Wajah Syamsuar dan Edi Natar Nasution terlihat dalam baliho yang dibentangkan massa aksi. Hal ini dilakukan sebab Mahasiswa Universitas Riau (UNRI) merasa tidak puas karena tuntutan yang mereka sebelumnya tidak tersampaikan. Akhirnya, ratusan mahasiswa kembali melakukan aksi Seruan Rakyat Riau Melawan atau SURAM Jilid II di Kantor Gubernur Riau, Kamis (7/9).
baca disini : https://bahanamahasiswa.co/aksi-suram-unri-tuntutan-massa-aksi-tidak-tersampaikan/
Aksi diawali dengan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNRI menjemput massa dari tiap fakultas. Setelah semua berkumpul, mereka bersama-sama menuju lokasi.
Kali ini, massa aksi dapat masuk ke wilayah kantor gubenur, meskipun hanya sampai di halaman parkir. Berbeda dengan sebelumnya yang hanya sampai di depan gerbang Jalan Cut Nyak Dien.
Pukul 3 lewat 46 menit, orasi dibuka oleh Gubernur Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Aditya Pratama. Ia angkat isu banjir di Pekanbaru, pencemaran limbah pabrik dan penambangan ilegal yang terjadi di Provinsi Riau.
“Hampir 5 tahun masa jabatan Gubri, namun masih banyak polemik yang belum tersampaikan,” seru Aditya Pratama.
Orasi diambil alih oleh Koordinator Lapangan (Korlap) Muhammad Ravi. Ia merasa aparat kepolisian yang berjaga lebih banyak dari massa yang datang.
“Lihat kawan-kawan, banyak sekali aparat keamanan yang berjaga. Jumlah mereka lebih banyak daripada kita. Mereka menghadang kehadiran kita di sini,” pekiknya.
Hal inipun dibantah oleh Kepala Kepolisian Resor Pekanbaru, Jeffry Siagian. Ia sebut jumlah personil aparat kepolisian sudah sesuai prosedur yan berlaku. Tujuannya agar tidak ada tindakan anarkis dan mengingatkan agar mahasiswa tidak ditunggangi pihak lain.
Setelah istirahat sholat, Gubernur Keperawatan M. Zulpan Rizki naik ke atas mobil komando. Ia katakan layanan kesehatan di Riau yang belum merata. Tak ketinggalan, Wahyu Satrio Gubernur Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang angkat isu anak putus sekolah dan keluhkan sistem zonasi.
Tepat pada pukul 4.40 sore, yang dinantikan pun hadir. Syamsuar yang didampingi oleh aparat kepolisian keluar dari gedung dan membersamai massa aksi.
Melihat orang nomor satu di Riau itu keluar, Khoirul Basar Presiden Mahasiswa UNRI naik ke mobil komando dan bacakan isi tuntutan yang mereka bawa.
Adapun sembilan tuntutan itu adalah:
- Menuntut dan mendesak Gubernur Riau untuk menyelesaikan konflik agraria dan karhutla yang ada. Serta membuka kejelasan terkait konflik lahan pemerintah yang ada di kawasan Universitas Riau
- Menuntut dan mendesak Gubernur Riau untuk menuntaskan permasalahan infrastruktur jalanan rusak yang ada di Provinsi Riau
- Menuntut Gubernur Riau mengevaluasi dan menyelesaikan permasalahan yang ada di Pertamina Hulu Rokan. Serta menjamin pencarian PI 10% sebelum habisnya masa jabatan
- Mendesak Gubernur Riau untuk bersikap tegas dengan mengeluarkan peraturan daerah untuk menolak adanya tindakan LGBT di Provinsi Riau
- Mendesak Gubernur Riau membuka transparansi pengelolaan sistem pendidikan serta menyelesaikan permasalahan Angka Anak Putus Sekolah yang tinggi di Provinsi Riau
- Menuntut Gubernur Riau untuk memberhentikan perusahaan ilegal yang tidak menggunakan IUP dan menindak tegas permasalahan AMDAL yang berdampak berupa perusakan air, udara dan tanah di Provinsi Riau
- Mendesak Gubernur Riau untuk menyelesaikan semua temuan konflik korupsi jual beli bangku di dunia pendidikan Riau sebelum berakhirnya masa jabatan
- Mendesak Gubernur Riau untuk menyelesaikan kasus KKN. Korupsi infrastruktur terbengkalai dan kasus dinas-dinas terkait yang bermasalah di lingkaran Provinsi Riau
- Menuntut Gubernur Riau bersama pemerintah Provinsi Riau untuk menyelesaikan segala bentuk yang menjadi janji kampanye dan memberikan solusi konkret dalam menyelesaikan permasalahan yang menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah Provinsi Riau. Seperti infrastruktur, pendidikan, ekonomi, kesehatan, karhutla serta konflik lahan yang ada di Riau.
Pembacaan tuntutan didengarkan langsung oleh Syamsuar dan hasil kajian tersebut ia tandatangani. Ia juga ucapkan terima kasih atas aspirasi yang disampaikan oleh massa aksi. Tuntutan pun akan dibahas bersama seluruh instasi terkait Pemerintah Provinsi Riau.
Setelah diterima oleh Gubernur Riau, aksi pun ditutup dengan pembacaan doa. Dipandu oleh mobil komando, massa aksi pun pulang kembali ke fakultas masing-masing.
Penulis: Dinda Rizky Fantri Pasaribu dan Sudira Wahyuni
Editor: Denisa Nur Aulia