Seumpama bunga,
laras adalah bunga
yang tumbuh di pekarangan kemajuan bangsa.
Ia mawar berduri
yang menebar harum
sambil terus melindungi.
Seumpama wayang,
laras adalah Srikandi
yang tak gentar di hadapan penguasa bengis:
bekerja tanpa pamrih,
protes tanpa banyak kata.
Namun bagi para petinggi negara,
laras adalah musuh mereka,
sementara para pendosa besar
belajar menyamar
sebagai jabatan.
Laras lebih ditakuti,
karena ia adalah kejujuran
Musuh bagi pemerintah patriarkis
yang miskin empati
dan sibuk korupsi.
Jika ketikan adalah senjata,
kita kokang bersama.
Ulangi kata-kataku:
Untuk Laras.
Bebaskan Laras.
Hidup Perempuan.
29 Desember 2025
Rutan Salemba
Penulis: Mahasiswa Universitas Riau, Khariq Anhar

