Menanti Keputusan Menristekdikti soal Pemilihan Rektor UNRI

sumber : www.nusanews.id

MULAI Senin (10/9) kemarin, Aras Mulyadi Rektor Universitas Riau sudah tidak masuk kantor lagi. Masa jabatannya  telah berakhir  sejak 9 September lalu. Hal ini dibenarkan oleh staffnya di lantai dua Gedung Rektorat. “Bapak udah gak masuk lagi,” katanya. “Ni ha tak ada kerjaan, cuma nengok youtube.”

Pemilihan Rektor UNRI ditunda beberapa kali oleh Menteri, Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Sejak diagendakan tanggal 11 Juli, tertanda tangan Ainun Naim Sekretaris Jenderal Ristekdikti berkirim surat bahwa pilrek ditunda karena proses rekam jejak oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) terhadap ketiga calon.

Kemudian, tanggal 6 Agustus Ainun Naim beritahukan proses rekam jejak sudah selesai. Pemilihan rektor bisa dilaksanakan pada 16 Agustus. “Perwakilan pejabat yang diberi kuasa menteri bersedia menghadiri acara…,” isi surat tersebut.

Belum sampai hari yang dijanjikan, menteri membatalkan pilrek pada 14 Agustus tanpa alasan yang jelas.

Sehari setelah itu Adel Zamri, Ketua Senat Universitas surati kementerian. Isinya mengingatkan masa jabatan rektor yang akan berakhir pada 9 September dan meminta penetapan jadwal pemilihan.

Tidak ada balasan, Adel menyurati kembali menteri berdasarkan hasil rapat senat pada 23 Agustus. Intinya meminta alasan penundaan pilrek. Kemudian, mengingatkan jabatan 18 anggota Senat Universitas perwakilan fakultas akan memasuki habis masa jabatan pada 11 September.

Ristekdikti belum memberi balasan atas kedua surat Adel Zamri. Semuanya masih tanda tanya. Menurut Permenristekdikti nomor 21 tahun 2018 tentang Perubahan atas Permenristekdikti Nomor 19 tahun 2017 dalam Pasal 13 poin 1 menyebutkan “dalam hal masa jabatan pemimpin PTN berakhir dan pemimpin PTN yang baru belum terpilih, Menteri dapat menetapkan perpanjangan masa jabatan pemimpin PTN atau menunjuk pelaksana tugas untuk jangka waktu paling lama satu tahun.”

“Kini UNRI tak bertuan,” kata Adel.

Akibatnya beberapa aktivitas UNRI terganggu. Misalnya saja terkait penggunaan anggaran, remunerasi yang tak bisa dibayarkan, hingga administrasi yang perlu ditandatangani Rektor. “Semuanya macet, keuangan gak bisa cair,” keluh Guru Besar FMIPA ini.

Masalahnya akan lebih rumit lagi, jika 18 anggota senat tidak ber-SK. Pemilihan pun tidak akan terlaksana, karena suara Senat tak kourum. Terlebih lagi 5 orang diantaranya adalah Panitia pilrek. Kelimanya yaitu, Iwantono—ketua, Pareng Rengi, Mexsasai Indra, M.Y. Tiyas Tinov dan Sri Erlinda sebagai anggota. Artinya setelah tanggal 11 nanti, Panpilrek tidak bisa bekerja lagi. Sementara hanya Rektor definitiflah yang bisa mengeluarkan SK ini. Bisa juga diperpanjangan SK oleh Menristekdikti. Keputusan saat ini sepenuhnya berada di Kementerian.

Sementara itu, Iwantono mengatakan belum menerima surat dari kementerian. Ia mengatakan seharusnya hari ini [Senin] sudah ada keputusan apakah ditunjuk Pejabat sementara atau perpanjangan masa jabatan.

Iwantono mengungkapkan kekecewaannya, tak jelasnya waktu dan alasan Kementerian menunda-nunda Pilrek UNRI. Mulai proses penjaringan, penyaringan hingga penetapan calon rektor berjalan lancar. “Kementerian tidak ada alasan menunda lagi,” katanya.

Ini juga membuat sulit anggota senat yang akan berpergian keluar kota dalam waktu yang cukup lama. Ini mengantisipasi jikalau Kementerian memberikan surat dadakan untuk melaksanakan Pilrek dilaksanakan. “Di Unsyiah itu diberitahu Pilrek H-1 pemilihan,” kata Iwan.

“Opsi paling mudah adalah perpanjang masa jabatan rektor hingga pilrek terlaksana,” ungkap Iwantono.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada informasi dari Kemenristekdikti apakah masa jabatan Aras diperpanjang atau diganti dengan pelaksana tugas.

PADA KAMIS LALU (6/9) , Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) UNRI lakukan aksi menuntut kejelasan pemilihan rektor. Mula-mula mengumpulkan massa aksi dari tiap fakultas pukul 2 siang. Sesuai dengan konsolidasi yang telah dilakukan bersama kelembagaan se Universitas malamnya (5/9).

Sekitar pukul setengah 3 massa telah berkumpul di depan pintu masuk rektorat. Beberapa satpam dan pegawai rektorat berjaga. Massa aksi datang dari beberapa fakultas. Terlihat warna warni bendera kelembagaan Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) dan BEM Fakultas berkibar. Selain itu adapula bendera cukup besar bertuliskan “Menteri Ristekdikti Unprosedural” dan “Pemilihan Rektor Tidak Kunjung Selesai”

Selanjutnya, Popo Haryanto Koordinator Lapangan (Korlap) membuka aksi. Ia jelaskan situasi pemilihan rektor UNRI saat ini yang tak kunjung usai. Popo terus pertanyakan kondisi pemilihan rektor saat ini ditengah orasinya.

Dilanjutkan dengan orasi oleh beberapa Gubernur BEM Fakultas. Intinya sama, semua menuntut agar pemilihan rektor untuk segera dilaksanakan. Selain mendesak kementerian untuk segera laksanakan pemilihan rektor, massa aksi juga menolak adanya pelaksana tugas atau Plt .

“Kami melihat yang terjadi pada teman kami di UNJ, mereka mendapat Plt Rektor hasilnya ada banyak batasan yang mereka dapat bahkan mereka susah menemui pimpinannya,” kata Randi Presiden Mahasiswa.

Samar-samar terdengar dari pegawai rektorat tentang tidak tepat tujuannya BEM UNRI laksanakan aksi di rektorat. BEM UNRI beralasan terkait hadirnya anggota dari Kemenristekdikti di UNRI pada Kamis dan Jumat untuk tugas audit keuangan.

“Kami memanfaatkan momen ini untuk menitip oleh-oleh kepada Pak Menteri melalui anggotanya yang datang tentang aspirasi kita mahasiswa Universitas Riau,” kata Randi.

Setelah setengah jam orasi, Popo meminta pihak Kemenristekdikti untuk turun ke bawah. Namun, tak kunjung hadir.  Popo menginstruksi massa untuk mulai mengambil langkah masuk rektorat.

“Dua langkah kawan kawan, lima langkah kawan-kawan,” kata Popo.

Massa masuk menuju ruang senat di ujung kiri lantai satu rektorat. Ruang senat juga ruang panitia pemilihan rektor. Namun sampai di depan pintu ruangan tertutup. Tidak ditemukan panitia maupun anggota kemenristekdikti. Tak lama, azan ashar berkumandang. Massa disilahkan untuk salat terlebih dahulu dan menunggu hingga pukul 16.15.

Kru Bahana selanjutnya masuk ke ruangan rektor di lantai dua rektorat. Di depan ruangan Presma bersama beberapa Gubernur menunggu di depan pintu ruang DPH. Sekitar pukul 4 sore seorang perempuan mengenakan batik dan jilbab merah hendak masuk ke ruang DPH. Saat akan membuka pintu, ia diberhentikan dan ditanya oleh Presma. Ia mengiakan bahwa mereka dari Kemenristekdikti.

Menit berikutnya, Randi Presma, Popo Korlap Aksi dan beberapa Gubernur BEM Fakultas masuk ke ruang DPH.

Di ruangan duduk 6 anggota kementerian kompak mengenakan baju batik. 2 orang perempuan sisanya laki-laki. Adapula Ahyat Kepala Biro Umum dan Keuangan. Mereka tengah sibuk dengan laptopnya masing-masing.

Saat masuk, Popo langsung sampaikan maksud dan tujuan dari massa tentang adanya aksi yang mereka lakukan. Namun tak ada respon dari kementerian. Mereka mengaku bukan orang yang bertugas tentang pemilihan rektor.

Adam, Koordinator Akuntasi Kemenristekdikti masuk. Saat itulah Randi kembali mengulang maksud dan tujuannya melakukan aksi. Ia mencatat poin-poin yang disampaikan Randi.

Usai sampaikan maksudnya Randi meminta tanggapan dari Adam.

“Terimakasih untuk amanah yang diberikan pada saya namun akan lebih mudah jika disampaikan dalam bentuk tulisan,” kata Adam

Randi mengamini permintaan Adam. Randi juga telah mempersiapkan tuntutan mereka sebelum aksi. Isinya ada 3 tuntutan yang mereka sampaikan pada kertas tersebut yang dimasukkan ke dalam map biru.

Isi tuntutan tersebut adalah :

  1. Laksanakan Tahap Pemilihan Rektor Universitas Riau periode 2018-2022dalam jangka waktu 1 x 24 jam. Karena proses pilrek hanya menyisakan Tahap Pemilihan Saja
  2. Menolak untuk diadakannya Pelaksana Tugas di Universitas Riau.
  3. Jika dalam 1 x 24 jam tahap Pemilihan Rektor Universitas Riau periode 2018-2022 belum dilaksanakan. Maka Universitas Riau akan kami SEGEL dan seluruh aktifitas di Universitas Riau akan dibekukan.

Randi meminta kepada Adam untuk ikut turun ke bawah untuk menyerahkan berkas tersebut di depan massa aksi. Namun menerima penolakan dengan alasan beliau sudah tua, tidak mungkin naik turun tangga.

“Kalau begitu massa aksi saja yang naik ke atas untuk melihat langsung penyerahan berkas ini,” kata Adam.

Mendengar itu Popo langsung berlari turun ke bawah untuk memanggil massa aksi. Sekitar 5 menit ruangan DPH telah dipenuhi massa aksi. Selanjutnya Randi serahkan berkas kepada Adam.

Usai penyerahan map biru itu. Randi meminta tanggapan dari Adel Zamri, Ketua Senat UNRI yang juga hadir di ruangan. Adel sampaikan bahwa Panpilrek juga menunggu putusan dari Menristekdikti. Panitia juga tengah bertolak ke Jakarta menemui menteri.

Setelah itu massa akasi kembali keluar dan bubar.

Sejak aksi pada Kamis sore tersebut, BEM tak lakukan aksinya menyegel UNRI. Pada Senin (10/9) lalu, BEM tengah dilantik oleh Wakil Rektor bidang Kemahasiswaan dan Alumni, Syapsan.

Reporter : Dicky Pangindra, Annisa Febiola, Reva Dina Asri

Penulis : Dicky Pangindra

Editor : Eko Permadi