Pasangan Arifin-Rakan Usung Pemulihan Gerakan BEM Unri

Ahmad Arifin dan Rakan Tsany resmi maju sebagai pasangan calon presiden dan wakil presiden mahasiswa dalam Pemilihan Raya Universitas Riau (Pemira Unri) 2025. Pasangan urut dua ini usung nama Sinar, akronim dari Sinergi Arifin-Rakan.

Boyong slogan Sinergi Bersama Arifin-Rakan, Sinar punya visi membangun sinergi kolaboratif dalam memperbaiki gerakan moral mahasiswa yang independen, progresif, dan berorientasi pada kebermanfaatan bagi mahasiswa serta masyarakat. Sejalan dengan misinya yang menekankan penguatan independensi Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unri, membangun budaya intelektual dan progresif, kolaborasi dengan Unit Kegiatan Mahasiswa dan lembaga fakultas, serta memperluas akses beasiswa bagi mahasiswa.

Arifin menilai ada ketimpangan komunikasi antara BEM Unri dengan mahasiswa. Banyak mahasiswa yang tak tahu pengurus BEM mau pun Presma sekarang. Hal ini menurutnya dapat menghambat gerakan mahasiswa. Sebab gerakan hanya bisa berjalan dengan mendapatkan dukungan luas. “Ketika kedekatan itu tidak terjalin dari awal, kita akan cukup kesulitan untuk membawa gerakan dan keresahan yang sama,” ungkapnya.

Selain itu, ia juga menyoroti hilangnya beberapa momentum penting yang seharusnya menjadi ruang pergerakan. Mulai dari isu “Indonesia Gelap”, kasus korupsi Gubernur Riau, hingga aksi 1 September lalu. Ia menyayangkan pemberitaan yang justru lebih fokus pada keberadaan polisi ketimbang tuntutan mahasiswa. “Bahkan kita pun ga ada follow up [menindaklanjuti] tuntutan kita waktu itu,” tambahnya.

Berkaca dari sana, pasangan Sinar ingin fokus pada pembenahan. Langkah pertama dengan membangun kedekatan pada mahasiswa. Katanya agar tak ada jarak yang membuat BEM terlihat lebih tinggi secara hierarkis. Melalui kedekatan inilah mahasiswa dapat secara alami membangun “pemanasan” isu sebelum turun ke gerakan.

Setelah itu mereka berencana memilah isu sesuai cakupan dan level daruratnya. Mulai dari isu internal, daerah, hingga nasional. Evaluasi dari aksi sebelumnya, mereka memandang perlu manajemen aksi yang lebih baik.

Dalam strategi kampanye, pasangan ini mengandalkan penyebaran informasi melalui media sosial dan kunjungan ke fakultas. Mereka lebih memilih berdialog langsung dengan mahasiswa ketimbang menggelar mimbar bebas. “Dari sana juga kita mencoba menghimpun isu ataupun permasalahan ataupun keresahan dari mereka,” jelas Arifin.

Terkait isu penahanan Khariq Anhar mahasiswa Agroteknologi Unri yang dijerat UU ITE pada 29 Agustus 2025, Arifin mengatakan belum ada gambaran tentang pembebasan. Namun dirinya dan mahasiswa Fakultas Pertanian (Faperta) sudah beberapa kali menyuarakan kasus tersebut dalam berbagai gerakan, termasuk aksi Hari Tani sesuai kesepakatan bersama Ikatan Badan Eksekutif Mahasiswa Pertanian Indonesia. Selain itu, Khariq juga tengah dibantu untuk menyelesaikan masa studinya melalui mekanisme Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dari rumah tahanan.

Penggalangan dana untuk Khariq sempat direncanakan, namun ditunda karena khawatir menimbulkan persepsi negatif. Meski begitu proses koordinasi dengan pimpinan kampus, fakultas, hingga Ikatan Keluarga Alumni tetap berjalan dan masih membuka peluang donasi.

Isu perempuan dan kekerasan seksual juga menjadi perhatian mereka. Fokus utama bukan hanya soal penanganan, tapi juga pencegahan dan pendampingan korban agar merasa aman ketika melapor. Arifin mengajak mahasiswa untuk terlibat aktif. “Bersama kami untuk sama-sama kita benahi apa yang kurang dari BEM Unri hari ini dan apa yang kurang dari Universitas Riau hari ini,” ujarnya.

Terakhir, ia menyebut lahirnya pasangan ini bermula dari diskusi panjang mengenai kondisi kampus. Melalui forum gubernur, keduanya memiliki keresahan dan pandangan yang sama terhadap arah pergerakan BEM Unri.

Dirinya berinisiatif untuk menggandeng Rakan sebagai pasangan calon pada laga tahun ini. “Dari sana kita mulai melihat rasanya pas kalau sama beliau,” ujarnya pada Kamis, 20 November 2025.

Penulis: Gusra Cahyati
Penyunting: Fitriana Anggraini