Kehilangan Motor di FMIPA, Efektifkah Sistem Satu Komando Satpam UNRI?

Mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau atau FMIPA UNRI berkerumun di  lahan parkir Gedung Kuliah FMIPA pada Kamis (23/5). Pencurian dan pembobolan sepeda motor mahasiswa telah terjadi siang itu. Mahasiswi Program Studi Sistem Informasi Cyntia Fadhilah menjadi korban kehilangan motor.

Tidak hanya Cyntia, seorang mahasiswi lain dari Jurusan Ilmu Komputer nyaris kehilangan motornya. Pelaku gagal membobol kunci sepeda motor tersebut.

Cyntia urai kronologi kejadian kehilangan yang ia alami. Pukul 10.30 WIB, mahasiswi itu tiba di kampus dengan mengendarai Motor Scoopy hitam merah miliknya, dengan plat nomor BM 6589 AAP. Ia bilang telah memarkirkan motornya di lahan parkir yang disediakan. Tak lupa, untuk mengunci setang dan tutup tempat kunci sepeda motor. Ia pun mengikuti perkuliahan seperti biasanya.

Selepas kelas sekitar pukul 1 siang, dilihatnya sudah ada kerumunan di parkiran motor,  para mahasiswa berkumpul di sana. Cyntia sadar setelahnya kalau motornya sudah raib dari parkiran. Saat ditanyakan oleh para mahasiswa yang berkerumun pun tak ada yang melihat motor miliknya. Mereka bilang hanya melihat sepeda motor lain yang kuncinya telah dibobol.

Mengetahui sepeda motornya hilang, Cyntia langsung lapor pada satpam yang ada di lokasi dan membawa kasus ini ke Polsek Tampan. Pihak kepolisian mengatakan butuh bukti dari rekaman Closed-Circuit Television (CCTV) untuk menemukan identitas pelaku.

Jumat (24/5) lalu pemeriksaan CCTV dilakukan. Hasilnya rekaman kamera di FMIPA mati dan tak dapat diakses. Pemeriksaan CCTV simpang Fakultas Teknik dan FMIPA pun tak ada terlihat motor Cyntia keluar, ia mencoba melihat dari rekaman kamera dekat Masjid Arfaunnas yang masih setengah pemeriksaan.

Bukan yang Pertama Kali

Cyntia bukan mahasiswi pertama yang kehilangan motornya. Gubernur Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FMIPA Muhammad Arif Rahman sebut, sudah lebih dari lima sepeda motor raib di lingkungan FMIPA. Tiga di antaranya hilang di lahan parkir yang telah disediakan.

Kepala Divisi Dinas Advokasi Kesejahteraan Mahasiswa dan Sosial Politik BEM FMIPA Muhammad Yudha Fernosa juga menyuarakan keresahannya. Ia komentari cara kerja satpam di lingkungan FMIPA yang kurang maksimal.

“Kalau bisa dibilang bobrok sekali [cara kerja] satpam disini,” pungkasnya.

Ia jelaskan pula saat kejadian, satpam tidak berjaga di lahan parkir gedung kuliah FMIPA. Melainkan berjaga di gedung dekanat FMIPA yang pada saat itu tutup lantaran libur Hari Raya Waisak.

“Makanya kami marah dari tadi. Kami nengok dia [satpam] duduk saja dari tadi di situ [dekanat],” jelas Yudha.

Tambah Yudha lagi, ia bilang tiap kasus kehilangan hanya berakhir sebar informasi melalui media sosial saja. Tidak ada tindakan lebih lanjut dari pihak keamanan.

Tak hanya itu, Yudha menyayangkan kondisi sarana prasarana keamanan pendukung seperti barrier gate atau palang parkir yang sudah tidak layak. Di mana salah satu palangnya patah dan seharusnya diganti, justru hanya diikat dengan tali.

“Dari samping [barrier gate] sana saja, karena rantai pembatasnya pendek. Ketika tidak ada yang berjaga, mudah saja untuk sepeda motor diangkat begitu saja.”

Melengkapi penjelasan Yudha, Arif tambahkan beberapa hal yang mengakibatkan rawan terjadi pencurian di lingkungan FMIPA. Pertama, manajemen satpam yang menjaga tempat parkir. Sama halnya dengan Yudha, ia bilang satpam pada saat kejadian berjaga di tempat yang tidak tepat.

“Bukan menjaga di tempat banyak sepeda motor terparkir [lahan parkir Gedung Kuliah FMIPA], malah menjaga yang tidak ada sepeda motornya,” ujarnya.

Kemudian, Arif nilai satpam tidak memiliki rasa tanggung jawab pasca kejadian dan terkesan lepas tangan. Padahal menurutnya akan lebih baik apabila pasca kejadian segera dilaporkan.

“Kami juga maunya setelah kejadian itu segera dilaporkan ke Polres. Sehingga ketika ada kehilangan sepeda motor, bisa segera ditindaklanjuti oleh polisi. Untuk dana, hal tersebut dapat dibicarakan dengan pimpinan rektorat.”

Arif coba bandingkan sistem penjagaan UNRI dengan universitas lainnya. Seperti Universitas Islam Riau (UIR) dan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim II (UIN SUSKA).

“UIN Suska itu di depan sangat ketat, di belakang juga satpam selalu berjaga di portal. Jadi minim tindak kejahatan,” jelasnya.

Sama halnya dengan di UIR yang penjagaannya juga ketat. Arif nilai penjagaan keamanan yang hanya di sekitar fakultas tak efisien. Ia bilang baiknya di depan gerbang utama diberikan barrier gate.

Kedua, Arif soroti sistem rolling yang diberlakukan UNRI, dimana satpam berada dalam satu komando, mendapati jadwal piket bergantian ke tiap fakultas. Ia menganggap hal tersebut tak efektif, karena satpam-satpam yang berasal dari fakultas jadi tidak mengenal mahasiswa fakultas yang ia jaga.

“Jadi seharusnya satpam di Universitas Riau ini memakai sistem yang lama, sistem satpam tetap di fakultas,” jelasnya.

Arif bilang sistem lama tersebut akan membantu satpam dalam membedakan mahasiswa fakultas yang ia jaga atau tidak. Dengan demikian, akan berkurang pula orang asing yang masuk ke area fakultas.

“Ketika ada mahasiswa fakultas lain yang berada di dalam lahan parkir, beliau langsung menegur. Jadi kuranglah kesempatan pencurian itu.”

Arif juga singgung CCTV di lingkungan FMIPA yang mati, bahkan di area dekanat sekalipun. Akibatnya untuk pelacakan hanya dapat menggunakan CCTV milik UNRI di sepanjang jalan. Ia bilang telah mengusulkan perbaikan, namun tidak diperbaiki hingga kini.

“CCTV (di FMIPA) hanya sebagai pajangan. Itu yang kami marah ke dekanat. Itu sudah kami usulkan, tetapi tetap saja sampai saat ini [tidak diperbaiki],” ujar Arif.

Tambahnya lagi, pelaku pencurian ada pula yang menggunakan modus tertentu. Mereka bahkan cenderung pandai mencari celah kapan saja orang-orang sekitar lengah.

“Semisal di hari Jumat, mereka memakai modus ada satu cowok dan satu cewek. Si cewek berpura-pura meminta tolong sementara si cowok yang melakukan aksi membobol dan membawa kabur sepeda motor mahasiswa,” jelasnya.

Tak tinggal diam, Arif bilang BEM FMIPA selalu membuat pengaduan dan melakukan advokasi kepada dekanat. Akan tetapi, Arif sayangkan pihak dekanat selalu menarasikan bahwa penjagaan kampus saat ini berada di satu komando satpam terpusat.

Menanggapi hal ini Ilham Fajri satpam yang mendapat tugas berjaga pada saat kejadian turut berikan kesaksian. Mulanya ia sebut, sebelum sistem satu komando terpusat, ia berjaga di Fakultas Teknik.

Setelah diberlakukannya sistem satu komando, ia bilang sudah bertugas di FMIPA sebanyak tiga kali.

Ilham sampaikan bahwa ia telah melakukan pengecekan sekitar pukul 10.00 WIB. Saat itu Ilham mengaku tidak temukan gerak-gerik yang mencurigakan.

“Ketika waktu makan siang tadi, dia [korban] tiba-tiba datang menyatakan kehilangan. Saya bingung juga, karena saya dari (Fakultas) Teknik juga jadi bingung bagaimana menjelaskan.”

Mengenai minimnya penjagaan, Ilham mengatakan hal ini berkaitan dengan hari libur saat itu, akibatnya satpam permanen yang bertugas pun turut libur. Hanya satpam-satpam harian saja yang berjaga.

Ilham katakan bahwa dari komando di rektorat hanya menugaskan ia sendiri yang berjaga di lingkungan sekitar FMIPA. Kemudian, ia sampaikan pula bahwa penjagaan di gedung dekanat saat itu dilakukan lantaran ada pekerja yang masuk.

“Itu karena tadi pagi ada pekerja yang masuk, sehingga difokuskan ke sini [gedung dekanat]. Ditambah lagi kita masuk di hari libur sehingga regu yang masuk minim. Jadi yang bekerja permanen pun ikut libur,” jelasnya.

Ilham mengaku kesulitan mengawasi keamanan FMIPA saat itu. Banyaknya mahasiswa yang masuk pada hari libur tersebut bersamaan dengan para pekerja yang masuk ke gedung dekanat.

“Jadi susah juga meng-handle parkiran itu,” akunya.

Mengenai sistem satu komando, Ia menceritakan dirinya dan teman-temannya sudah pernah mengajukan keberatan mengenai kebijakan ini.

“Kami juga ada mengusulkan untuk kembali ke sistem yang lama, namun dari Bu Rektor tidak menanggapi. Gak tau juga alasannya apa.”

Ilham sebut awalnya penetapan satu komando terpusat ini agar lebih mengenal bagaimana rolling system bekerja. Namun, saat itu Ilham dan lainnya juga kurang setuju.

“Kami minta kemarin biarlah bekerja 12 jam tetapi dikembalikan ke fakultas seperti sebelumnya. Tapi rektor belum menanggapi,” pungkasnya.

Mengenai tindak lanjut dari kasus kehilangan yang terjadi, Ilham sebut biasanya dilakukan pengusutan oleh pihak rektorat.

“Biasanya ada [diusut], tapi gak tahu juga soalnya pihak rektorat yang mengusut. Kata orang ada diusut ke kepolisian,” jelasnya.

Ia sebut tak ikut dalam pengusutan tersebut karena masih dalam penugasan hari itu, apalagi hanya dia sendiri yang berjaga.

Terakhir, Bahana sudah mencoba menghubungi bagian keamanan rektorat tapi tak kunjung mendapatkan balasan. Sementara kabar terakhir dari korban, ia sudah mengecek semua rekaman CCTV tetapi tidak mendapat identitas pelaku.

Penulis: Ahsandzul Fahmi

Editor: Fitri Pilami