Perusakan Alat Kampanye Terjadi Lagi, Bentuk Kemunduran Demokrasi 

Menjelang masa tenang Pemilihan Raya Universitas Riau (Pemira Unri) 2025, perusakan alat kampanye kembali terjadi. Spanduk milik pasangan calon atau paslon 02, Ahmad Arifin dan Rakan Tsany rusak di beberapa titik di Kampus Bina Widya, Panam. Mereka merasa dirugikan atas insiden yang terjadi pada Kamis, 27 November 2025 lalu. 

Arifin segera melaporkan kejadian tersebut kepada panitia pengawas atau panwas untuk menindaklanjuti. Ia mengaku kecewa atas insiden demikian. Ia bilang beberapa spanduk di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Perikanan, serta lokasi lainnya sudah dalam keadaan rusak dan sobek.

“Ini jelas merugikan dan mencederai proses demokrasi. Tim kami memasang spanduk hingga pagi hari, tetapi kemudian dirusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujarnya, Sabtu, 29 November 2025 via telepon WhatsApp.

Sementara itu, Panitia Pengawas, Rifqy Umar Sikumbang menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan penelusuran awal. Termasuk meminta keterangan satuan pengaman dan memeriksa rekaman kamera pengawas di lokasi kejadian. 

Namun identitas pelaku belum dapat dipastikan karena pencahayaan yang minim dan rekaman yang tidak menampilkan wajah pelaku dengan jelas. “Kami tidak dapat berspekulasi tanpa data yang valid,” ujar Rifqy.

Ia menambahkan Panwas akan tetap mengusut laporan tersebut. Meskipun prosesnya terkendala minimnya bukti konkret. Mereka perlu mengumpulkan data pelapor, terlapor, serta saksi-saksi untuk menguatkan laporan.

Ketua Komisi 1 Panwas, Sandri, juga sependapat. Ia menyebut sejauh ini Panwas baru bisa memastikan satu titik terjadinya perusakan, yakni di sekitar Fakultas Perikanan. Berdasarkan keterangan saksi, terlihat seseorang tengah merobek spanduk sekitar pukul 03.00 dini hari.

Di lain sisi, paslon nomor urut 01, Muhammad Azhari mengaku terkejut mengetahui banyak spanduk milik paslon 02 ditemukan dalam keadaan rusak. Baginya tindakan tersebut bentuk kemunduran demokrasi di lingkungan mahasiswa. “Perbuatan itu tidak sesuai dengan kultur kemahasiswaan dan jauh dari nilai-nilai idealisme yang kita junjung,” ujarnya pada Kamis, 27 November 2025.

Ia turut menyampaikan empati kepada paslon 02 dan tim. Mengingat pemasangan spanduk membutuhkan tenaga dan waktu. “Kami juga sering memasang spanduk sampai pagi, jadi saya tahu betapa besarnya usaha mereka,” tambahnya.

Azhari juga mengaku khawatir terhadap alat peraga kampanyenya sendiri. Sempat beberapa kali alat kampanye miliknya roboh di depan Gedung Integrated Classroom akibat hujan dan angin. 

“Saya dan teman-teman sampai jam dua hingga tiga pagi memperbaiki kerangkanya. Hujan dan angin membuatnya rusak lagi. Kekhawatiran itu pasti ada,” ungkap mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik itu.

Arifin berharap agar kejadian serupa tidak terulang pada masa mendatang. Pemira seharusnya menjadi ruang bagi mahasiswa untuk adu gagasan dan menunjukan kapasitas intelektual dengan nilai-nilai kritis. “Pemira ini pesta demokrasi mahasiswa. Semoga ke depan Pemira dapat berlangsung dengan damai tanpa insiden seperti ini lagi,” tutupnya. 

Pewarta: Sari Rizky Mei Putri
Penyunting: M. Rizki Fadilah