Sistem Barrier Gate FISIP: Apakah Efektif?

SIstem Gerbang Penghalang di FISIP

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Riau (Unri) mengeluarkan kebijakan terkait gerbang penghalang, sejak Agustus silam. Gerbang penghalang atau barrier gate adalah pembatas otomatis guna akses keluar-masuk kendaraan ke parkiran.

“Semenjak ada barrier gate tidak ada kehilangaan motor,” ujar Satpam FISIP Zulmahdi perihal perubahan sistem parkir, Selasa (4/9).

Sistem barrier gate akan mendeteksi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), bila KTM telah terdaftar dalam sistem. Palang secara otomatis akan terbuka. Kata Zulmahdi pengadaan gerbang penghalang otomatis ini terencana sejak 2023. Namun baru beroperasi awal tahun 2024.  Gunanya demi memperketat keamanaan.

“Jadi kita memantau orang luar yang kita curigai bukan dari sini, sehingga orang luar pun yang ingin parkir sini tidak leluasa masuk,” jelasnya.

Pria berseragam kuning itu mengatakan, mahasiswa luar FISIP harus melapor jika masuk. Sehingga satpam lebih mudah memantaunya dan membantu kendaraanya masuk-keluar dari parkiran.

Demi mencegah macet, biasanya saat jam sibuk. Satpam mengizinkan kendaraan masuk tanpa penyadapan atau tapping. Lanjut Zulmahdi, saat jam sibuk. Terkadang siswa cukup menunjukkan KTM saja sebelum masuk.

“Jam panjang tidak selalu rutin, paling di jam 10 dan 12 atau pergantian kelas aja,” ungkapnya.

Zulmahdi jelaskan jika mahasiswa lupa membawa KTM. Satpam akan membantunya, bila dia mahasiswa FISIP. Jika mahasiswa luar FISIP, wajib memperlihatkan identitas aslinya. Sebagai bentuk antisipasi.

Komandan Satpam Unri Elianto mengatakan selain FISIP ada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) dengan sistem barrier gate. Kemungkinan Fakultas Perikanan (Faperika) akan menggunakan sistem yang sama.

Baca juga: Sistem Parkir Barrier Gate, Kendala bagi Maba FMIPA

Barrier gate bertujuan mencegah pencurian motor. Pun penjagaan motor akan lebih efektif. Namun tetap dengan pengawasan satpam, jelas Elianto.

“Kalau hanya menggunakan barrier gate tapi tidak mengawasi sama saja. Karena KTM juga bisa dipinjamkan ke orang lain,” ujar Elianto. 

Kata Elianto jika kunci motor tertinggal maka satpam langsung melapor kepadanya via grup WhatsApp. Saat proses pengembalian kunci motor, Elianto melarang satpam meminta buah tangan dari mahasiswa. Jika ketahuan, akan ada sanksi tegas.

Elianto berharap semua fakultas dapat menggunakan sistem barrier gate. Supaya aturan sistem parkir jelas dan minim parkir liar.

“Parkirlah pada tempat yang telah tersedia untuk mencegah tindak kejahatan pencurian kendaraan, karena kalau kunci tertinggal di parkiran liar, kemungkinan besar hilang,” harapnya.

Sistem Barrier Gate Belum Efektif

Mahasiswa FISIP Awi setuju dengan sistem penghalang ini walau kurang efektif. “Bisa jadi yang megang KTM itu orang lain, bisa dikasih juga. Misal ada niat buruk bisa aja pakai KTM temannya orang dalam untuk beraksi,” jelasnya.

Selaras dengan Awi, mahasiswa Jurusan Hubungan Internasional Habil merasa sistem ini masih kurang. Saat pengambilan KTM, satpam sering menyuruh mahasiswa mengambilnya sendiri. Sehingga ada mahasiswa yang kehilangan KTM-nya.

 “‘Ini KTM nya, coba cari punya kamu ada di sana atau ga?’ jadi itu yang bikin hilang-hilang dan akhirnya ga ketemu,” tutur Habil sambil menirukan Satpam.

Habil berharapan agar satpam lebih membenahi sistem saat praktisnya. “Respon dari Satpam mengopor-opor ke kantor polisi dulu dan segala macam, jadi saya harap itu dapat dibenahi,” harap Habil.

Sistem barrier gate nyatanya punya celah dalam praktiknya, Elianto pun berjanji segera mengupayakan perbaikan. “Seperti yang di FKIP (Fakultas Ilmu Keguruan dan Pendidikan) tidak pakai barrier, tapi pakai karcis. Kalau itu sepertinya masih memungkinkan untuk dibuat tiruannya,” ujarnya.

Penulis: Syafira Alyada Taqwa dan Sakina Wirda Tuljannah
Editor : Fitriana Anggraini