Mengenal Aras Mulyadi, Calon Rektor Petahana

Foto : Riauexpose.com

Aras Mulyadi Rektor petahana—hendak maju lagi dalam Pemilihan Rektor Universitas Riau untuk periode 2018-2022. Setelah menjabat satu periode, ia menjabarkan ada tujuh kelemahan  yang harus segera diperbaiki diantaranya adalah prodi akreditasi internasional yang belum ada, akreditasi universitas masih B, dosen dengan lulusan S3 kurang dari 25 persen, profesor kurang dari 10 persen, wirausahawan kurang dari 45 persen, prestasi mahasiswa ditingkat nasional dan internasional dan produk inovasi yang masih rendah.

Untuk menjawab kelemahan tersebut, Aras memiliki visi yang digadangnya Menjadi Universitas Riset Unggul Bermartabat di Bidang Sains dan Teknologi di Kawasan Asia Tenggara Tahun 2035. Untuk mewujudkan visi ini, ia jabarkan dalam empat misi.

Menyelenggarakan tridarma perguruan tinggi yang unggul, melaksanakan tata kelola universitas yang bermartabat, mengembangkan potensi keunggulan mahasiswa, menciptakan system informasi yang handal dan menerapkan inovasi bagi kepentingan masyarakat.

Mengusung empat sasaran strategis. Tersedianya prodi yang berkualitas, terciptanya tata kelola berbasis Good University Governance, terciptanya kemandirian prestasi mahasiswa yang handal dan tersedianya IT dan produk inovasi yang unggul.

Dengan motto K3 UNRI G0od University Governance yaitu keberlanjutan menuju UNRI yang unggul, kepedulian menuju UNRI yang responsif dan keterbukaan menuju tata kelola UNRI yang baik.

Dengan itu, Aras melangkah mencalonkan diri menuju keberhasilan Unri di masa depan.  Aras Mulyadi lahir di Simandolak, Kuantan Singingi pada 15 agustus 1962. Anak dari pasangan petani dan guru ini mengenyam pendidikan dasar dan menegah pertamanya di Benai—nama kecamatan di kabupaten Kuantan Singingi.

Sejak Aras kecil, ia sudah senang bercocok tanam di sawah, berkebun, beternak dan menjual hasilnya yang mengarahkan Aras mengambil pilihan masuk Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan di UNRI dan lulus sebagai pemuncak pada wisuda tahun 1986.

Setelah mendapatkan gelar sarjana di FPK UNRI, anak pertama dari lima bersaudara ini mulai merambah dunia pekerjaan. Didorongan keinginan untuk menjadi guru ia melamar sebagai dosen UNRI. Tahun 1989 impian Aras tercapai, ia menjadi seorang dosen. Tak hanya itu, ia juga mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan pascasarjana ke Benua Biru, Prancis.

“Sungguh di luar logika rasanya, seorang anak desa nun jauh disana diberikan rahmat oleh Allah mengenyam pendidikan hingga ke Eropa,” kata Aras dalam buku Sayap Emas dari Unri, terbitan Bahana Mahasiswa.

Sebelum melanjutkan studinya ke eropa, Aras kursus bahasa Prancis selama enam bulan di Jakarta. Dan kursus selama enam bulan lagi setelah sampai di Prancis. Hal ini dilakukannya karena sadar bahasa Prancis sangat dibutuhkannya ketika belajar disana. Selama di Prancis, tak hanya belajar ia juga menjadi Ketua Pengurus  Pelajar Indonesia di Montpelier dari tahun 1993-1994.

Tahun 1990, Aras mulai belajar dan menyelesaikan jenjang S2nya dalam kurun waktu satu tahun di Universitas Marseilles II Prancis dengan memilih bidang ilmu biologi oseanografi. Tahun 1992 ia melanjutkan belajar untuk meraih gelar doktor. Ia belajar di universitas yang sama dengan bidang ilmu yang didalaminya ialah evolusi dan ekologi. Di akhir 1995 ia berhasil mendapatkan gelar doktor. Sepulang dari Prancis hingga saat ini Aras mengabdikan dirinya pada almamater.

Menjadi seorang guru merupakan cita-cita yang telah ia inginkan sejak kecil, yang akhirnya tercapai. Sebagai guru besar di Universitas riau, Aras juga pernah mendapatkan prediket sebagai Peneliti terbaik Unri tahun 1997, 1999, dan 2000. Artinya ia tidak mengeyampingkan prioritasnya dalam bidang akademik saat itu.

Sepulang dari Eropa, ia banyak menghabiskan waktu mengabdikan diri pada fakultas yang telah membesarkan namanya saat itu, mulai dari menjadi Ketua Pengelola Marine Centere Faperika Unri pada tahun 1996-2001, Ketua Divisi Riset dan Kapal Latih Faperika Unri tahun 1997-2002,  anggota senat, Kepala Jurusan MSP Faperika, dan lainnya.

Tanggal 17 Mei 2004, Aras dipercaya Gubernur Riau, H. M Rusli zainal, SE mengemban amanah menjadi Wakil Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Riau periode tahun 2004-2006. Meski sedikit canggung dengan profesi sebagai birokrat, Aras melaluinya dengan penuh tanggung jawab.  Tak hanya itu pria bertubuh tinggi ini juga aktif mengikuti berbagai organisasi dan ia kini masih aktif sebagai Ketua Dewan Pakar ISKINDO Pusat periode 2018-2023.

Sebelum menjabat sebagai Rektor Unri, Aras pernah menjabat sebagai Wakil Rektor bidang Akademis Unri periode 2010-2014 dan 2006-2009. Saat mencalonkan diri sebagai Rektor periode 2014-2018, Aras menang dengan perolehan suara 54 suara dari 74 total suara senat dan 40 suara dari kementrian pendidikan menyingkirkan dua calon rektor lainnya yakni Yanuar dan Ali Yusri . Aras di lantik di Jakarta oleh Mentri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia  Prof Dr M Nuh, Selasa (9/9/2014).

Kini Aras mencalonkan diri kembali pada pemilihan Rektor periode 2018-2022 yang bersaing dengan Deni Efizon dan Zulkarnain.

Penulis  : Olivia Tamando

Editor : Eko Permadi