkan lahan praktikum mereka. Dikutip dari riaumakmur.com, Pemerintah Provinsi Riau akan menghibahkan 10 hektar lahan untuk Kementerian Kesehatan. Guna membangun rumah sakit otak. Dimana, lahan tersebut berada di kawasan kampus UNRI Panam.

Lahan yang akan dihibahkan diduga lahan yang jadi tempat praktikum mahasiswa Faperta. Hal ini yang membuat BEM Faperta gencar memperjuangkan lahan tersebut. Agar tak diambil alih oleh Pemerintah Provinsi Riau.

Khariq pun mengonfirmasi kepergiannya. Ia bilang pagi itu dirinya menjumpai pihak Badan Keuangan dan Aset Daerah atau BKAD. Tak lain untuk membahas permasalahan lahan Faperta. Tidak sendirian, ada Shorea dan juga Nanda. Serta ketua program studi Agroteknolgi, Muhammad Amrul Khoiri ikut serta.

Sayangnya, perbincangan panjang pagi itu tidak menemukan titik terang. Amrul pun menawarkan Khariq agar melanjutkan diskusi bersama pihak BKAD di warung kopi. Diskusi pada siang hari itu turut mengikutsertakan Divo.

“Kami selesai jam-jam empat. Sehabis Ashar, kami balik ke sini,” kata Khariq.

Mengenai gawainya yang tak aktif, Khariq beri keterangan. Gawainya tidak dapat tersambung ke internet, meskipun sudah menyambungkan ke jaringan WiFi. Iapun coba ganti kartu seluler, sayangnya tak ada perubahan. Khariq pun menitipkan telepon itu kepada temannya.

“Dikarenakan merasa HP saya disadap, maka saya ga bisa menghubungi orang sini [kampus], orang sini merasa saya diculik atau ditangkap oleh pihak kampus.”

Tak aktifnya telepon Khariq inilah yang jadi rumor bahwa Ketua BEM Faperta ini ditahan. Apalagi saat itu ia bersama Shorea dari pagi.

Penjelasan lebih lanjut dari Shorea. Ia katakan saat itu mereka tengah diskusi perihal lahan Faperta yang terkena proyek Rumah Sakit Otak milik Pemerintah Provinsi Riau. Dikatakannya juga bukan hal memungkinkan baginya menahan mahasiswanya.

Masak ketua BEM [Faperta], anak kesayanganku, saya tahan sendiri,” terangnya.

Shorea mengaku tak terlalu mempermasalahkan kabar tersebut. Ia bilang ia telah memaafkan siapapun yang menyebarkan kabar bahwa Khariq ditahan. Namun ia lebih mengkhawatirkan pimpinan yang lain. Pasalnya, belum tentu tiap pimpinan miliki prinsip yang sama dengannya.

“Kalau pimpinan yang lain bilang ‘oh ini fitnah. Saya enggak mau. Pidana ini’ bisa aja,” jelasnya.

Kru BM sempat mengonfirmasi kejadian ini kepada Presiden Mahasiswa UNRI, Khairul Basar. Namun, sampai tulisan ini terbit belum ada balasan dari yang bersangkutan.

 

Penulis: Afrila Yobi dan Marchel Angelina

Editor: Ellya Syafriani